• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT BERJUALAN DI PASAR DAERAH (Studi Kasus di Pasar Keputran Utara Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT BERJUALAN DI PASAR DAERAH (Studi Kasus di Pasar Keputran Utara Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

M O H A M M A D E R V I E R I D I A N T O

PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT BERJUALAN DI PASAR DAERAH

(St u d i Kasu s di Pasar Kep u t r a n Ut a r a Su r a b a ya )

■ >

(2)

P E R J A N J I A N P E M A K A I A N TEMPAT B E R J U A L A N DI P ASAR DAE R A H

(Studi Kasus di Pasar Keputran U tara Surabaya)

SKRIPSI

D I A J U K A N U NTUK M E LENGKAPI TUGAS

DAN MEMENUHI S Y A R A T - S Y A R A T UNTUK

MENCAPAI G E L A R S A R J A N A HUKUM

OLEH

M O H A M M A D ERVI E R I D I A N T O

0387 1 2 6 1 4

F A K U L T A S H U K U M U N I V E R S I T A S AIRL A N G G A

S U R A B A Y A

(3)

L.EMBAR P E N G E S A H A N

M a h a s i s w a tersebut telah m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n

s k r i p s i n y a melalui ujian yang d i adakan pada hari Sabtu,

tanggal 24 Ouli 1993.

P a n i t i a Penguji: Tanda tangan

(4)

KATA PENGA N T A R

Puji syukur saya ucapkan kepada A l l a h S.W.T.

karena hanya dengan p e r t o l o n g a n N y a l a h saya dapat

m e n y e l e s a i k a n skripsi ini, yang saya ajukan untuk

me l e n g k a p i gelar sa r j a n a hukum.

W a laupun mengalami berbagai hambatan, akhirnya

skripsi ini dapat saya selesaikan, oleh karena itu tak

lupa saya m e n g u c a p k a n terima kasih kepada :

1. Ibu Moerdiati Soebagyo, S.H., M.S., yang penuh

kesabaran m emberikan bimbingan dan pengarahan kepada

s aya dalam penyusunan skripsi ini, serta berkenan

menguj i n y a .

2. Bapak M.'Isnaeni, S.H., M.S., dan Bapak D j a sadin S a r a —-

gih, S . H . , L L . M . yang berkenan menguji saya.

3. Bapak Muchsin, Kepala Urusan Umum Pasar Keputran Utara

KMS serta pegawai - p e q a w a i P e rusahaan Daerah P asar di

Pasar Keputran Utara S u r abaya yang telah m e m b a n t u saya

d alam pengumpulan data dan kesediannya d i w a w a n c a r a i .

4. Bapak A n t h o n y Kastanya, Audit Intern P e rusahaan Daerah

P asar KMS yang telah m e mberikan ijin kepada saya untuk

melakukan penelitian di Pasar Keputran Utar* Surabaya.

5. Bapak Kasian, P e d a g a n g di P asar Keputran Utara

(5)

Ayah, Ibu dan adikku, yang telah member! dorongan

dengan penuh kasih sehingga saya berhasil

meny e l e s a i k a n skripsi ini.

R e k a n - r e k a n k u yang tidak bo s a n - b o s a n n y a telah

me m b e r i k a n s e mangat dan m e mbantu saya dalam

meny e l e s a i k a n skripsi ini.

Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu

p e r s a t u .

Surabaya, 20 Juli 1993

(6)

Pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah Keputran Utara Surabaya adalah

perjanjian pemakaian tempat bejualan yang berbentuk kios dan los di pasar yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah Pasar Kotamadya Dati II Surabaya, sehingga perjanjian tersebut

mengikat pemegang hak pakai tempat berjualan dan pihak pengelola yaitu Perusahaan

Daerah Pasar Kotamadya Dati II Surabaya. Dalam praktek sering terjadi masalah-masalah

antara pemegang hak pakai tempat berjualan dengan Perusahaan Daerah Pasar Kotamadya

Dati II Surabaya, karena pemegang hak pakai melanggar ketentuan dalam perjanjian. Dalam

pasal 6 perjanjian pemakaian tempat berjualan menyatakan bahawa pemegang hak pakai

(pihak kedua) dilarang memindahkan hak pakai tempat berjualannya kepada pihak ketiga

tanpa persetujuan Perusahaan Daerah Pasar. Hal tersebut berarti hak memakai tempat

berjualan adalah hak pakai. Permasalahan yang ditemui dalam praktek tersebut adalah bila

terjadi kerusakan dan atau cacat pada tempat berjualan yang dipakai, siapa yang bertanggung

jawab memperbaikinya. Selain itu bila pemegang hak pakai memindahkan hak pakainya

kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari Perusahaan Daerah Pasar, tindakan apa

yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar. Pengalihan hak pakai tanpa persetujuan

Perusahaan Daerah Pasar kepada pihak ketiga biasanya dilakukan dengan perjanjian di bawah

tangan.

Dalam lembaga pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah muncul dalam praktek

perdagangan, di mana unsure persaingan selalu muncul di antara pedagang. Dalam hal itulah

semboyan "dengan pengorbanan sekeci1-kecilnya, mendapatkan hasil yang

sebesar--besarnya" akan selalu nampak. Semua itu demi kepraktisan, efisiensi waktu, tenaga, fikiran,

(7)

DAFTAR ISI

Hal aman

KATA P E N G A N T A R ... . . . ... iii

DAFT A R I S I ... ... v

BAB I P E N D AHULUAN 1. Pendahuluan : Latar Belakang dan Rumu- s a n n y a . . ... ...1

2. P enjBlasan J u d u l ... .5

3. Alasan Pemi l i h a n J u d u l ... ... ..7

4. Tainan P e n u l i s a n ... ... 9

5. Metodol-ogi...10

6. P e r t snggung j awaban Si.stemat.ika... . . .12

BAB II T A N G G U N G JAWAB REPARASI TEMP A T BERJUALAN 1. Isi P e rjanjian Pemakaian Tempat Berjualan antara Pemegang Hak Pakai Tempat Bei*— jualan dengan Penge l o l a P a s a r ... ...15

2. Prosedur Mendapat Surat Izin Tempat Berjualan » ... ... ... 32

3. Timbu l n y a Cacat dan atau Kerusakan pa­ da Tempat B e r j u a l a n ... . . . .34

(8)

2. P e n y e l e s a i a n S e nqketa Antara Pemegang Hak

Pakai Tempat Berjualan dengan Perusahaan

Pasar Daerah K M S ... ... 44

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan . . ... 53

2. S a r a n ... ... 54

DAF T A R B A C A A N ... ... ... 55

L A M P I R A N - L A M P I R A N

(9)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1. Permasalahan; Latar Belakana dan Rum u s a n n v a

Indonesia sebagai negara berkembang sedang mem-

bangun di seg a l a bidang. Baik di bidang ekonomi, budaya,

politik, sosial j, pertahanan dan keamanan nasional . Sampai.

dengan Pel i t a V (1990-1995) ini, telah banyak kemajuan

yang telah kita capai baik kemajuan fisik maupu'n non

f isi k .

Dalam bidang ekonomi ada 3 pelaku ekonomi di

Indonesia y aitu koperasi, BUliN dan swasta.^ Peranan

pe m e r i n t a h dalam pembangunan sekarang ini c ukup penting,

terutama dengan d i d i r i k a n n y a perusahaan oleh pemerintah

seperti F'LN, PDAM, dan P e rusahaan Daerah Pasar. Indonesia

yang mempunyai penduduk sangat banyak yaitu menduduki

urutan ke~5 dari 10 negara di dunia yang memiliki jumlah

penduduk terbesar. Jumlah penduduk yang besar ini menim-

bulkan beberapa masalah, satu di antar a n y a adal a h masalah

pengangguran, p erusahaan yang didirikan pemerintah seper—

i h a j e l i s P e r m u s y a w a r a t a n Rakyat Republik Indo­

(10)

ti PL N dan PDAM c ukup banyak m e n yerap tenaga kerja. Ini

berarti pihak pe m e r i n t a h b e r usaha m e n a n g g u l a n g i p e n g a n g —

guran yang berarti pula mening k a t k a n taraf kehidupan

m a s y a r a k a t di bidang perekonomian.

Di kota-kota besar sekarang ini banyak didirikan

p u s a t-pusat perniagaan yang cukup besar dan indah berben

tuk plasa yang dibangun oleh pihak swas t a seperti Tunju-

ngan Plasa dan S u r a b a y a Plasa. Namun hal t e rsebut tidak

m e m p e n g a r u h i p entingnya pusat-pusat perniagaan yang

berbentuk pasar. P u s a t - p u s a t perniagaan yang berbentuk

pasar biasanya d i bangun dan d i kelola oleh pemerintah,

seperti Pasar Keputran Utara, Pasar Kembang dan Pasar

Genteng Baru yang s e muanya berada di Surabaya. Pasar

Keputran Utara, Pasar Genteng Baru dan Pasar Kembang

d iur u s dan d i k e l o l a oleh Per u s a h a a n Dae r a h Pasar K o t a m a ­

dya Daer a h Tingkat II Surabaya. Di seluruh w i l a y a h S u r a ­

baya sampai tahun 1993 ada 88 (delapan puluh delapan)

pasar yang diur u s dan d i kelola oleh P erusahaan Daerah

P asar Kotamadya Dati II S u r abaya hal tersebut diatur

dalam lampiran 1 Keputusan Direksi Per u s a h a a n Daerah

Pasar Kota m a d y a Dae r a h Tingkat II S u r abaya No. 127 tahun

1991.

Pedagang atau pengusaha yang berjualan di pusat

p erniagaan yang d i k e l o l a pihak swasta diikat dengan per—

(11)

berjualan di pusat perniagaan yang d i kelola P erusahaan

D ae r a h Pasar Kotamadya Dati II S u rabaya diikat perjanjian

pemakaian tempat berjualan. Dengan perjanjian pemakaian

tempat berjualan maka pedagang atau pengusaha m e ndapat

k euntungan antara lain tidak perlu kehilangan w aktu untuk

menentuk.an lokasi yang strategist tidak perlu membeli

tanah dan hanya membangun sebagian bila ingin mendirikan

k i o s .

Tanah yang digunakan untuk pusat perniagaan yang

d i k e l o l a Pe r u s a h a a n Daerah P asar adalah tanah yang dikua-

sai langsung oleh negara. Sedangkan pedagang atau p e n g u ­

saha yang berjualan di pasar tersebut hanya mempunyai hak

pakai tempat berjualan yang d i p e r o l e h dari P erusahaan

Daerah Pasar. Pema k a i a n tempat berjualan tersebut memang

berasal dari hak pakai tempat berjualan sesuai yang *

dia t u r dalam pasal 10 huruf e Peraturan Daerah Kotamadya

Dati II S u r a b a y a No. 4 tahun 1985 m enyatakan bahwa pemin-

dahan hak pakai tempat berjualan d.i Pasar Daer a h harus

m e n dapat izin terlebih dahulu dari Kepala Daer a h atau

pejabat yang ditunjuk dan atau direksi sesuai dengan

k e w e n a n g a n . Hak pakai diatur d a l a m pasal 41 sampai dengan

pasal 43 Unda n g - U n d a n g No. 5 tahun 1960, kemudian dalam

pasal 49 ayat 2 serta pasal 50 ayat 2 dan pasal 52 U n ­

(12)

Bila pedagang atau pengusaha ingin berjualan di

pasar yang d i k e l o l a P e rusahaan Dae r a h Pasar, maka peda

gang atau pengusaha tersebut harus m e ndapat ijin dari

Direksi P erusahaan Daerah Pasar. Selain itu harus menye

tujui perjanjian pemakaian tempat berjualan yang telah

dis e d i a k a n t e rlebih dahulu oleh P erusahaan Dae r a h Pasar

y a i t u dengan m e m b u b u h k a n tandatangan pada perjanjian

tersebut. Per j a n j i a n pemakaian tempat berjualan tersebut

merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan ini

mengandung pengertian para pihak saling m enyatakan kehen-

dak n y a untuk menutup perjanjian dan pernyataan kehendak

di antara para pihak terdapat k e e o cokan.^

Adanya perjanjian pemakaian tempat berjualan di

Pasar Daerah yang d i k elola oleh P e rusahaan Dae r a h Pasar

me n i mbulkan hak-hak dan" kewajiban-kewaj i b a n , tetapi

se r i n g k a l i terjadi p e r s e l i s i h a n - p e r s e l i s i h a n dalam melak-

sanakan hak dan kewajiban m a s i n g - m a s i n g . Dalam perjanjian

pemakaian tempat berjualan di Pasar Daer a h yang dikelola

Perusahaan D a e r a h Pasar timbul m a s a l a h antara lain bila

terdapat cacat dan atau kerusakan pada tempat berjualan

yang berbentuk kios dan los. Tempat berjualan yang be r ­

bentuk kios ialah tempat berjualan di dalam bangunan

2

(13)

pasar yang berbentuk t e rtutup dibatasi o l e h dinding.

Sedang tempat berjualan yanq berbentuk los ialah tempat

berjualan di dalam bangunan pasar yang berbentuk terbuka.

Selain itu dalam praktek sering pemegang hak pakai tempat

berjualan m e m i ndahkan hak pakainya kepada pihak ketiga

tanpa persetujuan t e r tulis dari Pe r u s a h a a n Dae r a h Pasar

Kotamadya Dae r a h Tingkat II Surabaya, padahal perbuatan

tersebut dilarang dalam perjanjian yang mer e k a sepakati.

B e r d a sarkan latar belakang permasalahan di atas.

maka permasalahan yang timbul dapat saya rumuskan sebagai

berikut:

a. apabila timbul kerusakan dan atau cacat pada tempat

berjualan yang berbentuk los dan kios, siapa yang ber

tanggung j awab un tuk mem per bai.ki.ny a?

b. apabila pemegang hak pakai tempat berjualan m e mindah

kan hak p a kainya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan

P e rusahaan Daerah P a s a r , bagaimana penyele s a i a n n y a

dengan pertimbangan kepentingan kedua pihak?

2. Penielasan Judul

Skripsi ini saya beri judul "Perjanjian Pemakaian

Tempat Berj u a l a n di Pasar D a e rah"(Studi Kasus di Pasar

Keputran Utara Surabaya). Agar tidak terjadi kesalahpaha--

man mengenai pengertian judul maka perlu dijelaskan

(14)

F e n g e r t i a n perjanjian yang saya maksudkan dalam

skripsi ini ada l a h seperti.' yang d i k e m ukakan oleh Subekti

y aitu "suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada

sese a r a n g lain atau di mana dua- orang itu saling berjanji

untuk m e l a k s a n a k a n se s u a t u hal."^ Dari peristiwa ini,

timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang tersebut

yang dinam a k a n perikatan. P erjanjian itu menerbitkan

suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam

bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkata-

an yang m engandung janji-janji atau kesanggupan yang

diuca p k a n atau ditulis.

Secara keseluruhan yang saya maksudkan dalam

skripsi ini perjanjian pamakaian tempat berjualan di

Pasar Dae r a h (Studi Kasus di Pasar Keputran U tara S u r a ­

baya) adalah perjanjian pemakaian tempat bejualan yang

berbentuk kios dan los di pasar yang d i k e l o l a oleh Peru--

sahaan Daerah Pasar K o t a m a dya'Dati II Surabaya, s e hingga

perjanjian tersebut mengikat. pemegang hak pakai tempat

berjualan dan pihak pengelola yaitu P erusahaan Daerah

Pasar Kotam a d y a Dati. II Surabaya. Dalam praktek sering-

terjadi m a s a l a h - m a s a l a h antara pemegang hak pakai tempat

berjualan dengan P erusahaan Daerah Pasar Kotamadya Dati

(15)

II Surabaya, karena pemegang hak pakai melan g g a r keten-

tuan d alam perjanjian. Dalam pasal 6 perjanjian pemakaian

tempat berjualan men y a t a k a n bahawa pemegang hak pakai

(pihak kedua) d i larang m e m i n d a h k a n hak pakai tempat

b e r j u a l a n n y a kepada pihak ketiga tanpa persetujuan

P e r u s a h a a n Daerah Pasar. Hal tersebut berarti hak memakai

tempat berjualan ada l a h hak pakai. Permas a l a h a n yang

lahan yang saya temui dalam prak.tek tersebut adalah bila

terjadi kerusakan dan a t a u c acat pada tempat berjualan

yang dipakai, s iapa yang bertanggung jawab memperbaiki*-

nya. Selain itu bila pemegang hak pakai m e m i ndahkan hak

pakainya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis

dari P erusahaan Daerah Pasar, tindakan apa yang dilakukan

Per u s a h a a n Daerah Pasar. P engalihan hak pakai tanpa per

set'ujuan Pe r u s a h a a n Dae r a h Pasar kepada pihak ketiga

b i a sanya dila k u k a n dengan perjanjian di bawah tangan.

Hal-hal t e r s ebutlah yang membuat saya tertarik men u l i s n y a

dalam skripsi ini. M a s a 1a h - m a s a l a h tersebut akan dibahas

m e n u r u t hukum perdata dan hukum agraria karena hak pakai

merupakan bidang hukum agraria, baik m e n u r u t undang-

undang mau p u n peraturan lainnya.

3. Alasan Pemilihan Judul

" Perjanjian Pemakaian Tompat Berjualan di Pasar

(16)

menjadi judul skripsi ini, karena m e n u r u t pengamatan saya

m asih belum banyak yang m e m b a h a s n y a padahal pemakaian

tempat berjualan di pasar yang d i k e l o l a P e m e r i n t a h K o t a ­

m adya Dati II S u r a b a y a sudah lama ada. Selain itu karena

dalam praktek sering terjadi pemegang hak pakai tempat

berjualan m e m i ndahkan hak pakainya kepada pihak ketiga

tanpa p e r s etujuan Per u s a h a a n Dae r a h P asar padahal perbua-

tan tersebut dilarang dalam perjanjian pemakaian tempat

berjualan yang sudah d itetapkan para pihak.

Alasan lain karena belum banyak buku bacaan atau

literatur yang khusus menqenai hal ini, kecuali mengenai

hak pakai tanah pertanian.

Dalam lembaga pemakaian t&mpat berjualan di Pasar

Daerah muncul d alam praktek perdagangan, di mana unsur

persaingan selalu muncul di antara pedagang. Dalam hal

itulah semboyan "dengan pengorbanan s e k e c i 1 - k e c i l n y a ,

m e n d apatkan hasil yang sebesar--besarnya" akan selalu

nampak. Sernua itu demi keprak t i s a n , efisiensi waktu,

tenaga, fikiran, biaya dan keuntungan. Dalam perjanjian

pemakaian tempat berjualan P asar Daerah ini hukum harus

mengikuti dan m e n g a r a h k a n , agar pemegang hak pakai tempat

berjualan dan P erusahaan Daerah Pasar tidak melan g g a r

(17)

4. Tu-iuan Penulisan

Penulisan skripsi. ini pertam a - t a m a saya maksudkan

untuk m elengkapi salah satu persyaratan d alam mencapai

gelar Sarjana Hukum pada F a kultas H ukum U n i v ersitas

A i r l a n g g a S u r a b a y a .

Di samping itu dengan penulisan skripsi ini, saya

bermaksud me m b e r i k a n g a m baran tentang perjanjian pemakai

an tempat berjualan di Pasar Daerah, s e h ingga berguna

bagi calon pemegang hak pakai tempat berjualan,, maupun

bagi mereka yang belum mengetahui secara m e n d a l a m hal

tersebut tetapi ingin mengetahui lebih lanjut. Juga saya

bermaksud m e n a m b a h dan m e m p e r d a l a m pengetahuan saya

me n genai hukum perjanjian, khususnya inengenai perjanjian

pemakaian tempat berjualan di Pasar Daer a h yang dikelola

Pe r u s a h a a n Daer a h Pasar.

A k h irnya dengan penulisan skripsi ini saya ingin

m e n a m b a h p e r b e n daharaan tulisan mengenai hak pakai, kh u ­

susnya. hak pakai tempat berjualan di Pasar Daerah yang

d i kelola P e r u s a h a a n Daer a h Pasar, s e hingga saya harapkan

sedikit men y u m b a n g pikiran dalam k e i kutsertaan men i n g k a t -

kan perkembangan ilmu hukum pada um u m n y a dan hukum perda-

(18)

5. Met o d o l o a i

a. P e ndekatan masalah.

Untuk m e m b a h a s ma s a l a h dalam skripsi ini saya

m e n g g u n a k a n p endekatan seca r a yu r i d i s sosiologis, yaitu

m e n e l a a h permasalahan yang timbul dari perjanjian p e m a ­

kaian tempat berjualan di P asar Daerah, yang terjadi

dalam praktek s e h a r i - h a r i dan m e n g a i t k a n dengan peratur-

an-per a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n yang berlaku yaitu keten

tuan d alam B W yang mengatur perjanjian dan Undang-

Undang No. 5 tahun 1960 yang m e n g a t u r tentang hak pakai,

serta p e r a t u r a n - p e r a t u r a n yang berkaitan dengan masalah

pemakaian tempat berjualan di P a s a r Daerah.

b . S u m b e r .d a t a .

Secara keseluruhan data dalam skripsi ini diambil

melalui :

(1) data primer: yaitu data yang ditemukan d alam kehidu-

pan sehari-hari dan disertai wawan c a r a dengan pegawa

P erusahaan D a e r a h Pasar yang bekerja di Pasar K e p u ­

tran Utara S u r a b a y a dan pemakai tempat berjualan di

Pasar Keputran U tara Surabaya;

(2) data skunder: yaitu data yang d i p e r o l e h dari data

kepustakaan melalui studi literatur, seperti buku—

buku serta p e r a t u r a n - p e r a t u r a n yang berkaitan dengan

(19)

c. P r o s e d u r pengumpulan dan pengolahan data.

Untuk mengu m p u l k a n data skripsi ini saya m e n g g u n a ­

kan teknik langsung berupa wawancara dengan para pihak

yang terkait dengan ma s a l a h dalam skripsi ini, terutama

pegawai Per u s a h a a n Daerah Pasar yang bekerja di Pasar

Keputran Utara S u r a b a y a dan pemegang hak pakai tempat

berjualan di P asar Keputran U tara Surabaya. Selain itu

melalui penelitian k e p u s t a k a a n ,, yakni dengan membaca

literatur yang berkaitan dengan m a s a l a h serta peraturan

perundangan. Sedang prosedur pengolahan data dilakukan

dengan cara data yang terkumpul disusun sec a r a s istematis

melalui penilaian s e h ingga akan d idapatkan data yang

d apat d i p e r t a n g g u n g j a w a b k a n . Kemudian data dian a l i s a

dengan m enekankan pada pembahasan penyelesaian atas m a s a ­

lah yang timbul d alam praktek dari perjanjian pemakaian

tempat berjualan di P asar Daerah dengan m e n d a s a r k a n pada

peraturan yang berlaku serta kepentingan kedua pihak

secara s i s t e m a t i s sehingga merupakan data kongkrit dan

dapat digunakan untuk m e n j a w a b p e r m a s a 1ahan dalam skripsi

i n i .

d. A n a lisis data,,

Pen g a n a l i s a a n data d alam skripsi ini m e n g g u n a k a n

analisa secara d e skriptif analisis. Artinya menguraikan

(20)

berjualan di Pasar Daerah yang terjadi d alam praktek yang

d i g a bungkap dengan teori. dan perundang - u n d a n g a n yang

berlaku, baru kemudian dila k u k a n a n a l i s i s y aitu mengurai-

kan data yang terkumpul dan terns dilanjutkan mengkaji

kembali teori-teori yang ada, baik dari buku-buku pela-

jaran, peraturan perundan g - u n d a n g a n maupun literatur lain

yang berkaitan dengan pokok bahasan. Dari sini saya men-

coba untuk mengambil kesimpulan berdasarkan teori dan

praktek yang dih a r a p k a n dapat m e mbantu m emecahkan p e r m a ­

salahan skripsi ini.

6. P e r t angguna i awaban S i s t ematika

Secara keseluruhan materi dari skripsi ini„ saya

bagi menjadi empat bab pembahasan. S i s t e m a t i k a penulisan

skripsi ini, saya susun sebagai berikut.*:

akan diuraikan secara garis besar dari keseluruhan materi

yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pada bab ini akan

dijelaskan secara ringkas mengenai latar belakang p e r m a ­

salahan, penjelasan judul, metodologi dan s i s t ematika

atau susunan dari isi skripsi ini secara keseluruhan. Bab

ini disusun, ditujukan kepada pembaca untuk memudahkan

m engetahui sekilas dari pembahasan skripsi tanpa harus

membaca isi secara keseluruhan.

(21)

Bab II mengenai tanggung j awab reparasi tempat

yang dipakai berjualan. Pada bab ini akan diuraikan isi

perjanjian pemakaian tempat berjualan yang banyak diten-

tukan oleh Pe r u s a h a a n Daerah Pasar. Dalam bab ini akan

diuraikan seca r a garis besar isi perjanjian pemakaian

tempat berjualan seperti o b y e k , subyek perjanjian, dan

prosedur untuk m e n d a p a t surat izin tempat berjualan.

Selain itu di b a h a s pula timbul cacat dan atau kerusakan

pada .tempat berjualan berbentuk kios dan los, karena

tempat berbentuk kios dalam praktek sebagian dibangun

sendiri oleh pemegang hak pakai tempat berjualan. Sedang

P erusahaan Daer a h Pasar hanya m e n y ediakan tempat b e r j u a ­

lan dalam bentuk los di d alam bangunan pasar. Hal-hal

tersebut saya letakkan dalam bab II karena m a s a l a h r e p a ­

rasi penting sebelum menyetujui perjanjian yang dibuat

oleh P erusahaan Daerah Pasar yang bersifat baku.

Bab III mengenai penyelesaian s e n gketa apabila

salah satu pihak wanprestasi. Dalam bab ini d i b a h a s m e ­

ngenai pemegang hak pakai -tempat berjualan yang memindah-

kan hak pakaianya kepada pihak ketiga tanpa persetujuan

tertulis dari P erusahaan Dae r a h Pasar, padahal d alam

perjanjian hal tersebut dilarang. Obyek dari perjanjian

pemakaian tempat berjualan meru p a k a n barang tak berqerak,

tetapi m asih saja memberi peluang kepada pemegang hak

(22)

kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari Perusahaan

Daerah Pasar. Serta akan d i b a h a s penyelesaian sengketa

antara P erusahaan Daerah Pasar dengan pemegang hak pakai

tempat berjualan. Bab III ini tidak mungkin di b a h a s ter—

lebih dahulu dari bab II, karena wanprestasi bisa terjadi

bila sudah ada perjanjian antara pemegang hak pakai te m ­

pat berjualan dan P erusahaan Daerah Pasar sebagai penge-

lola pasar.

Sedang bab IV sebagai bab penutup berisi kesimpul-

an dari semua dan segala sesuatu yang telah dibahas dalam

bab I, bab II dan bab III. Selain kesimpulan d i s a mpaikan

pula saran yang mungkin d apat d i m a n f a a t k a n oleh P e r u s a h a ­

an Daer a h Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II S u r a b a y a dan

pemegang hak pakai tempat berjualan maupun pihak yang

be r k e p entingan dengan masalah yang saya bahas dalam

(23)

BAB II

T A N G G U N G J AWAB REPARASI TEMP A T BERJU A L A N

1. Isi P erjanjian Pemak a i a n Temoat Berjualan antara

P e megang Hak Pakai Tempat Berjualan denaan Penoelola

Pasar

P en g e r t i a n perjanjian m e n u r u t Subekti adalah suatu

p e r i s t i w a di mana seorang berjanji kepada seorang lain

atau di mana du a orang itu saling berjanji untuk melak-

sanakan sesuatu hal. Hubungan yang terjadi tersebut me-

nimbulkan perikatan, yang dapat d i k e mukakan baik secara

lisan maupun tertulis. Perikatan merupakan suatu hubungan

hukum antara dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu

berhak m e n untut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak

yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.

D alam perjanjian pemakaian tempat berjualan di

Pasar Daerah, hak pemakaian tempat berjualan ada l a h hak

pakai hal ini dapat d i l i h a t d alam pasal 6 perjanjian

pemakaian tempat berjualan m e nyatakan bahwa pemegang hak

pakai (pihak kedua) dilarang m e m i ndahkan hak pakai tempat

b e r j u a l a n n y a kepada pihak ketiga tanpa persetujuan

t e rtulis dari Pe r u s a h a a n Daer a h Pasar sebagai pengelola

pasar. Pe n g e r t i a n hak pakai terdapat pada pasal 41 ayat 1

U n d a n g - U n d a n g No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

(24)

sing-k atnya Unda n g - U n d a n g Posing-kosing-k Agraria (selanjutnya disingsing-kat

U U P A ) :

Hak pakai adalah hak untuk m e n g gunakan d a n /atau memu- ngut has.il dari. tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan d alam k e p u t u s ­ an pembe r i a n n y a oleh pejabat yang berwenang memberi- kannya atau d a l a m p erjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak

bertentangan dengan jiwa dan k e t e n t uan-ketentuan U n d a n g - U n d a n g ini.

Dengan d e m ikian hak pakai merupakan hak tata tanah

baik meru p a k a n tanah pertanahan maupun tanah bangunan

yang dapat diberikan oleh p emerintah dan juga pemilik

t a n a h .^

Hak pakai tidak seperti hak milik , hak guna usaha

dan hak guna bangunan yang dapat digunakan atau dijadikan

jaminan untuk hipotik dan c r e d i e t v e r b a n d . Pemakai tempat

berjualan hanya berhak untuk memakai tempat berjualan

yang didirikan di atas tanah negara yang d i kelola P e r u s a ­

haan Daer a h Pasar, dan bukannya memiliki tempat berjualan

tersebut- Hak pakai tempat berjualan t e r sebut d i p e r o l e h

dari Direksi P erusahaan Daerah Pasar.

Di dalam pasal 9 Peraturan Dae r a h Kotamadya Daerah

T i n g k a t II Surabaya No. 4 tahun 1985 m enyatakan ada 4

(empat) jenis tempat berjualan di P asar Daerah terdiri

(25)

dari : a) Kios, b) Los, c) Pelataran di d alam pasar, dan

d) Pelataran di luar pasar. Agar lebih jelas saya akan

m e n e r angkan satu persatu jenis tempat berjualan tersebut,

tempat berjualan berbentuk kios adalah tempat berjualan

di d a l a m bangunan pasar yang berbentuk tertutup dibatasi

o l e h dinding. Seda n g tempat berjualan las i&lah tempat

berjualan di dalam bangunan pasar yang berbentuk terbuka.

Tempat berjualan di pelataran di d alam pasar adalah

tempat berjualan di halaman pasar yang terletak di dalam

pagar pasar yang berbentuk terbuka. Tempat berjualan di

pelataran di luar pasar adalah tempat berjualan di hala­

man pasar yang terletak di luar pagar pasar sampai berja-

rak 100 (seratus) meter dari pagar pasar, dengan memper-

ti.mbangk.an bahwa tempat di d alam pasar sudah tidak mampu

lagi mem u a t para pedagang yang ada serta m e n e m p a t i n y a

tidak me n g g a n g g u ketertiban umum. Dalam praktek tempat

berjualan di pelataran di luar P asar Keputran (Jtara

S u r a b a y a tidak ditarik pungutan oleh P e rusahaan Daerah

Pasar„5' S e h ingga banyak pedagang yang berjualan di

pelataran di luar pasar yang m e n y ebabkan kemacetan di

jalan umum terutama di malam hari.

Hak pakai berasal dari hak p e n g e l o l a a n „ sedang

pengertian hak pengelolaan terdapat dalam pasal 1

Pera-5

(26)

turan Menteri Dalam Negeri (s e 1 a n j utnya d i s i n g k a t PMDN)

jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat pejabat yang berwenang, sesuai dengan peraturan peruridangan yang berlaku.

2. hak p e n g elolaan yang berasal dari pengkonversian hak penguasaan berdasarkan F'MA Mo. 9 tahun 1965 •tentang "Pelaksanaan konversi hak penguasaan atas

tanah Nega r a dan ketentuan tentang kebijaksanaan selanjutnya" yang memberi w e wenang s e b a g a i m a n a tersebut dalam ayat 1 di atas yang telah didaf- tarkan di Kantor Sub Di r e k t o r a ± A g r a r i a setempat serta sudah ada sertifikatnya.®

Pada hak pengelolaan sifatnya tanah itu harus merupakan

tanah yang dikuasai oleh negara. Bila hak pengelolaan

(27)

W e w enang pemberian hak atas tanah dan pembukan t a n a h „ dengan peraturan ini d i 1i m p a h k ankepada para Gubernur- /B u p a t i / W a l i k o t a Kepala Daerah dan Kepala Kecamatan

dalam kedudukan dan fungsinya sebagai Wakil Pemerin-

t a h .

Hak atas tanah adalah hak milik., hak guna usaha, hak guna

b a u n g a n , hak pakai dan hak pengelolaan. Jadi menurut

pasal 1 PMDN No. 6 tahun, 1972 W a l i k o t a sebagai Kepala

Daer a h Tingkat II S u r a b a y a mempunyai wewenang pemberian

hak atas tanah. Kemudian oleh W a l ikota S u r abaya khusus

untuk hak pengelolaan pasar tertentu di wilayah Kotamadya

Dae r a h Tingkat II S u r abaya d i serahkan kepada Perusahaan

Dae r a h Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya., hal

t e r sebut dapat d alam pasal 4 ayat 2 Peraturan Daerah

Kota m a d y a Dae r a h Tingkat II S u r a b a y a No. 10 tahun 1982

yang berbunyi sebagai berikut "Perusahaan Daerah tersebut

pada ayat (1) pasal ini menge l o l a atau menguasai sebayak

63 (enam puluh tiga) U n i t - u n i t Pasar s e b a g a i m a n a tersebut

dalam L a m piran Pasar Daerah ini." Mengenai banyaknya pa­

sar yang d i k elola P e rusahaan Daerah Pasar Kotamadya

S u r abaya (selanjutnya d i s i n g k a t KMS) menjadi 88 (delapan

puluh delapan) m e n u r u t Keputusan Direksi P erusahaan

Daerah P asar KMS Mo,. 127 tahun 1991. Jadi hak pakai

tempat berjualan di Pasar Daerah diberikan oleh P e r u s a ­

haan Daerah P asar KMS.

Hak pakai yang diberikan kepada para pedagang yang

(28)

c ukup diberi surat izin tempat berjualan yang dikeluarkan

oleh P erusahaan Daer a h F'asar.

Dalam pasal 41 ayat 2 UUPA berbunyi sebagai

beri-k u t s

Hak pakai dapat diberikan :

a. selama jangka waktu yang tertentu atau selama t anahnya diperg u n a k a n untuk keperluan yang ter— t e n t u ;

b. dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun.

Pada <jjjasar Daerah hak pakai tempat berjualan berlaku

untuk 2 (dua) tahun dan dapat diperb a h a r u i lagi. Pemegang

hak pakai tempat berjualan dikenai pun g u t a n - p u n g n t a n yang

di t e n t u k a n oleh P erusahaan Daerah Pasar KMS. Selain itu

pemberian hak pakai tidak boleh disertai s y a r a t - s y a r a t

yang m engandung u n s u r - u n s u r pemerasan sesuai dalam pasal

41 ayat 2 UUPA. Ketentuan ini merupakan jaminan perlin-

dun g a n bagi pemegang hak pakai tempat berjualan terutama

terhadap pihak ekonomi lemah.

Dalam pasal 3 ayat 1 PMDN No. 1 tahun 1977 menya-

takan bahwa seti a p penyerahan penggunaan tanah yang m e r u ­

pakan bagian dari tanah hak pengelolaan kepada pihak

ketiga wajib dilakukan dengan perjanjian tertulis. Pasal

tersebut memang d i patuhi oleh P e r u s a h a a n Dae r a h Pasar

KMS, karena setiap penyerahan surat izin tempat berjualan

kepada orang atau badan hukum disertai perjanjian antara

Per u s a h a a n Daerah Pasar .KMS dengan orang atau badan hukum

(29)

sudnya para pihak d a l a m hal ini Per u s a h a a n Dae r a h Pasar

KMS sebagai pengelola, dan pemegang hak pakai tempat

berjualan d apat menetukan hal-hal yang be 1 urn ada pengatu-

rannya d alam BW dan IJUPA„ ataupun m e n y impangi aturan-

aturan y a n g telah d i tetapkan di d a lamnya asal tidak dila-

rang oleh u n d ang-undang serta tidak bertentangan dengan

ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini merupakan pencer-

minan dari asas kebebasan berkontrak dari hukum p e r j a n j i ­

an . Memang pemegang hak pakai tempat berjualan haras

m e n e r i m a k e t e n t u a n - ketentuan yang telah ditetapkan oleh

Pe r u s a h a a n Daer a h Pasar KMS dalam perjanjian. Tetapi hal

itu bukan merup a k a n paksaan menurut arti u n d ang-undang

karena calon pemegancj hak pakai tempat berjualan dapat

m e n o l a k p erjanjian tersebut s e h i n g g a tidak tercapai kata

sepakat.

Dalam praktek perjanjian pemakaian tempat b e r j u a l ­

an di Pasar Daerah dibuat oleh Pe r u s a h a a n Pasar Daerah

KMS dalam bentuk tertulis, dan dipers i a p k a n terlebih

d a h u l u ' s e c a r a masal atau kolektif, s e h ingga calon pemakai

tempat. berjualan tinggal m enyetujui dengan m e n a n d a t a n g a n -

ni perjanjian tersebut. P erjanjian yang s.ifatnya standar

atau baku tersebut selain sesuai dengan PMDN No. 1 tahun

1977 Juga d i m a k s u d k a n oleh P e rusahaan P asar Daerah KMS

untuk mengh e m a t w aktu s e h ingga tidak perlu meneliti dan

(30)

pakai tempat berjualan, yang mungkin dapat berbeda bagi

7

tiap pemegang hak pakai tempat b e r j u l a n / Walaupun begitu

perjanjian yang s i fatnya tel ah standar atau baku bukan

merupakan penerobosan asas k o n s e n sualitas menurt pasal

1320 BW dan asas kebebasan berkontrak menurut pasal

1338 ayat 1 BW. Asas ko n s e n s u a l i t a s menurut pasal 1320 BW

mengandung arti “will" (kemauan) para pihak untuk saling

m e n g i k a t k a n diri, kemauan itu memb a n g k i t k a n "vertrouwen" Q atau kepercayaan bahwa perjanjian itu akan dipenuhi.

Asas konsensual ini merupakan nilai etis yang bersumber

pada moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita. Asas

ini berkaitan erat dengan asas kebebasan berkontrak,

y aitu kebebasan menentukan apa dan dengan siapa p e r j a n j i ­

an -diadakan,.

Dalam pasal 1338 ayat 3 BW d itentukan bahwa para

pihak dalam pelaksanaan -perjanjian harus beritikad baik.

Itikad baik sangat penting dalam pelaksanaan perjanjian,

karena d a l a m suatu p erjanjian tidak mungkin mencakup

semua kehendak para pihak dan k e adaan-keadaan yang timbul

di k e m u d i a n hari- P engertian itikad baik adalah tolok ukur

7

W a w a n c a r a dengan P erusahaan Daerah Pasar KMS, l o c ■ cit.

(31)

suatu perbuatan dipe r b o l e h k a n atau tidak untuk m e ’aksana-

kan atau tidak hak-hak dan k e w a j i b a n - k o w a j i b a n antara

satu dengan pihak yang lain tenta.^q prestasi tertentu

t

yang mereka sepakati dalarr. keadaan yang w ajar dan patut.

W ajar dan patut u\ sini maksu d n y a disetujui oleh P e r u s a ­

haan D a e r a h K'-nsar KMS dan pemegang hak pakai tempat

berjualan serta sesuai dengan hukum s e tempat yang b e r l a ­

ku. D alam hal ini pemegang hak pakai tempat berjualan dan

P e r u s a h a a n Pasar Daerah KMS sebagai. pengelala harus

beritikad baik dalam pelaksanaan perjanjian yang telah

mere k a buat. Bila ada pihak melakukan perbuatan dengan

itikad tidak baik s e h i n g g a merugikan pihak yang lain,

maka pihak lain tersebut dapat m e n untut ganti rugi atau

me m i n t a pembatalan perjanjian pemakaian tempat berjualan

kepada hakim.

D alam perjanjian pemakaian tempat berjualan di

Pasar Dae r a h yang s i f atnya baku atau standar yang dibuat

oleh P erusahaan Pasar Dae r a h KMS, berisi. antara lain:

a. subyek perjanjian pemakaian tempat berjualan,

b. obyek perjanjian pemakaian tempat berjualan,

c. hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian p e m a k a i —

an tempat berjualan,

d. cara pembayaran dalam perjanjian pemakaian tempat

(32)

a. Subyek perjanjian pemakaian tempat berjualan.

P ada perjanjian pemakaian tempat berjualan di

P asar Dae r a h d apat d i k l a s i f i k a s i k a n menjadi 2 (dua)

yai t u :

(1) Pihak P e n g e l o l a Pasar Dae r a h y aitu pihak yang menge

lola dan m e n g u r u s tanah serta bangunan pasar,

(2) Pihak P e m egang Hak Pakai tempat berjualan yaitu orang

atau badan hukum yang berhak berjualan di tempat yang

d itentukan di dalam atau luar bangunan pasar,

Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan ini,

Pihak P e n g e l o l a Pasar Daer a h adalah P erusahaan Pasar

Daer a h Kotamadya Daerah T i n g k a t II S u r a b a y a yang dalam

perjanjian disebut pihak pertama. Per u s a h a a n P asar Daerah

KMS dibentuk untuk peningkatan pelayanan P e m e r i n t a h D a e ­

rah kepada m a s y a r a k a t khususnya d a l a m pengusahaan tempat

berjualan yang memenuhi persyaratan beserta p r a s a r a n a n y a .

Per u s a h a a n P asar Daerah KMS adalah badan hukum yang ber—

tindak untuk dan atas nama P e m e r i n t a h Kotamadya Daerah

Tingkat II Surabaya. Sedangkan pemegang hak pakai tempat

berjualan dia t u r pada pasal 42 UUPA yang m e nyatakan bahwa

yang dapat mempunyai hak pakai adalah:

(a) w a r g a n e a a r a Indonesia;

T e n tunya ini sudah jelas karena w a r g a n e g a r a Indo­

n esia tidak ada p e m b a t a s a n n y a d a l a m mempunyai hak atas

tanah dan hal ini sesuai dengan prinsip n a s i o n a l i t a s yang

(33)

(b) orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

Walaupun ketentuan ini merupakan penyimpangan

terhadap konsekwensi prinsip n a s i o n a l i t a s (yang otelarang

orang asing mempunyai hak atas tanah). Jadi dengan demi~

kian orang asing yang tinggal di Indonesia juga dapat

m e m p e r o l e h hak pakai tempat berjualan di Pasar Daerah.

Tetapi yang harus dipenuhi orang asing tersebut harus

penduduk Indonesia dan tidak mungkin diberikan kepada

orang asing yang bukan penduduk Indonesia.

(c) badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia

dan berked u d u k a n di Indonesia;

Hal ini jelas bahwa badan hukum tersebut berdomi-

sili di Indonesia dan tunduk pada hukum Indonesia yang

dapat m e m p e r o l e h hak pakai tempat berjualan di Pasar

Daerah. Badan hukum tersebut seperti k o p e r a s i „ Perseroan

T e rbatas dan lain sebagainya.

(d) badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indo '

n e s i a .

D alam hal ini meliputi p e r w a k i l a n - p e r w a k i 1 an nega--

ra asing seperti kedutaaan besar dan konsulat. Tetapi

me n u r u t pengamatan di lapangan tidak ada badan hukum

asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia menjadi

pemegang hak pakai tempat berjualan di Pasar Daerah.

Kedutaan besar dan konsulat hanya mempunyai hak pakai

(34)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

me n u r u t pasal 42 UUF‘A hak pakai tempat berjualan di Pasar

Daer a h dapat diberikan kepada perorangan dan badan hukum.

Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar

Daerah, pihak pemegang hak pakai tempat berjualan disebut

pihak kedua.

b. Qbyek perjanjian pemakaian tempat berjualan.

Obyek perjanjian pemakaian tempat berjualan yang

dilak u k a n antara Pe r u s a h a a n P asar Dae r a h KMS dengan p e m e ­

gang hak pakai tempat berjualan s e b e n a r n y a adalah tanah

neg a r a yang d i k e l o l a oleh P e rusahaan P asar Dae r a h KMS;

tetapi terdapat pengembangan karena di atas tanah t e r s e ­

but didirikan bangunan pasar yang k a d ang-kadang berting-

kat dua.

D alam prak+ek ternyata yana m e ndapat izin/hak

pakai tempat berjualan adalah tempat berjualan yang ber

bentuk kios dan los. Sedangkan untuk tempat berjualan di

pelataran di dalam tidak punya izin/hak pakai tempat

berjualan, mer e k a hanya dikenakan retribusi, tempat

berjualan dan biaya pemeliharaan dan kebersihan pasar

yang harus d i b a y a r tiap hari. Selain itu yang melakukan

perjanjian hanya pemegang izin tempat berjualan yang

berbentuk los dan kios. Jadi obyek dari perjanjian pema­

kaian tempat berjualan adalah ruangan dengan ukuran

(35)

yang berbentuk I d s dan kios.

Bangunan pasar pada pasar tertentu dibangun dengan

kredit Pasar Inpres s e h ingga pemegang hak. pakai tempat

dikenakan pembayaran angsuran kredit inpres sampai luas

yang diatur d alam S urat Keputusan Kepala Dae r a h atau

Direksi atas persetujuan Kepala Daerah sesuai dengan

kewenangan. Pasar yang b a n g unannya dibangun dengan kredit

P asar Inpres cont o h n y a ada l a h P asar Keputran Utara, Pasar

Pucang Anom dan P asar Kembang.

c. Hak dan kewajiban para pihak d a l a m perjanjian

pemakaian tempat berjualan.

Pe r j a n j i a n pemakaian tempat berjualan di Pasar

Daer a h dalam praktek dibuat oleh pihak P erusahaan Pasar

Dae r a h KMS secara masal dan bersifat staridar (baku) ,

sedang calon pemegang hak pakai tinggal rnenandatangani

sebagai tanda setuju pada perjanjian itu. Namun demikian,

p erjanjian tersebut tetap harus berdasarkan pada pasal

1320 BW,

Dalam perjanjian pemakaian tempat berjualan di

Pasar Daer a h para pihak mempunyai kewajiban sebagai

b e r i k u t :

(1) Pihak pertama (Perusahaan Pasar Daerah KMS) berke*-

waj i b a n :

- menyerahkan pemakaian tempat berjualan kepada pemegang hak pakai tempat berjualan;

(36)

- m e n y ediakan fasilitas berupa aliran listrik pada terlebih dahulu m e ndapat persetujuan tertulis dari pihak pertama;

(37)

1. Pihak pertama (P erusahaan Dae r a h P asar KMS) b e r h a k :

- m e nerima uang pembayaran restribusi tempat ber jualan dan pembayaran lainnya yang telah diatur dalam peraturan yang berlaku;

- apabila pihak kedua mela n g g a r ketentuan yang ter— cantum d alam perjanjian, maka pihak pertama berhak sec a r a sepihak m e m b atalkan perjanjian pemakaian tempat berjualan tanpa meng a k i b a t k a n tuntutan apapun dari pihak kedua dan berhak menyerahkan pemakaian tempat berjualan tersebut kepada

pihak l a i n ..12

2. Pihak kedua berhak :

- memakai tempat berjualan yang ditentukan untuk menjual bar'ang tertentu;

- m e m p e r o l e h fasil i t a s taerupa listrik pada tempat b e r j u a l a n n y a ;

-• bila ijin tempat berjualan masa berlakunya

sudah habis maka pihak kedua berhak m e m p erbaha- rui ijin tempat berjualan l a g i - 1 3

d. Cara pembayaran d alam perjanjian pemakaian tempat

berj u a l a n .

Di dalam pemakaian tempat berjualan di Pasar

D aer a h terdapat beberapa jenis pungutan antara lain:

retribusi pasar, restribusi perizinan, restribusi

pembaharuan izin, biaya pemeliharaan kebersihan dan

keaflianan', biaya b'alik nama pemindahan hak, biaya

pemakaian listrik dan air minum, dan p u n g u t a n-pungutan

^2j b i d .

(38)

lainnya yang sah.

F'ertama--tama yang harus dipenuhi calon pemegang

hak pakai tempat berjualan adalah m e mbayar retribusi

perizinan untuk m e m p e r o l e h hak pakai tempat berjualan.

J a n g k a waktu Surat Izin tempat berjualan ada l a h 2

(dua) tahun dan dapat d i p e r p a n j a n g . Besarnya retribusi

perizinan diat u r dengan Keputusan Direksi P erusahaan

Daer a h Pasar KMS No. 127 tahun 1971 untuk Pasar Kepu—

tran Utara Surabaya; untuk kios sebesar Rp. 1.500.-/m|2

s e d a n g k a n untuk los sebesar Rp. 1.000 ,--/m^. Setelah

m e n d a p a t S urat Isin tempat berjualan di P asar Daerah

maka orang atau badan hukum berhak untuk berjualan di

pasar yang tercantum d alam S urat Izin tersebut.

Selain itu setiap hari pemegang i'st.in tempat b e r ­

jualan tersebut dike n a k a n restribusi tempat berjualan dan

biaya pemeliharaan kebersihan dan keamanan pasar yang

b e s a r n y a d i tentukan oleh Direksi P e rusahaan Dae r a h Pasar

KMS. Tanda pembayaran retribusi tempat berjualan dan

biaya pemeliharaan dan keamanan pasar adalah berupa kar—

cis yang diberikan kepada pemakai tempat berjualan t e r ­

sebut. P e d agang di P asar Keputran Utara Surabaya

kebanyakan berjualan polowijo, sayur-mayur, buah-buahan

dan s e b a g a i n y a tennasuk jenis galongan IV menurut

Keputusan Direksi P e rusahaan Dae r a h P asar KMS No. 127

(39)

pedacjang yang berada di lantai I untuk kios m e m b a y a r Rp.

1 6 5 , -/m2/hari , u n t u k ’ las sebesar Rp. 145 9 ~/m.2/hari dan

pedagang di pelataran sebesar Rp. 125,- / m 2 / h a r i • Sedang

di lantai II untuk kios sebesar Rp. 6 0 s--/m2/hari, dan los

sebesar Rp. 50 „-/mi?/har,i .

Biaya pemeliharaan dan kebersihan di Pasar

Keputran (Jtara S u r a b a y a bagi pedagang berjualan polowija,

sayur— mayur, buah-buahan dan seb a g a i n y a (jenis jualan

g o longan IV) untuk kios atau las sebesar Rp. 100

/stand/hari dan pedagang di pelataran sebesar Rp. 125,,-

/pedagang/hari hal ini diatur dalam Keputusan Direksi

Perusahaan Daer a h Pasar No. 127 tahun 1991.

Pada tempat berjualan berbentuk kios dan los

biasanya diberi aliran listrik. Dan penibayarannya juga

d i k e l o l a oleh P erusahaan Daerah Pasar sehingga pemegang

hak pakai wajib m e m b a y a r biaya pemakaian aliran listrik.

Biaya aliran listrik ini dibayar tiap bulan paling lambat

tanggal 10, bila lebih tanggal 10 pemegang hak pakai

harus m e m b a y a r di Kantor Pusat Perusahaan Daerah Pasar

karena lebih tanggal 10 maka rekening s udah disamp.aikan

di Kantor Pusat. Tanda pembayaran listrik tersebut diberi

rekening pembayaran listrik dari P e rusahaan Dae r a h Pasar.

Pada Pasar Keputran U t a r a , Pasar Kembang dan Pasar

(40)

Inpres sehingga pemakai P erusahaan tempat berjualan pada

pasar tersebut dikenakan pentbayaran angsuran kredit

Inpres sesuai d alam pasal 17 Peraturan Pasar Daerah

Kota m a d y a Dae r a h Ti n g k a t II S u r a b a y a No. 4 tahun 1985.

Ansuran Kredit Inpres tersebut merup a k a n angsuran harga

hak pakai tempat berjualan yang diatur dalam Keputusan

Direksi Per u s a h a a n Dae r a h P asar KMS N o . 17 tahun 1986

pemegang hak pakai tempat berjualan di P asar Keputran

Utara lantai I untuk los dike n a k a n a n g suran sebesar Rp.

5 0 s~/m:^/hari dan untuk kios dikenakan angsuran sebesar

Rp. 6 0 ?~/m:^/hari. Sedang di lantai II untuk los dikenakan

angsuran sebesar-Rp. 4 0 ?-/m?/hari dan untuk kios

diken a k a n angsuran sebesar Rp. - / m ^ / h a r i . Angsuran

tersebut d i a ngsur sel a m a 8 tahun sejak 12 Februari 1986

sesuai pasal 2 Keputusan Direksi P erusahaan Daer a h Pasar

KMS N o .17 tahun 1986. Tanda pembayaran angsuran harga hak

pakai di Pasar Keputran Utara berupa karcis yang

di t e m p e l k a n pada kartu kontrol angsuran yang dibawa

pemegang hak pakai tempat berjualan.

2. P r o s e d u r M e n d a p a t S u r a t Izin Temp a t Berjualan

Perjanjian pemakaian tempat berjualan dan Surat

Izin tempat berjualan di P asar Daerah dalam praktek di

P asar Keputran U tara S u r a b a y a hanya diberikan pada

(41)

Sedang pedagang yang berjualan di pelataran di dalam

dan di luar pasar tidak diberi Surat Inin tempat

berjualan dan perjanjian pemakaian tempat,, mereka

hanya dikenakan pembayaran restribusi tempat berjualan

dan biaya pemeli h a r a a n dan kebersihan. Surat Izin

tempat berjualan merupakan tanda bukti bahwa pemegang

Surat Izin tersebut mempunyai hak pakai tempat b e r j u a ­

lan sesuai dalam Surat Izin tersebut.

Untuk m e n d a p a t S urat Izin tempat berjualan di

Pasar Daerah pemohon harus melakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) pemohon harus mengajukan Surat P ermohonan untuk

m e n dapat ijin tempat berjualan di pasar yang d i k e ­

lola Per u s a h a a n Dae r a h Pasar. Surat P e rmohonan itu

d i ajukan kepada Direksi P e rusahaan Dae r a h Pasar

Kotamadya Dae r a h Tingkat II S u r a b a y a melalui kepala

unit pasar;

2) m e n y erahkan photo copy kartu tanda penduduk 1 lem-

bar;

3) m e n y e r a h k a n foto ukuran 3 x 4 sebanyak 6 lembar)

4) m e m b a y a r biaya Surat Izin tempat berjualan sesuai

dengan keputusan Direksi Perusahaan Daerah Pasar

K M S ;

(42)

lernbar untuk d i t e mpelkan pada perjanjian pemakaian

tempat berj u a l a n ;

6) permohonan S urat Izin tersebut oleh unit P e r u s a ­

haan Daerah P asar d iteruskan ke Kantor Cabang

dan d iteruskan ke Kantor Fusat;

7) bersedia me n a n d a t a n g a n i dan mematuhi perjanjian

pemakaian tempat berjualan di pasar sesuai dalam

perj anj i a n ;

1 U

8) m e m b a y a r biaya tata usaha sebesar Rp. 5 0 0 , ” . ~

Setelah permohonan untuk m e n dapat Surat Izin

d ise t u j u i oleh Direksi P erusahaan Daer a h Pasar KMS,

maka pemohon dip e r b o l e h k a n berjualan di tempat. yang

telah ditentukan.

3. T i m b u l n v a Cacat dan atau Kerusakan pada Tempat

Berjualan

Dalam lalu lintas perekonomian, khususnya pada

d unia bisnis para pe'lakunya sering d ihadapkan pada

berbagai tantangan clan hambatan d alam mencapai. hasil yang

diharapkan. Dil e m a tersebut antara lain bila pemakai

tempat berjualan melakukan wanprestasi dan hal-hal

lain yang s i f atnya merugikan P erusahaan Daerah Pasar

(43)

sebagai pengelola. Dalam praktek dilema tersebut dihi-

langkan atau paling tidak harus diperkecil kemungkinan

terjadinya. Untuk itulah d alam s e t i a p perjanjian timbal-

balik, para pi.hak.nya m e n gatur k 1 ausula-k 1 ausula dalam

p e r j a n j i a n . a g a r tidak terjadi w a n p r estasi ataupun tinda-

kan merugikan dari pemegang hak pakai tempat berjualan.

F’emakai tempat berjualan di dalam bangunan pasar

se b e n a r n y a berbentuk terbuka tetapi pemegang hak pakai

dipe r b o l e h k a n men d i r i k a n kios dengan biaya sendiri dengan

izin dari Pe r u s a h a a n Daerah Pasar. Dalam tempat berjualan

yang berbentuk los dan kios tentu bisa timbul cacat dan

atau kerusakan. Agar lebih jelas akan saya terangkan apa

yang d i maksud cacat dan apa yang d.imaksud kerusakan.

Dalam hal ini cacat adalah segala hal yang m e m b u a t tidak

berfungsi s e b a g a i m a n a m e stinya tempat berjualan dan

untuk m e m p e r b a i k i n y a mem e r l u k a n biaya yang tidak besar.

S edan g k a n kerusakan adalah hal yang membuat tidak ber—

fungs i n y a s e b a g a i m a n a m e stinya tempat berjualan dan untuk

m e m p e r b a i k i n y a d iperlukan biaya yang besar.

Pada perjanjian pemakaian tempat berjualan tidak

d iat u r mengenai m a s a l a h perbaikan tempat berjualan.

Tetapi dalam praktek bila te?rjadi. cacat pada tempat

berjualan yang berbentuk los maupun kios diperbaiki

oleh pemegang izin tempat berjualan, karena menurut

(44)

kelanca-ran jualannya; me n u r u t Bapak Kasian sebagai

pemegang-hak pakai tempat berjualan adalah sebagai berikut:

... bila atap bocor atau dinding yang terbuat dari kayu pada tempat berjualan saya yang berbentuk kios ini rusak ringan, saya m e m p e r b a i k i n y a dengan biaya sendiri karena tidak m emerlukan biaya yang b e s a r , selain itu bila tidak d i perbaiki m e n g g a n g g u kelan caran berjualan saya..,.15

Me l i h a t dari pernyataan pemegang hak pakai atau

Surat Izin tempat berjualan di atas dapat diketahui ia

beritikad baik sesuai dengan pasal 1338 ayat 3 BW

bahwa para pihak d alam melaks a n a k a n perjanjian harus

beritikad baik. Selain itu berlaku asas yang terdapat

d alam pasal 1583 BW yang m enyatakan bahwa p e m b etulan-

pembetulan kecil dan sehari-hari dipikul oleh si

penyewa, tetapi dalam perjanjian tempat berjualan yang

mela k u k a n p e m b e t u l a n - p e m b e t u l a n kecil dilak u k a n oleh

pemegang S u r a t Izin tempat berjualan.

Bila terjadi kerusakan tempat berjualan yang

berbentuk kios bila yang rusak dinding dan plafon maka

yang b e r t anggung j awab adalah pemegang izin tempat

berjualan sendiri. M e n u r u t Bapak Muchsin Kepala Urusan

Umum P a s a r Keputran Utara ada l a h sebagai berikut:

(45)

B ila terjadi kerusakan yang berat yang memerlukan biaya yang banyak seperti lantai rusak berat atau pipa air hujan dari besi yang rusak maka P erusahaan

Daerah Pasar KMS d apat diketahui walaupun tidak diatur

d alam perjanjian tetapi mengambil asas yang terdapat

d alam pasal 1551 ayat 2 BW yaitu bahwa yang menyewakan

harus melakukan p e m b e t u l a n - p e m b e t u l a n pada barang yang

disewakan selama waktu sewa, keculai pembetularv- pembetu-

lan kecil yang menjadi w a jibnya si penyewa, tetapi dalam

hal ini yang melakukan pembetu 1 an--pembetu 1 an yang berat

adal a h P erusahaan Daer a h Pasar KMS.

bisa terkena mu s i b a h seperti kebakaran atau bencana alam

yang m e n y ebabkan tempat berjualan itu musnah siap yang

menanggung risiko? T e r l e b i h dahulu saya terangkan apa

yang d i s e b u t r i <s i k o dalam H u k u m P e r j a n j i a n . R i s .i k o

ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan

karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu 17

pihak. ' l e rnyata bila terjadi kebakaran, ataupun

bencana aleun yang m e n i mbulkan inusnahnya tempat berjualan

■‘■^Jawancara dengan P erusahaan Daerah Pasar KMS, l a c . c i t .

Subek t i , op. c i t . , hi. b 9 .

17

yang bertanggung jawab memperbaiki

M e l i h a t dari wawaricara di atas dengan Perusahaan

(46)

yang bukan karena kesalahan para pihak maka baik P e r u s a ­

haan Daerah Pasar KMS maupun pemegang izin tempat b e r j u a ­

lan tidak b e r t anggung jawab pada kerusakan tersebut.

M a s a l a h risiko ini mengambil asas dari pasal 1553 BW

d isebutkan jika sela m a jangka waktu sewa, barang yang

disewakan musn a h di luar kesalahan salah satu pihak, maka

perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum. Asas pasal 1553

BW inipun dit e r a p k a n pada perjanjian tempat berjualan,

bila terjadi tempat berjualan mus n a h di luar kesalahan

para pihak, maka m a s i n g - m a s i n g pihak tidak d apat m e n u n t u t

(47)

BAB III

P E N Y E L E S A I A N S E N G K E T A BILA TERJADI WANPRESTASI

1. W a n p restasi oleh P e megana Hak Pakai Tempat Berjualan

W a n p r e s t a s i berasal dari istilah d alam bahasa Be-

landa yaitu "wanprestatie" yang artinya lalai atau ingkar

untuk m e menuhi kewajiban d alam s uatu perikatan.*^

Ma s a l a h w a n p restasi tidak terlepas dari p e r j a n j i ­

an , s ebab prestasi dalam kata w a n p restasi tersebut m e r u ­

pakan s e s u a t u hal pokok yang harus dipenuhi dalam p e r j a n ­

jian. Tetapi d a l a m perjanjian tidak semua kelalaian atau

ingkar untuk berprestasi dapat dikat a k a n w a n p r e s t a s i ,

pengertian w a n p restasi ini dibatasi oleh suatu keadaan

memaksa ( o v e r m a c h t ) .

Jadi seorang dapat dikatakan w a n p restasi bila ia

telah lalai atau ingkar untuk memenuhi kewajiban sebagai-

mana yang telah d i p e r j a n j i k a n , di mana kelalaian ini ti­

dak dapat d i s a n d a r k a n pada suatu keadaan m e m a k s a (over—

macht). Keadaan me m a k s a (overmacht) adal a h suatu keadaan

yang dapat atau tidak dapat diket a h u i sebelumnya, yang

me n y ebabkan kesukaran dalam pelaksanaan contract, yang

m e n y e b a b k a n terhal a n g n y a pemenuhan perikatan.19

l&J.C.T.S imorangkir, Rudy T. Erwin dan J.T. Prase—

tyo, Kamus Hukum. Aksara Baru, Jakarta 1987/ h. 186.

(48)

Wa n p r e s t a s i d alam perjanjian pemakaian tempat

berjualan yang dilakukan oleh pemegang hak pakai tempat

berjualan d apat berupa e mpat macam:

a) tidak melakukan apa yang dijanjikan;

b) mela k u k a n apa yang dijadikan namun tidak s e b a gaimana

m e s t i n y a ;

c) melakukan apa yang d ijanjikan tetapi terlambat;

d) melakukan sesua'tu yang me n u r u t perjanjian tidak boleh

dilakukannya. ^0

D alam perjanjian w anpretasi ini m e n d a p a t

perha-tian, karena bila salah satu pihak melak u k a n wanprestasi i

maka akan m e n i m b u l k a n kerugian pada pihak lain. Jika s a ­

lah satu pihak melak u k a n w a n p r e s t a s i maka pihak lain da-

pat menuntut ganti rugi kepada yang melakukan w a n p r e s t a ­

si .

M e ngenai perjanjian untuk m e n y erahkan barang atau

untuk melak u k a n perbuatan, seseorang d i a n g g a p wanprestasi

jika prestasi yang d ijanjikan lalai dilakukan atau tidak

dilakukan sama sekali setelah batas waktu yang ditetapkan

dalam perjanjian, dan telah diberi peringatan oleh pihak

yang lain. Ketentuan w a n p restasi ini pada perjanjian

tempat berjualan di P asar Dae r a h diatur dalam pasal 16

ayat 2 Peraturan Dae r a h Kotamadya Daerah Tingkat II

S u r a b a y a No. 4 tahun .1985 yang m enyatakan sebagai berikut:

Selain sanksi tersebut pada ayat (1) pasal ini dikenakan juga sanksi tambahan berupa :

a. Tempat berjualan ditutup atau disegel dan hak

(49)

pakai tempat berjualan dicabut bilamana terjadi

diberikan kepada pemegang izin tempat berjualan sedangkan

yang s a t u n y a lagi d i simpan untuk arsip. Teguran tersebut

Atas penyerahan pemakaian tempat berjualan dari pihak pertama kepada pihak kedua, pihak kedua berjanji ti­

(50)

jualan t e r s e b u , pihak kedua (pemegang izin tempat:

berjualan) iilarang untuk memindahkan hak pakai tempat

berjualan kepada pihak ketiga tan pa. persetujuan ter tu 1 is

dari pihak pertama (Perusahaan Daer a h Pasar KMS). Apabila

pemegang hak pakai m e m i ndahkan hak pakainya kepada pihak

ketiga tanpa izin tertulis dari P erusahaan Daerah Pasar

KMS, maka pemegang hak pakai (pihak pertama) telah m e l a k ­

ukan wanprestasi. P emindahan hak pakai tempat berjualan

kepada pihak ketiga tanpa izin tertulis dari Perusahaan

D a e r a h P asar KMS dilakukan dengan perjanjian di bawah

tangan. P erjanjian di bawah tangan sebagai perjanjian

tertulis dapat dika t e g o r i k a n sebagai akta, yaitu akta di

bawah tangan. Akta di bawah tangan ialah akta yang senga-

ja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan

dari seorang pejabat.* 21 Surat perjanjian yang telah

ditandatangani. ini merupakan suatu alat bukti yang dia-

kui. Seperti yang disebutkan dalam HIR, menurut pasal 164

HIR m i s alnya alat bukti dengan surat P erjanjian di bawah

tangan merupakan akta yang dibuat secara tertulis,, terrna--

suk sebagai bukti dengan surat.

Perjanjian pemakaian tempat berjualan di Pasar

Daerah, selain m e n gatur k e w a j i b a n - k e w a j i b a n , larangan-

larangan serta ketent u a n - k e t e n t u a n lain yang harus d i p e —

21

(51)

nuhi oleh pemegang izin/hak pakai tempat berjualan.

A p a b i 1 a k e w a j i b a n - k e w a j i b a n , 1 a r a n g a n - l a r a n g a n ser ta

k e t e n t u a n — ketentuan lain d i l a n g g a r maka pemegang izin

tempat berjualan d i a n g g a p melakukan wanprestasi. Dalam

praktek pemakaian tempat berjualan yang sering melakukan

w a n p restasi adalah pemegang izin tempat berjualan. Selain

memindahkari hak pakai tempat b e r j u a l a n n y a kepada Pihak

ketiga tanpa izin P e rusahaan Dae r a h P asar Dae r a h KMS, ada

pelanggaran lain yang sering dilakukan para pedagang

antara lain s

a. Retr i b u s i tempat berjualan tidak dibayar dalam waktu

•2 (dua) bulan b e r t u r u t - t u r u t .

b. Berj u a l a n di tepi jalan umum.

D alam perjanjian pemakaian tempat berjualan di

Pasar Daerah, peme?gang izin tempat berjualan yang m e l a k u ­

kan w a n p r e s t a s i dikenakan sanksi atau hukuman oleh P e r u ­

sahaan Daerah Pasar KMS, berupas

1) sanksi Pidana kurangan s e l a m a - l a m a n y a 6 (enam) bulan

at a u ' d e n d a s e t i n g i - t i n g g i n y a sebesar Rp.

50.000,-2) tempat berjualan di t u t u p atau disegel dan hak pakai

tempat berj u a l a n dicabut.

(52)

2. Penvelesaian Senaketa Antara Pemeaana Hak Pakai Tempat

Beriualan denaan Perusahaan Daerah Pasar KMS

Sebagaimana diketahui bahwa dalam perjanjian

pemakaian tempat berjualan di Pasar Daerah sudah diatur

kewajiban-kewajiban, larangan-larangan dan ketentuan yang

harus dipenuhi oleh pemegang hak pakai tempat berjualan.

Apabila pemegang hak pakai tempat berjualan tidak

memenuhi kewajiban-kewajiban dan ketentuan dalam

perjanjian., maka pemegang hak pakai tempat berjualan

dikenai sanksi atau hukuman oleh Perusahaan Daerah Pasar

KMS.

Pelanggaran-pelanggaran oleh ketentuan diatur

dalam perjanjian pemakain merupakan wanprestasi, di mana

pelanggaran tersebut tidak dikarenakan adanya suatu

keadaan memaksa. Wanprestasi oleh pemegang hak pakai

tempat berjualan dapat dikenakan sanksi atau hukuman,

yai tu:

1) membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau

dengan singkat dinamakan ganti rugi.

2) pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan

perjanjian.

3) peralihan resiko.

4) membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di

depan hakim. 22

Pada pelanggaran perjanjian oleh pihak kedua yang

Referensi

Dokumen terkait

Karena kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang, maka susunan atom tersebut dapat dinyatakan secara lengkap dengan menyatakan posisi atom dalam

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah

  Penilaian  proses  dan  hasil    Aip Syarifudin, Muhadi.  (1993). Pendidikan  Jasmani dan Ksehatan.  Dirjen Dikti Depdikbud 

Oleh karena pengamatan tersebut, Gardner McKenzi (1985) memperkenalakan parameter “damped” untuk meredam trend tersebut menjadi lebih kecil dalam peramalan data

“Biasanya para pengiklan juga melihat apakah akun twitter kanal tersebut sesuai dengan produk yang mereka miliki, misal perusahaan telekomunikasi maka supaya

Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase

Analisis hasil pelaksanaan untuk mengetahui tentang berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dilakukan. Dalam praktek mengajar di kelas, ada satu siswa yang

Untuk maksud tersebut, PARTAI NasDem Kabupaten Majene mengajukan proposal anggaran program kerja partai 2016 kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Majene sesuai