DISERTASI
EKSISTENSI BAKUL SEMANGGI GENDONG
(Studi Tentang Kelembagaan Ekonomi Keluarga Dan Migrasi Khas Bakul Semanggi Gendong Di Kota Surabaya)
RINDAWATI
NIM 090970413PROGRAM DOKTOR ILMU SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
HALAMAN PENGESAHAN
DISERTASI
EKSISTENSI BAKUL SEMANGGI GENDONG
(Studi Tentang Kelembagaan Ekonomi Keluarga Dan Migrasi Khas Bakul Semanggi Gendong Di Kota Surabaya)
Oleh :
RINDAWATI
NIM: 090970413
Telah Disetujui
Ko. Promotor
Prof. Dr. Subagyo Adam, Drs, MS
NIP.1953012619830311001
Promotor
Prof. Dr. Ida Bagus Wirawan
NIP.194908311979011001
Mengetahui
Ketua Program S3 Ilmu Sosial Universitas Airlangga
Prof. Dr. L Dyson P, Drs, MS
NIP. 195411031981031004
PROGRAM DOKTOR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA
EKSISTENSI BAKUL SEMANGGI GENDONG
(Studi Tentang Kelembagaan Ekonomi Keluarga Dan Migrasi Khas Bakul Semanggi Gendong Di Kota Surabaya)
DISERTASI
Untuk memperoleh Gelar Doktor dalam Program Studi Ilmu Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Ilmu Politik
Universitas Airlangga Surabaya
dan dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Doktor Terbuka
RINDAWATI NIM 090970413
PROGRAM DOKTOR ILMU SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Promotor dan Ko Promotor
Promotor : Prof. Dr. Ida Bagus Wirawan, Drs. M.S. Ko Promotor : Prof. Dr. Subagyo Adam, Drs, M.S.
Disertasi ini telah diuji pada Ujian Tahap I (Tertutup) Tanggal : 29 September 2014
PANITIA PENGUJI DISERTASI Ketua : Prof Dr. L. Dyson, M.A.
Anggota : 1. Prof. Dr. Ida Bagus Wirawan, Drs, M.S. 2. Prof. Dr. Subagyo Adam, Drs, M.S. 3. Prof Dr Edy Sutrisno,Drs, M.Si.
4. Prof. Dr. MV Roesminingsih, Dra, M.Si. 5. Dr. Siti Aminah, Dra, M.A.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama : Rindawati, Dra, MSi
NIM : 090970413
Program Studi : ILMU-ILMU SOSIAL
Alamat/No. Tlp : Jln. Jojoran Baru I/34 Surabaya
No. Telp. (031)5938627. Hp. 085852068812
Dengan ini menyatakan bahwa :
1.
Disertasi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya sendiri, dan bukan hasil karya orang lain dengan mengatas namakan saya, serta bukan merupakan hasil peniruan atau penciplakan (plagiarism) dari hasil karya orang lain. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Airlangga, maupun di Perguruan Tinggi lainnya ;2.
Dalam Disertasi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar kepustakaan;HALAMAN PERSEMBAHAN
Disertasi ini aku persembahkan untuk:
1. Ibundaku tercinta, Ibu Noer Romelah dan Bapakku tercinta Bapak Bin Jahja (Alm).
2. Yang tercinta dan tersayang Suamiku Ir. Suhardi dan anak-anakku, Arif Firman Samudra, Asa Aditya Persada, dan Aji Dewangga Dirgantara.
MOTTO:
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
UCAPAN TERIMA KASIH
AlhamdulillahiRabbil’alamin. Dengan mengucap rasa syukur ke hadirat Allah SAW,
Sang Maha Pencipta, Sang Penguasa Ilmu Pengetahuan yang Hakiki. Atas izin dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.
Disertasi ini mustahil dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan berbagai
pihak, baik perorangan maupun lembaga.Tidak sedikit waktu, tenaga yang telah dicurahkan
berbagai pihak guna mendukung kelancaran penulisan disertasi ini. Untuk itulah sangat tidak
adil bila penulis hanya menyebutkan sebagian di antaranya dalam halaman ucapan terima
kasih ini.
Terimakasih yang teramat dalam penulishaturkankepadaProf.Dr. Ida Bagus Wirawan dan Prof. Dr. Subagyo Adam, selaku Promotor dan Ko-Promotor bagi penulis.
Terima kasih kepada Promotor Prof. Dr. Ida Bagus Wirawan, karena telah menjadi sosok
yang begitu berarti dalam perjalanan studi penulis selama menempuh kuliah S-3 di
Universitas Airlangga. Bagi penulis, jasa yang beliau torehkan tak mampu diurai satu per
satu. Uluran tangan, kesabaran, segala saran dan bimbingan serta motivasi yang beliau
berikan untuk penulis sejak awal hingga akhir masa studi teramat berharga.
Ucapan terima kasih pula penulis haturkan kepada Ko-Promotor, Prof. Dr.Subagyo
Adam yang telah membimbing dan berbagi ilmu serta masukan-masukan beliau yang cerdas,
mengarahkan dalam penyelesaian disertasi. Terima kasih atas segala saran, kritik, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis dalam menjalankan tanggung jawab akademik secara
optimal untuk mencapai hasil yang terbaik.
Kepada dosen-dosen MKPD yang telah banyak membantu selama proses penulisan
proposal disertasi, penulis dalam kesempatan ini pula menyampaikan banyak terima kasih
atas bimbingan dan arahannya. Pertama, kepada Dr. Alisyahbana(Alm.), yang telah banyak
memberikan bimbingan dan kritikan yang berkaitan dengan sektor informal perkotaan,
penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih atas segala tambahan pengetahuan,
tugas-tugas yang diberikan untuk penulis, sehingga tertantang untuk dapat
menyelesaikannya.
Kedua, Prof. Kasto dari UGM, selaku dosen MKPD yang banyak memberikan ilmu
dan pengetahuan tentang kependudukan, khususnya migrasi penduduk. Prof Kasto dengan
sabar dan telaten telah membimbing penulis untuk memperkaya wawasan dan teori serta
Ketiga, Prof. Dr. L. Dyson, M.A., selaku dosen MKPD Metode Penelitian Kualitatif,
sekaligus sebagai Kaprodi Program S-3, Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Airlangga. Prof. Dyson adalah sosok dosen yang sangat peduli dan sangat banyak
membantu mahasiswanya, baik yang berkaitan dengan bidang akademik maupun
administratif. Beliau dengan lantang selalu memberi dorongan kepada penulis agar cepat
menyelesaikan disertasi ini dan segera ujian. Beliau adalah seorang guru besar yang
senantiasa memberikan suasana yang sejuk disertai canda di saat mahasiswa mengalami
kesulitan, serta selalu memberi dukungan yang positif demi keberhasilan penulis.
Kepada Rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Dekan Fakultas Ilmu
Sosial, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih atas tugas belajar yang diberikan
kepada penulis, sehingga penulis dapat melanjutkan kuliah ke jenjang S-3 Program Ilmu
Sosial di Universitas Airlangga.
Ucapan terima kasih pula tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Licyanus
Sudaryono, S.U., selaku Ketua Jurusan Program studi Pendidikan Geografi, FIS Unesa kala
itu, beliau dosen yang pertama kali merekomendasikan penulis untuk melanjutkan studi lanjut
S-3.
Kepada teman-teman dosen di jurusan Geografi,FIS,Unesa, penulis banyak
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja samanya selama penulis menempuh studi
S-3. Kepada seluruh staf pengajar di Program Studi S-3 Ilmu Sosial, FISIP, Universitas
Airlangga, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas pencerahan dan
pengetahuan teoretis yang telah diberikan. Khusus kepada Prof. A. Ramlan Surbakti, Ph.D,
Prof. Dr. Hotman M. Siahaan, Prof. Eko Armada Riyanto, Ph.D, dan Daniel Sparingga, Ph.D,
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas proses pembelajaran yang
benar-benar berkualitas di ruang kuliah. Seluruh teman mahasiswa peserta Program S-3
Ilmu-Ilmu Sosial, sudah tentu termasuk penulis, benar-benar bersyukur memperoleh tambahan
pengetahuan yang bermakna dari ruang kuliah, dan itu semua menjadi bekal bagi penulis
dalam memperkaya khasanah pengetahuan baik teoritis maupun praktis.
Untuk seluruh teman Program S-3 Ilmu Sosial angkatan tahun 2009, penulis
menyampaikan terima kasih karena selama ini telah banyak bertukar pendapat, berdiskusi
memecahkan berbagai permasalahan sosial baik saat masih menempuh teori di ruang kuliah
sampai penyelesaian disertasi ini. Teman-teman tersebut antara lain: Pak Bambang Kuncoro,
Pak Suhanadji, Pak Andi Narwoko, Pak Suko Widodo, Pak Sindung, Pak Autar Abdilah, Ibu
Kepada kedua orang tua penulis, Ibunda Noer Romelah dan Ayahanda /Bapak Bin
Jahja (Alm). Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan selalu mohon kepada Allah SWT, agar selalu memberi kesehatan yang barokah
dan panjang umur, umur yang barokah serta melindungi beliau (Ibuku) tercinta. Untuk
Almarhum Bapak, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Bapak diampuni
segala dosa-dosa oleh Allah SWT, diterima segala amal ibadah, serta ditempatkan di tempat
yang mulia di sisi-Nya, amin amin amin ya robbalalamin. Ibu dan Alm. Bapak penulis adalah
orang tua yang sangat peduli terhadap pendidikan putra-putrinya. Beliau berdua selalu
memberi motivasi dan semangat akan keberhasilan studi penulis sampai ke jenjang yang
tertinggi ini. Berkat beliau berdualah penulis banyak belajar tentang kehidupan, baik
berkeluarga dan bermasyarakat. Jasa-jasa beliau berdua tak terhingga bagi keberhasilan
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas semua pengorbanan yang
telah diberikan untuk penulis, semoga Ibu selalu sehat walafiat, panjang umur, umur yang
barokah dan selalu dapat menemani serta menasehati penulis dalam meniti kehidupan ini,
amin.
Kepada suamiku tercinta, Ir. Suhardi dan anak-anakku tersayang antara lain: Arif
Firman Samudra, Asa Aditya Persada, dan Aji Dewangga Dirgantara. Mereka adalah
orang-orang yang menjadi sukma dan kekuatan bagi penulis untuk segera menyelesaikan disertasi
ini. Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada suamiku yang telah
banyak membantu dan mendukung penuh penulis untuk studi lanjut S-3 ini, telah membantu
dalam pengetikan, editing, transliting, dan segala kebutuhan penulis dipenuhi demi
kelancaran dan keberhasilan penulis untuk segera meraih gelar Doktor, Insya Allah semua
doa dari seluruh keluarga penulis dikabulkan oleh Allah SWT , amin amin ya robbalalamin.
Kepada merekalah sesungguhnya disertasi ini penulis persembahkan. Tak lupa pula untuk
adik-adikku semua penulis ucapkan banyak terima kasih atas bantuan baik moril maupun
materiil.
Bagi semua pihak yang belum sempat penulis sebutkan dalam halaman ucapan
terima kasih ini, penulis mohon maaf yang sebesar besarnya, dan semoga segala peran bapak,
ibu dan saudara semua diberikan pahala yang setimpal oleh Allah SWT. Terima kasih.
Surabaya, Maret 2015
ABSTRAK
EKSISTENSI BAKUL SEMANGGI GENDONG
(Studi Tentang Kelembagaan Ekonomi Keluarga Dan Migrasi Khas Bakul semanggi Gendong Di Kota Surabaya)
Studi ini mengangkat realitas bakul semanggi gendong diKota Surabaya yang tetap
eksisditengahmenjamurnyaselera kuliner global. Eksistensi
bakulsemanggigendongtersebutdidukungadanyaketerlekatankelembagaanbaikdariinternalbak ulsemanggigendongsendirimaupuneksternallingkungan dan pelanggan, salah satunya adalah dengan melakukan migrasi khas untuk menjajakan kuliner semanggi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,dengan metode fenomenologi. Subjek penelitiannya adalah bakul semanggi gendong di kota Surabaya, dan pelanggannya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dari berbagai sumber hingga menghasilkan pemaknaan (meaning).
Hasil penelitian menunjukkan: pertama, eksistensi bakul semanggi gendong secara
because motives (motif sebab) didukung oleh: 1) tradisi dan pengalaman turun-temurun dari keluarga bakul dan sesama bakul; 2) kemudahan memperoleh bahan baku; 3) penghasilan cukup banyak; 4) pelanggan yang setia, dan 5) motivasi baik dari diri sendiri maupun dari keluarga, serta lingkungan sekitar. Kedua, secara in order to motives (motif supaya) terdapat dua motif bakul semanggi gendong tetap eksis, yaitu: motif ekonomi dan motif ekonomi tradisi.Ketiga, migrasi sirkuler khas bakul semanggi gendong di Kota Surabaya bermakna ekonomi, religius, solidaritas, pengetahuan, dan tradisi. Keempat, migrasi sirkuler khas bakul semanggi gendong di Surabaya telah membawa misi budaya arek yang lekat dengan simbol keberanian, pantang menyerah dan mandiri. Kelima, terdapat konstruksi sosial bakul semanggi gendong bahwa menjadi bakul semanggi gendong itu merupakan pilihan bagi perempuan di kampung Kendung untuk melanjutkan tradisi keluarganya, dan harus melakukan migrasi sirkuler karena pelanggannya. Implikasi temuan penelitian ini adalah:
pertama, eksistensi bakul semanggi gendong didukung oleh proses pelembagaan bakul semanggi gendong sendiri; kedua, proses pelembagaan yang terjadi pada bakul semanggi gendong di antaranya: budaya genetik, dan melakukan migrasi sirkuler untuk menjajakan semanggi ke Kota Surabaya; ketiga, bakul semanggi gendong dimaknai oleh pelanggan sebagai suatu budaya kuliner yang harus dipertahankan yang dikaitkan dengan orientasi masa lampau, sekarang dan masa depan.Temuan penelitian ini menguatkan pendapatGranovetter yang dikenaldengan teori keterlekatan/embeddednesbahwa sebuah jaringan akan eksis bila ada keterlekatan diantara jaringan tersebut.
ABSTRACT
EXISTENCE of SEMANGGI SELLER WITH CARRYING BASKET
(A Studyof Institutional Economics Family and Characteristic of Migration of The Seller Semanggi with Carrying Basket in Surabaya City)
This study raised the reality of the seller semanggi with carrying basket in Surabaya which still exist in the midst of the global proliferation of culinary tastes. Existence of semanggi seller with carrying baskets are supported any kind of internal institutional ambeddednes semanggi seller with carrying baskets themselves and external environment and customers, one of which is the migration characteristic to peddle culinary clover.
This study used a qualitative approach, the method of phenomenology. Research subject is the seller semanggi with carrying basket in the Surabaya city, and customers. The technique of collecting data using interviews, observation and documentation. Mechanical analysis of data from various sources to produce meaning (meaning).
The results show: first, the existence of semanggi seller with carrying baskets in Because motives (motive cause) is supported by: 1) the tradition and experience passed down through generations of families and fellow baskets baskets; 2) ease of obtaining raw materials; 3) earning quite a lot; 4) loyal customers, and 5) motivation both of themselves and of the family, as well as the surrounding environment. Second, in order to motives (motive so) there are two motives semanggi seller with carrying baskets still exist, namely: economic incentives and economic motives tradition. Third, the typical circular migration semanggi seller with carrying baskets in Surabaya meaningful economic, religious, solidarity, knowledge, and traditions. Fourth, the typical circular migration semanggi seller with carrying baskets in Surabaya has brought cultural mission Arek attached to the symbol of courage, unyielding and independent. Fifth, there is a social construct semanggi seller with carrying baskets to be semanggi seller carry that into the basket it is an option for women in the village Kendung to continue the family tradition, and must perform circular migration for customers. Implications of the findings of this study are: first, the existence of the seller semanggi with carrying basket supported by the institutionalization process semanggi seller with carrying baskets themselves; second, the institutionalization process that occurs in semanggi seller with carrying baskets include: genetic culture, and perform circular migration to peddle clover to Surabaya; third, the seller semanggi with carrying basket interpreted by customers as a culinary culture that must be maintained which is associated with the orientation of the past, present and future. The findings of this study corroborate the opinion Granovetter known as the theory of adhesiveness/embeddednes that a network would exist if there keterlekatan between these networks.
RINGKASAN
Penelitian bakul semanggi gendong kali ini didasarkan atas fenomena bakul semanggi
gendong Surabaya yang telah di klim oleh pemerintah Kota Surabaya sebagai salah satu
kuliner asli Surabaya yang harus tetap dijaga kelestariannya. Kenyataan yang terjadi bahwa
bakul semanggi gendong Surabaya tersebut semakin lama tidak semakin bertambah, bahkan
cenderung semakin menurun. Hal ini terbukti dengan pengakuan para bakul semanggi
gendong sendiri yang mengatakan bahwa dalam lima (5) tahun terakhi ini jumlah bakul
semanggi gendong semanggi semakin berkurang. Menurut mereka, berkurangnya bakul
gendong tersebut disebabkan oleh sebagian bakul gendong sudah berusia lanjut dan tidak
kuat lagi untuk menjajakan semanggi ke Surabaya. Selain alasan tersebut, semakin
bervariasinya kuliner tradisional dan menjamurnya kuliner cepat saji yang bersifat global
akan sangat menjauhkan masyarakat terhadap kuliner lokal Surabaya yang satu ini.
Bakul semanggi gendong dan kuliner semanggi yang masih bertahan sampai saat ini
merupakan bakul-bakul yang mempunyai kemauan dan tekad kerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya dan tetap menjaga kelestarian tradisinya yang turun-temurun.
Budaya genetik ini akan menjadi pegalaman bagi bakul semanggi gendong untuk menjajakan
kuliner semanggi di kota Surabaya. Dengan bekal pengalaman, kemudian didukung oleh
mudahnya memperoleh bahan dasar semanggi, serta adanya pelanggan yang setia karena
melakukan migrasi sirkuler, akan membantu bakul semanggi gendong di Surabaya tersebut
tetap eksis walaupun harus bersaing dengan perekonomian metropolitan.
Fokus penelitian kali ini adalah tentang bakul semanggi gendong Surabaya yang
tetap eksis//bertahan/survive dalam persaingan kuliner selera global karena bermigrasi.
Kajian penelitian ini lebih menekankan pada aspek sosial budaya kuliner lokal kota Surabaya.
terdapat ke khas-an lain , yaitu; Pertama, pedagangnya semua kaum perempuan paroh baya
atau sudah tua; Ke dua, para pedagang semuanya berasal dari satu daerah, yaitu wilayah
pinggiran paling barat kota Surabaya yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik, yaitu
Kampung Kendung, Desa Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya; Ke tiga, dagangan
yang dijual juga sama yaitu semanggi, cara menjajakannya juga sama, selalu berkeliling dari
kampung ke kampung, berjalan kaki, dan menggendong dagangan semangginya; Ke empat,
pakaian yang dikenakan para penjualnya selalu memakai kain batik atau jarik ( dalam bahasa
Jawa) dan kebaya serta selendang untuk menggendong wadah semangginya.
Tujuan penelitian yang ingindicapai kali ini antara lain: 1). Mendiskripsikan dan memahami
eksistensi bakul semanggi gendong Surabaya sebagai kuliner tradisional yang langka.;
2).Mengangkat kehidupan bakul semanggi gendong yang semakin terpinggirkan dan
mendiskripsikan pemahamannya tentang makna migrasi sirkuler yang dilakukan;
3).Mendiskripsikan pemahaman makna bakul semanggi gendong bagi bakul semanggi
gendong sendiri dan pelanggannya.
Berbagai kajian empiris terdahulu melalui beragam penelitian yang dilakukan
para ahli tentang hal yang berkaitan dengan eksistensi atau strategi eksis dan migrasi pada
umumnya, menjadi acuan dan perbandingan awal dalam menentukan posisi dan
mengembangkan analisis lebih lanjut, menggunakan teori fenomenologi Alfred Schuz dan
Berger untuk mengkaji makna sosial bakul semanggi gendong.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi.
Subyek penelitiannyaadalah para bakul semanggi gendong yang ada di kota Surabaya dan
berasal dari Kampung Kendung, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, kota Surabaya,
sekaligus kampung tersebut sebagai lokasi penelitian ini. Selain bakul semanggi gendong,
Hasil penelitian antara lain: Bakul semanggi gendong merupakan satu kesatuan
yang lahir dengan identitas budaya tersendiri yang menjadi ciri khas masyarakat Kendung.
Eksistensinya didukung oleh banyak faktor, yakni: faktor pendidikan yang rendah,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki terbatas, pengalaman, faktor lingkungan alam
sekitar yang mendukung, serta pelanggan yang setia di kota Surabaya.
Pemahaman bakul semanggi gendong khususnya tentang eksistensinya, dilihat dari
because motives (motif sebab) adalah: faktor ekonomi keluarga, pengalaman, mudah
memperoleh bahan baku, budaya genetik/turun temurun, migrasi (pelanggan), dan motivasi
yang kuat. Secara in order to motives (motif supaya), bakul semanggi gendong tetap eksis,
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya, serta mempertahankan
tradisi keluarganya. Dengan demikian, secara in order to motives, eksistensi bakul semanggi
gendong Surabaya disebabkan oleh faktor ekonomi dan ekonomi tradisi.
Bakul semanggi gendong juga mampu menciptakan pasar sendiri, tanpa tergantung
pada pasar yang ada. Ketika pasar tersegmentasi maka muncul kemudian relasi dan jejaring
yang dibangun antar bakul (konsumen) dan juragan (pemasok). Jaringan ini dibangun dengan
bermodalkan kepercayaan satu sama lain untuk tujuan bersama, dengan harapan tidak saling
merugikan. Kepercayaan (trust) yang dibangun untuk kepentingan bersama antara
kepemtingan ekonomi, sosial dan budaya agar tetap eksis. Temuan ini sekaligus
menambahkan kata kekhas-an pada teori keterlekatan Granovetter tentang jaringan, ( studi
kasus bakul semanggi gendong).
Perubahan kondisi sosial masyarakat secara universal tidaklah menjadi “bumerang” yang
akan meredam eksistensi budaya kuliner lokal masyarakat Kendung, Benowo, Kota Surabaya.
Hal tersebut terbukti dengan langgengnya bakul semanggi gendong yang sampai saat ini
masih eksis. Salah satu faktor yang mendorong adalah budaya genetik atau budaya
Hasil penelitian tentang makna migrasi sirkuler bagi bakul semanggi
gendongdisimpulkan, bahwa migrasi sirkuler khas yang dilakukan bakul semanggi gendong
memiliki banyak makna (meaningfull), tidak hanya makna ekonomi (materi) tetapi juga
makna non-ekonomi, seperti makna; (1) relegiusitas, (2) kesadaran solidaritas, (3) kesadaran
akan ilmu pengetahuan, dan (5) tradisi.Berbagai penelitian terdahulu membuktikan bahwa,
mayoritas perempuan dalam melakukan aksi perdagangan selalu didominasi oleh alasan
ekonomi. Hal tersebut ternyata tidak terjadi pada aksi perdagangan yang dilakukan oleh bakul
semanggi gendong. Ada dua alasan yang mendasari, yaitu: 1) tidak dapat dipungkiri mereka
menjajakan kuliner semanggi, namun ternyata bukan semat-mata karena alasan ekonomi saja
yang menjadi faktor penyebabnya, tetapi ada makna subyektif bahwa, dengan menjadi bakul
semanggi gendong, mereka akan tetap eksis dalam ekonomi keluarganya dan sekaligus tetap
mempertahankan tradisi keluarganya; 2)Dengan hasil penelitian ini, penulis sekaligus ingin
memodifikasi, menambahkan tentang hasil penelitian oleh Lee tentang migrasi, khususnya
migrasi sirkuler, yaitu dengan menambahkan kata khas (studi kasus) dalam migrasi sirkuler
sehingga menjadi migrasi sirkuler khas, seperti yang dilakukan bakul semanggi gendong.
Teori fenomenologi Berger dan Luckman digunakan untuk mengkonstruksi
pemahaman makna bakul semanggi gendong tentang dirinya sendiri. Makna bakul semanggi
gendong dihasilkan melalui konstruksi dalam ranah kognitif individu dan ranah kelembagaan
bakul semanggi gendong, serta pelanggannya. Dalam ranah individu, konstruksi makna bakul
semanggi gendong melibatkan faktor internal, faktor eksternal, keterampilan, dan tujuan.
Faktor internal yang dimaksud penulis adalah perasaan senang dan sengsara terhadap
eksistensinya menjadi bakul semanggi gendong.Perasaan senang dan sengsara terhadap suatu
hal merupakan bentuk dari kesadaran individu dalam melakukan kesengajaan. Sama dengan
perasaan senang yang dimiliki oleh pelanggan semanggi gendong di Kota Surabaya terhadap
selera makan, perasaan senang juga dapat menimbulkan romantisme masa lalu yang tetap
dikenang.
Keterlekatan pelanggan terhadap kuliner semanggi disebabkan pula oleh pengaruh
lingkungan. Diantaranya adalah anggota keluarga yang sering membeli semanggi
memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada individu untuk melakukan hal yang
sama. Selain keluarga, lingkungan pergaulan pun mempengaruhi ketertarikan individu
terhadap kuliner tradisional semanggi.Kategori pertama adalah orientasi terdahulu, yaitu
pemahaman dan pengalaman yang pelanggan miliki terkait dengan kuliner semanggi yang
merupakan kuliner khas Surabaya. Kategori waktu berikutnya adalah orientasi terhadap masa
sekarang, artinya pelanggan memahami akan romantisme masa lalu terhadap kuliner
semanggi yang unik dan semakin langka. Orientasi masa yang akan datang memiliki arti
bahwa pelanggan berharap dapat memberi kontribusi untuk memasyarakatkan kuliner
semanggi Surabaya agar tidak cepat hilang.
Dari uraian tersebutpenulis menggunakan konsep fenomenologi transedental
Husserl untuk melakukan analisis terhadap pembentukan makna secara mental pada ranah
individu. Penulis menggunakan fenomenologi Alfred Schutz untuk melakukan analisis
terhadap faktor-faktor yang mendukung eksistensi bakul semanggi gendong. Sedangkan
untuk proses konstruksi makna dan realitas bakul semanggi gendong, serta keterlekatan
kelembagaan, penulis menggunakan konsep Berger dan Luckmann tentang konstruksi realitas
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN DESERTASI ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
B. Keterlekatan Ekonomi dalam Masyarakat Modern ... 25
C. Penerapan Konsep Keterlekatan ... 28
D. Keterlekatan Pelembagaan Bakul Semanggi Gendong... 33
E. Jaringan Sosial Bakul Semanggi Gendong ... 41 K. Teori Fenomenologi untuk Memahami Bakul Semanggi ... 83
L. Kerangka Pemikiran ... 91
BAB III METODE PENELITIAN ... 93
A. Pendekatan Penelitian ... 97
B. Setting/ Lokasi Penelitian ... 98
C. ... 99
D. Subyek Penelitian ... 99
E. Teknik Pengumpulan Data ... 99
F. Teknik Analisis Data ... 104
G. Teknik Pemeriksaan Data ... 108
C. Bakul Semanggi Gendong dan Aspek Sosial Budaya ... 122
D. Pelanggan Semanggi Gendong ... 138
BAB V BAKUL SEMANGGI GENDONG DI SURABAYA ... 140
A. Eksistensi Bakul Semanggi Gendong ... 140
B. Migrasi Bakul Semanggi Gendong ... 149
C. Makna Bakul Semanggi Gendong Bagi Diri Sendiri Dan Pelanggan 176
BAB VI IMPLIKASI TEMUAN PENELITIAN ... 188
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 216
A. Simpulan ... 216
B. Saran-Saran ... 224 DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bakul semanggi gendong dan kuliner semanggi adalah salah satu pedagang dan
kuliner khas Kota Surabaya. Keberadaannya pada jaman modern ini sudah jarang ditemui,
namun masih ada yang tetap bertahan dengan tidak merubah sama sekali dari cara bakul
semanggi gendong yang sudah dilakukan oleh generasi pendahulunya.
Penelitian ini berawal dari penulis melihat fenomena bakul semanggi gendong,
seorang perempuan lansia yang menjajakan dagangan kuliner semanggi dengan berjalan kaki,
berkeliling, menyunggi atau menggendong dagangannya. Penulis berpikir tentang, mengapa
institusi-institusi lokal sebagai kekayaan lokal hampir tidak pernah mendapat perhatian dalam
proses pembangunan.
Kegelisahan ini semakin kuat ketika perilaku ekonomi modern selalu mendominasi
proses-proses penguatan kapasitas masyarakat dalam mengembangkan berbagai teknik dan
strategi usaha di tataran lokal. Tentu kondisi ini tidak terlepas dari perkembangan sosial dan
ekonomi masyarakat yang mengalami perubahan dan peningkatan, seiring dengan
berkembangnya budaya dan kebutuhan.
Peningkatan kebutuhan tersebut didasarkan pada kemunculan produk- produk yang
bersifat nasional maupun lintas negara (global). Dalam hal ini kekuatan kapitalisme telah
menguasai sendi-sendi kehidupan masayarakat, sehingga memberikan dampak serta turut
mempengaruhi perilaku dan pola konsumsi masyarakat.
Pada saat kekuatan kapitalisme yang mengusai pasar dengan kemunculan pasar-
pasar swalayan modern, metode penjualan berjaringan, sampai pada penjualan melalui pasar
mampu mempertahankan eksistensi aktivitas ekonomi kelokalannya yang bersifat tradisional.
Eksistensinya itu diwujudkan dalam bentuk melayani masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
selera kuliner yang semakin langka. Padahal sesungguhnya praktek-praktek ekonomi
kapitalistik saat ini telah mengabaikan nilai-nilai manusia dan hubungan-hubungan antar
manusia.
Kelompok pelaku (aktor) ekonomi ini, dikenal masyarakat sebagai bakul semanggi
gendong. Kehandalan mereka untuk tetap survive dalam kancah ekonomi modern dan
perubahan arus sosial budaya masyarakat tidaklah terlepas dari kemampuan mereka
membangun relasi-relasi sosial dengan para pelanggan serta pelembagaan.
Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini sengaja mengkaji tentang kehidupan bakul
semanggi gendong atau penjaja semanggi, yang masyarakatbiasa menyebut sebagai “bakul
semanggi” Surabaya.Katabakul(dalam bahasaJawa)artinya ‘pedagang’,sedangkansemanggi
artinya ‘sekelompokpakuair’(salviniales darimarga marsilea),yangdiIndonesiamudah
ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi.
Secara morfologi bentuk tumbuhan semanggi sangat khas, karena bentuk daunnya
yang menyerupai payung yang tersusun dari empat kelopak anak daun yang berhadapan.
Kuliner khas kota Surabaya
inidisajikandiataswadahyangterbuatdaridaunpisang(pincuk),terdiriatasbeberapa jenis sayuran,
seperti: daun semanggi dan kecambah yang ditaburi dengan bumbu yang
terbuatdariubijalardan kacangtanahsertasambalyangterbuatdarisingkong,gula
jawa,terasi,petisudang,dancabe.Ini merupakankearifanlokalyang dikedepankan oleh bakul
semanggi dengan dagangan semangginya.
Bakulsemanggigendongartinya ‘pedagangataupenjajasemanggidengancara
menggendong dagangannya, yaitu semanggi’. Istilah penjaja di sini diartikan sebagai
penjaja karena bakul semanggi gendonginidalam
memasarkanataumenjajakandagangansemanggitersebut dengancara berkeliling, berjalan kaki,
menggendong semanggi yang ditempatkan pada wadah yang
terbuatdarianyamanbambu,yangbiasa disebut besek. Dalam menjajakansemanggi, bakul
semanggi gendong sambilberteriakmenyebutnamasemanggi di setiap perjalanan kelilingnya.
Oleh karena itulah masyarakat Surabaya banyak menyebutnya sebagai penjajasemanggi,
selain bakul semanggi gendong.
FokuspenelitianiniadalahtentangbakulsemanggigendongSurabaya yang tetap eksis
(bertahan/survive),karena bermigrasi dan pelanggannya. Kajian
penelitianinilebihmenekankanpadaaspekekonomiyangdikajidalamkajiansosiologi, yaitu
sosiologi ekonomi. Sosiologi ekonomi adalah studi sosiologis yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena sosial. Fenomena sosial yang
dimaksud adalah fenomena bakul semanggi gendong yang
berbedadenganfenomena-fenomenasosial pedaganglainnya.Fenomenasosialbakul semanggi gendong berkaitan dengan
aspek ekonomi bakul semanggi gendong
yanghanyaadadiKotaSurabaya,memilikiciri-cirikhususyangmudahdikenalikarena perbedaannya bila dibandingkan dengan pedagang lain
di jaman yang modern seperti saat ini.
Perbedaantersebutmenjadikekhasan tersendiribagibakulsemanggigendong
diSurabayasebagaikotametropolitan.Adapun ciri-ciri khas tersebut antara lain: 1)
semuabakulsemanggigendongadalahseorangperempuanyangrata-rataberusiaparoh baya
sampai tua; 2) pakaian yang dikenakannya adalah dengan memakai kain batik bermotif
pesisir, baju kebaya, selendang untuk menggendong semanggi dan setumpuk krupuk puli; 3)
cara menjajaknnya berjalan kaki, berkeliling dari kampung satu ke kampung yang lain di kota
Surabaya dengan meneriakkan: semanggi, semanggi; dan 4).
Surabaya berasal dari kampung Kendung, Sememi, Benowo,
Surabaya,padahalkampungtersebutterletak jauhdarikotaSurabaya. Namun, mengapa mereka
bersusah payah menjajakannya ke sana.
KampungKendungterletakdiwilayahSurabaya Barat yang berbatasan
langsungdenganKabupatenGresikdanberjaraksekitar20--25km dariSurabaya. Dengan tempat
tinggal asal bakul semanggi yangjauhdarimerekamenjajakan semangginya tersebut, menurut
aspek demografiataukependudukan,bahwabakul semanggi gendong telah melakukan migrasi.
Migrasi adalah perpindahan atau
pergerakanpendudukdaritempatasalketempatyanglain.Secarateoretis,migrasi
pendudukdapatdibedakanyaitumigrasitetap (permanen)danmigrasitidaktetap
(non-permanen).Bagibakulsemanggigendongdi Surabayaini,melakukanmigrasidapat dikategorikan
sebagai migrasi yang tidak tetap (non-permanen). Hal ini dengan alasan bahwa mereka
bermigrasi ke Kota Surabaya hanya bertujuan untuk menjajakan semanggidalam
kurunwaktuantara7sampai8jam seharikemudiandisorehari kembaliketempatasalnyalagiyaitu
diKendung,Benowo.Demikianrutinitasyang
dilakukansetiaphariolehbakulsemanggigendongtersebut.Atasfenomenaitulahmaka
migrasiyangdilakukanbakul semanggidikategorikansebagaimigrasisirkuler,yang artinya
migrasi yang tidak menetap dan bersifat ulang-alik.
Melihatpenjelasantersebut di atas,bakulsemanggigendongSurabaya
tetapmempertahankantradisimenjajakansemanggi,yaitudengantradisiturun-temurun,
caraberdagangnya,mengemasnya(packaging), pelanggannya, barang dagangannya,
pakaianyangdikenakannya, kesemuanya itusangatunikdanmenarik bagi penulis
untukmenelitinya,terlebihdiera menjamurnyakulinermodernsepertisekarangini.
Dengandemikian,keberadaanbakulsemanggi gendong merupakanfenomenasosial
inidigempurbegitubanyakdanberagambaikkulinermodernmaupuntradisional, berusaha
menampilkan sesuatu yang baru dan menarik, agar banyak diminati oleh
konsumen.Meskipundemikian,kulinersemanggimasihtetapsamasepertidahulutanpa ada
perubahan apa pun, namun masih tetap digemari, sehingga sampai sekarang keberadaannya
tetap eksis.
Eksistensi bakul semanggi gendong juga didukung oleh hubungan baik yang terjalin
antara bakul semanggi dengan pelanggan di Kota Surabaya sebagai bagian dari
romantismemasa lalu, sehingga masih ada keseimbangan antara bakul semanggi gendong
sebagai supplyer dan pelanggan sebagai demand (pasar). Dari aspek sosial dan
ekonomi,bakulsemanggigendongSurabayamelakukanmobilitaskeluardaridesa
merekasetiapharimenujukekotaSurabaya,yangberjarakantara25-45km,sehingga peneliti
menyebutnya sebagai migrasi sirkulasi yang khas. Aspek–aspek itu semuaditeliti; bagaimana
makna yangterpikirkanolehsetiap bakul semanggi gendongtentangdirinya sendiri dan
eksistensinya di kancah persaingan kuliner yang modern dan menarik minat masyarakat
perkotaan, serta bagaimana pelanggan memaknainya.
Di tengah maraknyamakanan cepat saji dan kuliner yang menawarkan cita rasa
tinggidanberkelas,kulinersemanggimenjadidayatariktersendiribagiparapenggemar atau
komunitas pencinta kuliner khas kota Surabaya tersebut. Hal ini karena kuliner semanggi
SurabayahanyaadadiKotaSurabayadanbelum pernahadaditemukandi kota lain di Indonesia.
Di satu sisi,kulinersemanggimenjadidaya tarik tersendiri, khususnya bagi penggemar kuliner
tradisional. Namun, di sisi lain, keberadaan kuliner semanggi kini semakin memprihatinkan.
Data sementara hasil wawancara langsung dengan beberapa bakul semanggi gendong yang
ditemui mengatakan, pelanggan mereka sebagian besar dari kalangan orang tua, sedangkan
Saat ini bakul semanggi gendong yang masih bertahan menjajakan semanggi
sudahbanyakyangberusiatuadanmerekatidakberharapanakcucunyamenjadiseperti
mereka.Pernyataanbakulsemanggigendongtersebutamatmiriskarenasemanggitelah diklaim
sebagai“ikon”KotaSurabaya,yangsemestinyadijagakelestariannyadan dibudayakan, tetapi
justru menjadi terpinggirkan dan kurang dipromosikan. Selain itu,
eksistensibakulsemanggigendongsampai saatini tidak ada perubahan, membuat penulis
terdorong untukmendalami tentang bakul semanggi gendong yang termasuk salah satu
kuliner tradisional Kota Surabaya yang masih bertahan.
Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan itu,kulinersemanggimerupakan
salahsatumakananyangtermasuklangka,dandipastikan terdapat unsur-unsur
sosio-budayayangmelekatdanmelembaga secaraturun- temurun,terjadipadabakul semanggi gendong
itu sendiri serta lingkungan alam dan lingkungan sosial yang mendukungnya.
Semanggi Surabaya ini dijual dengankerkelilingdarikampungkekampung dengan
cara digendong oleh perempuan paruh baya. Bakul semanggi gendong ini menjajakan
dagangannya mulai pagi hingga sore hari.Bakul semanggi gendong ini mudah dikenali
karenamereka mengenakan jarik dan selendang untuk menggendong semanggi. Formasi
dagangannya ketika digendong pun sangat khas. Sebuah besek dan keranjang berisi sayur dan
bumbu berada di bawah, kemudian di atasnya ditumpangkan seplastik besar kerupuk puli
hingga terlihat menjulang tinggi digendongannya. Tangan satu memegang dagangan, tangan
yang lain menenteng keranjang yang berisi daun-daun pisang untuk pincuk sambil
meneriakkan kata semanggi.
Dibutuhkan keseimbangan yang luar biasa, terutamabagi bakul semanggi gendong
yang sudah tidak muda lagi, agar dagangan tersebut tidak tumpah. Ketika ada pembeli,
menggunakan suatu teknik yang cepat, keranjang yang menjulang tinggi sampai di atas
melayanipelanggan,keranjangdaganganitu punbisadengancepatberpindahke punggung
gendongannya.
Penjelasan tersebutmengesankan tentang budaya yang jauh dari kata modern,
padahalzamansekarangini dalam segalaaspekbahkansampaimakananpunsudahmerambah pada
budaya yang mengglobal. Globalisasiekonomi, informasi, dan budaya telah mempengaruhi
berbagai aktivitas manusia, termasuk aktivitas konsumsi makanan.
Pergaulanantar-manusiadanantar-budayayangmelewatibatas-batasgeografis,negara,
budaya,danagamatelahmeningkatkanintensitasdankompleksitaskonsumsimakanan itu sendiri.
Makan pada zaman ini tidak lagi merupakan aktivitas yang berskala lokal, yang dilakukan
dalam lingkup ruang dan waktu lokal, melainkan aktivitas yang
melibatkanberbagairelasidaninterelasiberskalaglobal,yangdilakukandalamruang dan waktu
global, sehingga disebut globalisasi konsumsi.
Berbagaibentukkonsumsimakanan berlangsungdalamskalaglobal, disebabkan pada
tingkat produksi, yaitu meluasnya skala produksi pada tingkat negara
menjadiberskalaglobal.Dalam konteksmakanan,berbagaibentukmakananyang
berasaldariberbagaitempatdankebudayaan (sepertiAmerikaSerikat,Italia,dan
Jepang)kinidiproduksitidakhanyadinegaradanlingkungannyamasing-masing,tetapitelahmeluaskehampirseluruhtempat di seluruh dunia. Berbagai bentuk franchise
makanan kini tersebar di hampir semua wilayah/ tempat global. Globalisasi telah
mengintegrasikanberbagaielemenbudayamakandariberbagaitempatkedalamsebuah wadah,
yang disebut budaya makan global.
Industri makanan yang berskala global merupakan sebuah peluang, sekaligus
ancaman bagi industri makanan lokal, antara peluang dan harapan, antara
identitasdantransformasi.Disatupihak,globalisasiseleratelahmenciptakansemacam
dari sebuah negara adidaya, seperti Amerika Serikat, yang mengkondisikan budaya-budaya
lokal melakukan peniruan dan imitasi. Di pihak lain, globalisasi selera justru memberi
peluang bagi budaya kulinerlokal untuk mengglobalkan dirinya, yaitu memperluas
produksinya dari yang bersifat lokal menjadi berskala global.
Globalisasi,disatupihaktelahmembuka pintuseluas-luasnyabagibudaya
lokaluntukberperandidalamprosesperkembangandanpengayaan;dipihaklain,
globalisasilewathomogenisasikonsumsijustrumengancam keberlanjutanbudaya kuliner lokal.
Alih-alih mengembangkan sendiri budaya kuliner lokal, yang terjadi malahmeniru
berbagaibentukyangimitasi,misalnya berbagai imitasi dari Kentucky Fried Chikken, seperti
ayamcrispy, ayamgoreng tepung bumbu, dan yang lainnya.
Selera global menjadi sebuah persoalan budaya yang sangat serius, ketika
masukkedalamsebuahbudayadanpadaakhirnyamerusakdanmenghancurkanselera lokal itu
sendiri. Selera global itu menjadi sebuah ancaman yang serius terhadap
eksistensidankeberlanjutanbudayakulinerdanseleralokal.Budayakulinerdanselera
lokalterserapkedalam budayadanselerayangdominan,bersifathegemonis,yaitu
dengankekuatannyamampumenyerapbudayadanseleralokaluntukkemudiandiklaim
sebagaibagiandaribudayamereka.Sebutsaja McDonald menyerapberbagaibudaya dan
selera-selera etnik di hampir seluruh penjuru dunia, dan mengklaimnya sebagai bagian dari
budayaMcDonaldyang disebut dengan McDonalisasi.
Banyakpihakyang melihatglobalisasibudaya,termasukkonsumsidanselera,
sebagaisuatuancaman.Sebagaibentukbarudariimperialismekultural atau budaya(kuliner)
yangdidominasibudayaBarat.Budayadan seleramakansesungguhnyaadalahsangat
pluralistik,tetapikini diseragamkankedalam kesatuanbudayaglobal,contohnya keseragaman
tempat, manusia dan budayanya. Sebuah Restoran, makanan yang ada di
orang-orangyangmakandidalamnya,semuatampaksamadanseragam diseluruh
dunia.Budayaselerayangsamatersebut akan membentuk apa yang disebut sebagai
seleraglobal,sehinggabudayamakanyangpluralisatauberanekaragam sudah dikalahkan menjadi
budaya dan selera makan dan makanan yang homogen, kemudian menjadi
semacamhomogenisasi selera.
Homogenisasi selera ini tampilmelalui berbagai simbol budaya. Mc Donald
adalahsalahsatudarisimboltersebut,yangmenciptakanseleraglobal,dalampengertian klaim
atasberbagaiselerayangpluraluntukkemudiandiMcDonaldisasikan.Menurut George Ritzer
proses itu disebutkannya sebagai kecenderungan McDonaldisasi.
Upaya menjaga eksistensi itulah yang kemudian menuntut manusia menciptakan
tatanan sosial. Jadi, tatanan sosial merupakan produk manusia yang
berlangsungterus-menerussebagaikeharusan antropologis yang berasal dari biologis manusia. Tatanan sosial itu
bermula dari eksternalisasi, yakni: pencurahan kedirian manusiasecaraterus-meneruskedalam
dunia,baikdalam aktivitasfisismaupun mentalnya (Berger, 1991: 4--5).
Berkaiatan dengan penelitian ini, pendekatan sosiologi ekonomi baru atau
seringjugadisebutpendekatan“keterlekatan”mengajukan pandangan yang lebih
dinamis,yaitubahwakepercayaantidakmunculdenganseketikatetapiterbitdariproses
hubunganantarpribadidariaktor-aktoryang sudahlamaterlibatdalamperilaku ekonomi secara
bersama. Kepercayaan bukanlah merupakan barang baku (tidak berubah), tetapi sebaliknya,
iaterus-menerus ditafsirkan dandinilaiolehparaaktor yang terlibat dalamhubungan perilaku
ekonomi. (Damsar,1997: 42).
Sosiologi ekonomiadalah studi sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara ekonomidan fenomena sosial. Asumsi yang dibangun sosiologi
ekonomidalam melihatfenomenaekonomiadalahtindakanekonomisebagaisuatu bentuk
ekonomimerupakankonstruksisosial (Granovetteryangdikutipkembalioleh Swedberg, Richard.
2000).
MenurutGambetta(dalam Damsar,2011:201)diskusisosiologistentang
kepercayaanumumnyadikaitkandenganketerbatasan perkiraan dan ketidakpastian
yangberkenaandengan perilakuoranglaindan motif mereka.Setiaporangmemiliki
keterbatasandalammemperkirakansesuatuuntukmengatasiketidakpastiantersebut, maka dia
harus menjalin hubungan kepercayaan dengan orang lain.
Lawang(dalam Damsar,2011:186)menyimpulkanintikonsepkepercayaan
sebagaiberikut:(i)hubungansosialantaraduaorang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini
adalah institusi,yangdalampengertianinidiwakiliorang;(ii)harapanyang akan terkandung dalam
hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah
pihak; serta (iii) interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud.
Bakulsemanggigendongdengansegalatradisidanbudayayang melekatpada
dirinyadansekaligusbagipelanggannyayang adadikotaSurabayaadalahjejaring
hubungansosialyangdiciptakan,dibangun,dan dikonstruksikan oleh tiap individu di tengah
masyarakat,dantiapindividutersebutterlibatdalamperilakuyang merekapilih secaraaktif
dansukarela,yangpadaakhirnyamengantarkanmanusiadalam proses pengambilan peran di
tengah masyarakatnya.
Gambaran tersebut setidaknya mengantarkanpenulispadasebuahpemahaman bahwa
ada sebuah nilai (value) yang ingin dicapai sehingga sebuah komunitas mempertahankan
eksistensi dari sebuah khazanah budaya yang telah dianut secara
turun-temurun.Jikadilihatdariaspeksosiologis,eksistensi bakulsemanggigendong
tersebuttidakhanyadilandasiolehhalyangtelahdikemukakansebelumnyatentangciri
khasnya,namunadafungsilainyangdapat diperolehdarimenjadibakulsemanggi
Bakulsemanggigendongmempunyaifungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas
sosial di antara sesama bakul maupun pelanggan untuk mewujudkan sebuah pemenuhan
kebutuhan dan selera. Dengan demikian, bakul semanggi gendong bisa
dikatakansebagaistruktursosial.Strukturyangdibentukolehmerekapunbisaberubah
sesuaidenganperkembanganzaman.Struktursosialberfungsisebagaipenegasidentitas yang
dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam
latarbelakangras,sosial,danbudayaakanmengembangkanstruktursosialnya sendiri sebagai
pembeda dari kelompok lainnya.
Dalam kehidupanbermasyarakat,jugaselalumunculkecenderungandalam
diriindividuuntukmelanggarnorma,nilai,atauperaturanlainyangberlaku.Mengingatperanandans
tatusyangdimilikinya,individutadidalamstruktursosial, kemungkinan akan mengurungkan
niatnya melanggar aturan. Sebab, apabila individu itu melanggar aturan, akan ada sanksi yang
tegas sebagai hukumannya. Individubelajardaristruktursosialyangadadalam
masyarakatnya.Halituterjadi
mengingatmasyarakatmerupakansalahsatutempatberinteraksi.Banyakhalyangbisa dipelajari
dari sebuah struktursosialmasyarakat,mulai dari sikap, kebisaaan, kepercayaan, sampai
kedisiplinan.
Secarasosiologis,masyarakatmerupakansuatusistem sosialyangtidaklain
adalahsuatusistemdaritindakan-tindakan.Iaterbentukdariinteraksisosialyangterjadi
diantaraberbagaiindividu,yangtumbuhberkembangtidak secarakebetulan,namun tumbuh dan
berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum masyarakat, yakni
norma-norma sosial. Norma inilah yang merupakan sumber terjalinnya integrasi sosial, dan juga
merupakan unsur yang menstabilkan sistemsosial budaya itu sendiri.
MenurutTalcottParsons,kehidupansosialituharusdipandangsebagaisebuah
yangterjadidarikomponensosialyangteraturdanmelembaga.Salahsatukarakteristik
sistemsosialadalahmerupakankumpulandaribeberapaunsurataukomponenyang
terdapatdalammasyarakat,dimanakomponen-kompenen tersebut saling berhubungan dan
saling tergantung satu sama lain.
Dalam pandanganWeber,tindakanyangdilakukanbakulsemanggitersebut
merupakantindakanirasional yangdikategorikansebagaisebuahtindakan tradisional,
sebagaimana dilansir dalam buku Teori Sosiologi Klasik dan Modern berikut:
“Berawaldarimunculnyafolkwaysataukebisaaanyangsecaratidaksadaratau perencanaan
dilakukan maka tindakan itu termasuk tindakan tradisional. Bisanya
tindakantradisionaltersebutberdasarkan adat,danbilaorientasinyasamamaka
tindakaninisemacamtradisi”(Jhonson,1986:170).
TerlepasdaripandanganWeber,bakulsemanggigendongdengantradisiyang dilakoninya
merupakan sebuah tindakan tradisional yang irasional, namun hal tersebut
tidaksertamertamenjadisebuahpenghalang eksistensisebuahsosialkapitalyang terwujud
dalamlingkungan masyarakat yang semakin modern.
Kemajuanteknologidanperkembanganzamanyangsemakinmemolesdiridan
menjelmamembentuksebuahperadabanyangsemakinmoderndansaratakansentuhan
siencedanteknologi,tidak kemudian menggerusdanmenghilangkannilai-nilaisocialcapital yang
telah dianut oleh bakul semanggi gendong. Meskipun menurut Narwoko dan Suyanto
(2006)dalam bukuSosiologiTeksPengantardanTerapanbahwasetiap teknologi secara bertahap
menciptakan kehidupan manusia yang sama sekali baru, dan
teknologimerupakankekuatandahsyatyang disadariatautidakdapatmengubahdan membawa
suatu masyarakat keluardari kondisi awal kehidupannya.
Perubahan kondisi sosial masyarakat secara universal tidaklah menjadi
masyarakatKendung,Benowo.Haltersebutterbuktidengan langgengnyacarabakul
semanggigendongdalammenjajakankulinersemanggisampaisekarang.Salahsatu faktor yang
mendorong bakul semanggi gendong karena ada nilai dibalik pelaksanaan
tersebutyangdianggapsebagaisuatu tindakan yang sebanding dengan usaha yang mereka
lakukan.
Selainbakulsemanggigendongyangmasiheksisdankhas,terdapatfenomena
laindaritradisiyangdilakukannyayaitu denganbermigrasi.Berkaiatandengan penelitian ini,
mengedepankan aspek ekonomi yang didekati dari sosiologi,
penulismeminjamlogikaRitzertentangMacDonaldisasidanpertumbuhankartukredit.
GeorgeRitzermenggunakanteorirasionalitasdanbirokrasimilikMaxWeber(1864--1905)sebagaipisauanalisisnya.Dalammengkonstruksiteorinyainidanmenganalisis
wabahMcDonaldisasiyangtelahberdiasporadanterfragmentasibegitukuatdalam kehidupan
bermasyarakat diberbagai aspek.
DampakMcDonalisasi terhadap kehidupan masyarakatsangatsulit ditangkal.
Adapun,kitaakandicap“aneh”atau“gila”bilatidakmengamininya.Namun,mengapa
haltersebutmenjadisesuatuyangsakral,normatif,danwajib hukumnya untuk
dijalankanseolah-olahmenjadisosokpenampakkanbaru,antaralainadalahkarena:(1)McD
menawarkanefisiensiataumetodaoptimalbagiperolehandarisatu kelainpoin;(2)
McDmenawarkandayahitungataupenekananpadaaspekkuantitatifatasprodukyang dijual
(ukuran porsi, ongkos) serta layanan yang ditawarkan (waktu pemerolehan
produk);(3)dayaprediksiyangditawarkanolehMcD,yaknirasa yakinbahwaproduk dan
layanannya akan tetap sepanjang waktu dan diberbagai lokasi; dan (4) kontrol, khususnya
melalui substitusi non-manusia keteknologi manusia dipatrikan merata kepada orang yang
TeoriRitzer tentangMac.Donalisasitersebut akan bertolakbelakang apabila
disandingkan dengan fenomena ekonomi sosial yang terjadi pada bakul semanggi gendong,
bahwa tindakan yang selama ini dilakukan menurut bakul semanggi adalah
sebagaitindakanyangrasional.Namundizamanyangsudahserbamodernsekarangini, tindakan
yang dilakukan oleh bakul semanggi gendong tersebut merupakan suatu tindakan yang
irasional. Bagaimana tidak, secara logika, bakul semanggi gendong melakukan suatu tindakan
ekonomisosio-budaya yang masih tetap dipertahankan sampai sekarang, pasti ada aspek lain
yang melekat secara kelembagaan yang ada pada bakul semanggi gendong itu sendiri dan
keluarganya.
TeoriGranovettertentang SocialEmbeddednessdalam TheNewEconomic Sociology
merupakan pendekatan sosiologi ekonomi yang melihat tindakan aktor ekonomi
dalamkerangkastruktursosial.Namun,Granovetterlebihbanyak
menganalisisstructureofsocialrelationataunetworkterhadapfenomenaekonomi.
Dalamartikeltersebut,Granovettermendiskusikansetidaknyaada3halterkaitproblem dari
embeddedness:
Pertama, konsepsi undersocialized dan oversocialized sebagai tindakan
aktorekonomi.Menurutnya,ekonomklasikdan neoklasik cenderung mengasumsikan aktor
ekonomi dalam konsepsi undersocialized, yaitu otonomi individu dalam tindakan ekonomi.
Aktor ekonomi yang otonommelepaskan diri dari konteks sosial, kultural, dan politik.
Tindakannya dilakukan ke arahyangbersifatindividualistik. Adapunekonom
reformisataujugasebagiandarisosiologstrukturalParsonian cenderung terjebak pada konsepsi
oversocialized, yaitu menempatkan individu dalam
ruang-ruangdeterminasikultural.Aktorekonomiberadadalamstrukturyang mengatur segala keputusan
Granovettermemilikikesamaantertentu,yaitupenolakanterhadapstrukturrelasisosial
dalamproses produksi, distribusi, dan konsumsi (Granovetter, Mark. 1985).
KonsepsiundersocializedbanyakmerujukpadapemikiranAdam Smith
tentangpasarbebasyangkompetitif.Menurutnya,dalam pasaryangkompetitif,tidak
adaprodusenataupunkonsumenyangsaling mempengaruhipermintaan,penawaran,
harga,dankomponenlainkarenapasaryangidealtelahmen-supplypembelidanpenjual dengan
informasi yang sempurna. Pasar yang ideal, menurut Adam Smith dapat
mengaturdirinyasendiri(Adam Smith, 2002), sehinggastrukturekonomiyangpaling baik adalah
membentuk dirinya sendiri tanpa adanya intervensi. Pada prinsipnya, pernyataan tersebut
telah mengeliminasistruktur relasi sosial dalamekonomi.
Dalam ekonomiklasikdanneoklasik,jikaaktorekonomimemilikirelasi
sosial,makadapatmengancamterwujudnyapasaryangkompetitif.Olehkarenaitu,
ekonomklasikdanneoklasikmensyaratkanbahwaaktorharusotonom.Dalam istilah
laindisebutkan,aktormengalami atomisasi yang oleh para sosiolog disebut homo economicus.
Bantahanyangradikaldatangdarisosiologstrukturalis,terutamamerekayang
mendapatpengaruhdaripemikiranTalcott Parson.Strukturalisterutamakalangan
Parsonianberasumsibahwatindakanekonomiselaluberadadalam struktursosial sehingga sangat
dipengaruhi oleh determinasiyangsifatnyanon-ekonomi.Aktor
bertindakbisaatasnamatradisiatau budayaatauapasajayangdisebutsebagai
kewajiban,keadilan,penghormatan,danlain sebagainya.Pengaruhsosialselalu berkontribusi
pada proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
Dalam teorisocialembeddedness,Granovetterberargumenbahwaaktor
ekonomiharusdihindaridariprosesatomisasikarenamembuataktorkeluardarikonteks
sosial.Haliniuntukmencegahkonsepsiundersocialized. Tidak pula aktor
oversocialized.Namun,aktorditempatkanpadastrukturrelasisosialdalamsebuah sistemyang
sedang berjalan (Granovetter dan Mark, 1985).
Kedua,Granovettermendiskusikanembeddednessdalamproblem trustdan
distrust.Fenomenatrustdandistrustdalamekonomitidakdapatdijelaskanapabilaaktor ekonomi
diasumsikan sebagai under- dan oversocialized sebab pada masyarakat
tertentu,prosesekonomiterstrukturdalam hubungan-hubungannonpasar,seperti:
keluarga,komunitas,ataupunbirokrasi.Hubungan-hubungannonpasartersebutdapat
menjelaskanmengapa trustatau distrustmuncul atau menghilang (Granovetter dan Mark dalam
Haryanto,Sindung,2011).Argumentasidalam teorisosial embeddedness
menekankanpadarelasisosial yangkonkret (op.cit.,hal493).Trustadalahelemen yangdibangundi
atasrelasisosialyangkonkretbukanself-interested sebagaimana argumen para ekonommodern
saat ini.
Ketiga,problemantaramarketdanhierarki.Probleminimerupakankritik
GranovetteratasgagasanOliverWilliamson.MenurutWilliamson,bisnisberkembang dipengaruhi
oleh hierarki dalam oganisasi atau perusahaan. Eksekutif dalam satu
perusahaanbertemuuntukmengadakanrelasi dankontak.Relasisosialyanghierarkis
inimenciptakanorderdalam kehidupanekonomi.Padaakhirnya,bisnisberkembang, namun
Granovetter memandang relasi sosial antar perusahaan di semualevel lebih
pentingketimbangmekanismeotoritasdalam perusahaan.Relasidisemualeveldapat
menciptakansuppliers dan pembeli baru. Pada level tertentu, embeddednessdalam
relasisosialdapatmenghadirkantrustdansolidaritas.Jaringansosialyangberdiridi atas
modalsosialtersebutpadaakhirnya mampu mengembangkanekonomidalamhalpasar
kerja,entrepreneurship, dan perusahaan (ibid., hal 493-504 ).
EmbeddednessbagiGranovetterlebihditekankanpadafungsi networkatau relasi sosial.
Granovetter ini. Richard Swedberg menyimpulkan bahwa setidaknya ada tiga kontribusi
teoretis yang menjadi fondasi dari social embeddedness,
yaituNetworksTheory,OrganizationTheory,CulturalSociology (Swedberg danRichard, 2003).
Teori-teori yangtelah dijelaskantersebutakanmenjaditeoripendukung dalampenelitian
ini. Denganmeminjamlogikakeduateorisosiologiekonomi tersebut,
penulismencobamengkritisidengankeberadaanfenomenabakulsemanggi gendong yang secara
kasat mata berbanding terbalik. Untuk itu, dibutuhkan teori lain yang memperkuat sekaligus
menggunakan metode penelitian yang tepat. Oleh karena itu, dipilih pendekatan dan metode
fenomenologiberlandaskanpadaempat kebenaran, yaitu kebenaran empirik sensual, kebenaran
empirik logik, kebenaran empirik etik, dan kebenaran empirik transenden.
Atas dasar cara mencapai kebenaran ini, fenomenologi menghendaki kesatuan antara
subjek peneliti dengan pendukung objek penelitian. Keterlibatan subjek peneliti di lapangan
dan penghayatan fenomena yangdialamimenjadisalahsatuciriutama.Haltersebut,
sepertidikatakanMoleong
(1988:7-8),pendekatanfenomenologisberusahamemahamiartiperistiwadan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang biasa dalamsituasi-situasi tertentu.
Peneliti fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu
bagiorang-orangyangsedangditeliti.Makadariitu,inkuiridimulaidengandiam.Diam merupakan
tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang diteliti. Hal yang ditekankan adalah aspek
subjek dari perilakuorang.Merekaberusahauntukmasukke dunia konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian
yang mereka kembangkan di sekitar peristiwadalamkehidupannyasehari-hari.
Makhlukhiduptersedia berbagai carauntuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi
dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman manusialah yang membentuk
Kaum fenomenologismenekankanaspeksubjektifdariperilakubudaya. Mereka
berusaha masuk ke dalam dunia subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga peneliti
mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan dalam hidup sehari-hari. Subyek
penelitian dipercaya memiliki kemampuan untuk
menafsirkanpengalamannyamelaluiinteraksi.Penelitifenomenologistidakmenggarap
datasecaramentah.Peneliticukuparifdengancaramemberikantekananpadasubjek untuk
memaknai tindak budayanya, tanpa mengabaikan realitas.
Masyarakat sebagai realitas objektif menyiratkanpelembagaandidalamnya. Proses
pelembagaan (institusionalisasi) diawali oleh eksternalisasiyang dilakukan berulang-ulang
sehingga terlihat polanya dan dipahamibersama, kemudian menghasilkan pembiasaan
(habitualisasi). Habitualisasi yang telah berlangsung memunculkan pengendapan dan tradisi.
Pengendapandantradisitersebutkemudiandiwariskankegenerasisesudahnya
melaluibahasa.Di sinilahterdapatperanandidalamtatanankelembagaan,termasuk
dalamkaitannyadenganpentradisianpengalamandanpewarisanpengalamantersebut.
Jadi,perananmempresentasikantatanankelembagaanatau lebihjelasnyapelaksanaan
perananadalahrepresentasidirisendiri. Perananmempresentasikansuatukeseluruhan rangkaian
perilaku yeng melembaga, misalnya peranan orang tua dalam mewariskan budaya dan tradisi
leluhurnyaseperti yang terjadi padabakul gendong semanggi ini.
Masyarakat sebagai realitas objektifjugamenyiratkanketerlibatanlegitimasi.
Legitimasi merupakan objektivasi makna tingkat kedua, dan merupakan pengetahuan
yangberdimensikognitifdannormatifkarenatidakhanyamenyangkutpenjelasantetapi juga
nilai-nilai. Legitimasi berfungsiuntukmembuatobjektivasi yang sudah
melembagamenjadimasukakal secara subjektif.
Masyarakatsebagaikenyataansubjektif menyiratkanbahwarealitasobjektif ditafsirkan
Internalisasiadalahprosesyangdialamimanusiauntukmengambilalih
duniayangsedangdihunisesamanya(Samuel,1993:16).Internalisasi berlangsung
seumurhidupmelibatkansosialisasi,baikprimermaupunsekunder.Internalisasiadalah proses
penerimaan definisi situasi yang disampaikan orang lain tentang dunia
institusional.Denganditerimanyadefinisi-definisitersebut,individupunbahkanhanya mampu
mamahamidefinisi orang lain, tetapi lebih dari itu, turut mengkonstruksi definisi bersama.
Dalam proses mengkonstruksi inilah, individu berperan aktif sebagai
pembentuk,pemelihara,sekaligus perubah masyarakat.
Penelitiantentangbakulsemanggigendongselamainimasihjarangdilakukan, untuk itu
diperlukan bahan pembanding dengan penelitian lain. Karena itulah maka penulis
membandingkannya dengan hasil penelitian yang mengangkat tentang kehidupan yang
serupa, karena bakul semanggi gendong adalah bagian darinya.
Hasil penelitian oleh Corah Sinulingga, dkk. (2010), menjelaskan bahwa
penjualjamugendongadalahsuatuprofesiyangmasihterusdipertahankankarena
warisantradisidarikeluargasecaraturuntemurun.HasilpenelitianCorahdkk.memang
mampumenjelaskan bahwapenjualjamugendongmasihterusbertahanhinggasaatini,
meskipunbanyakjamudalam bentukpil,tablet,danserbuk;tetapipenelitian tersebutbelum
mampumenjelaskanapakah keberadaanmerekadikota-kotabesar
masihtetapmenjajakandengancaradigendong seperti yang dilakukan oleh bakul semanggi
gendong di Surabaya.
Untukmempertahankanmisibudaya,hasil penelitian Antharin Prasanti
menjelaskanbahwaparapenjualjamudi kotamenggunakanstrategiadaptasiguna bertahan.
Mereka sebagai migran sirkuler di kota mempunyai misi memperkaya pengetahuan dan
PenelitianEvers (1993), yang mengkaji “TheTransformationoftheInformal
SectorinIndonesia:SocialandPoliticalConsequences” jugabelumcukupjelas memberi
jawaban tentang bagaimana membangun strategi eksis sektor informal
perkotaan,sepertihalnyayangtelahdilakukanbakul semanggi gendongyangtetapeksis dengan
tradisinya walau masyarakat saat ini dilanda budaya MacDonalisasi.
Melihat beberapa hasil penelitian tersebut,dapat dijelaskan bahwa penelitian tehadap
bakul semanggi gendong Surabaya berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang sejenis.
Perbedaan tersebut di antaranya terletak pada fokus penelitian, dimana penelitian terhadap
bakul semanggi gendong ini berfokus pada
maknasubjekbakulsemanggigendongsendirisebagaipelakuekonomi sosiologi yang
mempertahankan tradisi, yaitu semanggi Surabaya, serta makna dari para
pelangganyangadadiKotaSurabayaterhadapeksistensibakulsemanggigendongyang masih tetap
mempertahankan tradisi menjajakansemanggiyangtidakberubah,yaitu digendong, berkeliling,
tampilan, baik dagangannyamaupunbakulsemanggigendong sendiri.
Pertumbuhanindustri,perumahan, dan pembangunanekonomilainnyadiwilayah
kabupatenpinggirankota-kotabesar,menciptakanpasarkerjayangbesarsehingga
araharusmobilitaspendudukyangsemulamenuju kota besar, seperti Surabaya, akan berbelok ke
arah wilayah-wilayah terbangun di pinggiran kota, misalnya Gresik dan kota-kota lain yang
masuk dalam koridorGerbang Kerto Susila. Dengan demikian, khususnya para pedagang
semanggi tidak harus semuanya masuk, hanya dikenal dan dinikmati warga kota Surabaya
saja, tetapi bisa meluas persebarannya sampai ke
kabupatendankotadisekitarnya,bahkankota-kotalaindi seluruhwilayahIndonesia,
sepertiyangsudahdilakukanolehorangPadangdengankuliner rendangnya.
Diharapkandenganberkembangnyawilayah pemasaran, disamping akan lebih
kesejahteraan bakul semanggi gendong khususnya dan masyarakat di desa Kendung, Benowo
pada umumnya, yangmenjadi cikal bakal adanya kuliner tersebut.
Berdasarkan uraiantersebut, peneliti berkeinginanuntuk melakukan penelitian khusus
mengenai “Bakul Semanggi Gendong (Studi tentangEksistensi Dan Keterlekatan
Kelembagaan EkonomiBakulSemanggiGendong Di Kota Surabaya).
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dikemukakan bahwa fenomena
bakulsemanggigendongSurabayayangunikdantradisionalsangatlayakuntukditeliti. Hal ini
demimengembangkankhasanahdanwawasan budaya daerah, khususnya budaya
kulinerKotaSurabayayangtradisional, yang semakin langka, tetapi masih tetap eksis
keberadaannyaditengahmaraknyakuliner yangmodernsaatini. Kondisi kuliner yang
modern,tidakmenyurutkan semangat bakul semanggi gendong, mereka tetap menjajakan
dagangannya ke Kota Surabaya. Oleh karena itu, bagaimana mereka masih tetap eksis, makna
apa di balik yang dilakoninya (bakul semanggi gendong), serta bagaimana para pelanggan di
Kota Surabaya memaknainya, menjadi masalah dalam penelitian ini.
Permasalahan yang dikemukakan tersebut semakin menguatkan peneliti untuk
mengungkapmaknabakulgendongsemanggiSurabaya dengan berbagai simbol yang
disandangnya. Dengan demikian, peneliti merumuskanmasalahpenelitiansebagai berikut:
1. Bagaimanakah eksistensi bakul semanggigendong di Kota Surabaya di tenga h
gempuran selera ku liner modern dan tradis ional la innya?
2. Bagaimanakah bakul semanggi gendong melakukan migrasi khas
sebagaiketerlekatan kelembagaan ekonomi dalam mempertahankan eksistensinya?
3. Bagaimanakah makna bakul semanggi gendong bagi dirinya sendiri dan
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum penelitian ini adalah seperti berikut.
a. Memahamidanmendiskripsikanbakul semanggi gendong yang masih bertahan di
tengahgempuranmodernisasidan homogenisasi selera (konsumsi)dilihat dari
perspektif bakul gendong sendiri dan pelanggannya.
b. Memahamidanmendiskripsikanmigrasi yang dilakukan sebagai
keterlekatankelembagaan ekonomi bakul semanggi gendong hinggabisa tetap
eksis sampai saat ini.
c. Memahami dan mendiskriksikan makna bakul semanggi gendong.
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah seperti berikut.
a. Mendiskripsikandanmemahamieksistensibakulsemanggi gendongSurabaya sebagai
kuliner tradisional yang langka.
b. Mendiskripsikan migrasi bakul semanggi gendong sebagai
keterlekatankelembagaandalam mempertahankan eksistensi.
c. Mendiskriksikan makna bakul semanggi gendong bagi dirinya sendiri dan
pelanggannya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkanmampu memberikan manfaat :
Merumuskan proposisi baru yang diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan
teori sosial tentang fenomena bakul semanggi gendong di Kota Surabaya dan eksistensinya.
Untukmenunjukkankeaslianpenelitianini, ada beberapa hal pokok yang membedakan
dengan studi-studi sosial budaya dan sosiologi ekonomi yang lain, khususnya yang
terkaitdengansektornonformalyangdilakukanolehbakulsemanggigendongdengan studi-studi
sebelumnya. Adapun beberapa hal pokok tersebut adalah seperti berikut.
Penelitian tentang budaya kuliner khususnyayangmengangkatfenomena
bakulsemanggigendongdiSurabayasebagaikulinerkhasbelum banyakdilakukan, sehingga
membutuhkan studi lapangan yang cukup.Studi-studiempiris tentang sektor
informalyangmelakukanmobilitaspendudukbaikpermanenmaupunnon-permanen
diIndonesiamaupunasing,cenderungmenekankan pada pendekatan penelitian kuantitatif
dengan metode survey sebagai instrumen andalan untuk menghasilkan kesimpulan.
Adapun studi bakul semanggi gendong kali ini menggunakan pendekatan
kualitatif.Denganpendekatan kualitatif diharapkan dipahamilebihmendalam
hasilpenelitianyangmenggunakan pendekatan kuantitatif. Oleh karena pendekatan ini
tidaksekedarmengkaji hipotesis berdasarkan data di lapangan, tetapi diarahkan untuk
pemahaman fenomenadanperumusanproposisi-proposisi baru, sehingga dapat mengungkap
fenomena bakul semanggi gendong Surabayayang syarat dengan aspek kualitatif yang
belumterungkap.
Penelitiantentangbakulsemanggigendonginidikategorikandalamsektor ekonomi
nonformal. Terkait dengan penelitian sektor nonformal, hasil penelitiandari beberapa ahli
telahpenulis bandingkan.Penelitian-penelitiantersebut di antaranya adalah penelitian
Fatimah Maseri (2006), tentang konsep kerja dan peran majemuk perempuan pasar
terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Permasalahan pokok dari
penelitian ini adalah peran majemuk perempuan pedagang termanifestasi dalam
kerja,danberimplikasipadaposisifaktualdalamperbandingan relatifdengansuami.Temuan