• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

3. Kajian Tes Diagnostik Lima Tingkatan

Five-tier diagnostic test merupakan tes diagnostik lima tingkat yang dikembangkan dari tes diagnostik empat tingkat (four-tier). Tes diagnostik lima tingkat yang pernah dikembangkan yaitu dengan mebambahkan gambar ke dalam tes diagnostik, karena beberapa peserta didik mungkin memiliki kesulitan dalam mewakili pemikiran mereka.38 Peserta didik dalam memilih alasan jawaban terkadang yakin bahwa pernyataan alasan jawaban adalah benar, tetapi

36Kaltaki-Gurel, A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to Identify Student’ Misconception in Science, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,2015, p. 1001.

37Qisti Fariyani, Ani Rusilowati, dan Sugianto, Pengembangan Four-tier Diagnostic Test untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X, Journal of Innovative Science Education,2015, h. 42.

38Doni, Op. Cit., h. 19.

tidak yakin terdapat hubungan sebab-akibat antara jawaban dengan alasan jawaban yang dipilih, sehingga apabila diberikan lebih dari satu pernyataan alasan jawaban yang benar, terkadang peserta didik ragu menentukan apakah alasan tersebut memiliki hubungan sebab-akibat (korelasi) terhadap jawaban yang dipilih, sehingga perlu menspesifikasikan keyakinan alasan jawaban menjadi dua, yaitu keyakinan terhadap kebenaran alasan jawaban dengan keyakinan terhadap adanya hubungan sebab-akibat (korelasi) antara jawaban dengan alasan jawaban yang dipilih.

Tes berformat four-tier berdasarkan tinjauan yang telah disampaikan perlu dikembangkan menjadi five-tier dengan menambahkan adanya tier ke lima yaitu berupa keyakinan terhadap adanya korelasi antara jawaban terhadap alasan jawaban yang dipilih.39Dengan menggunakan tes diagnostik five-tier guru dapat mengetahui keyakinan peserta didik terhadap korelasi jawaban dengan alasan jawaban yang dipilih, dapat mendiagnosis miskonsepsi yang dialami peserta didik secara lebih dalam, dapat menenetukan bagian materi yang memerlukan penekanan lebih, dan dapat merencakan pembelajaran yang lebih baik untuk mengurangi miskonsepsi peserta didik.

a. Kombinasi Jawaban Tes Diagnostik Five-tier

Kombinasi jawaban pada tes diagnostik five-tier merupakan acuan dalam menentukan tingkat pemahaman peserta didik pada suatu konsep yang dipelajari, dengan menggunakan kombinasi jawaban pada tes diagnostik five-tier peneliti dapat menentukan peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Kombinasi jawaban untuk tes diagnostik five-tier yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1Kombinasi Jawaban menggunakan Five-Tier40

Jawaban

Tingkat

Alasan

Tingkat keyakinan korelasi

Kriteria

keyakinan keyakinan Jawaban

Jawaban alasan dengan alas an

Benar Tinggi Benar tinggi Yakin Paham

39Ibid., h. 20.

40Ibid., h. 200.

Benar Tinggi Benar tinggi tidak yakin 4. Kajian Materi Termodinamika

Termodinamika sebagai bagian dari cabang ilmu fisika yang sekaligus merupakan salah satu bahan materi pembelajaran fisika bagi peserta didik, merupakan kajianyang memiliki taraf analisa yang mendalam. Termodinamika itu sendiri adalah nama yang diberikan untuk mempelajari proses di mana energi mengalami proses perpindahan dari satu sistem menuju sistem lainnya,

perpindahan energy tersebut dapat berbentuk sebagai kalor lepas maupun kalor penerimaan dan dapat juga berupa sebagai usaha atau kerja.41

a. Peta Konsep Termodinamika

Gambar 2. 2Peta Konsep Termodinamika42 b. Istilah-Istilah dalam Termodinamika

1) Sistem, Lingkungan dan Batas Sistem

Dalam analisis termodinamika, penting memahami sistem dan lingkungan sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi dalam proses termodinamika yang berlangsung secara siklus. Penguraian mengenai keduanya yakni sistem merupakan benda atau keadaan yang menjadi fokus perhatian pengamat, sedangkan lingkungan (environment)adalah benda atau keadaan di luar sistem.43 Sistem dipisahkan dari lingkungan oleh suatu batas sistematau yang lebih

41 Douglas C. Giancoli, Fisika Jilid I Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 518.

42Fieska Cahyani dan Yandri Santoso, Fisika 2 Unruk SMA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, (Jawa Barat: Quadra, 2017), h. 134.

43Yohanes Surya, Suhu dan Termodinamika, (Tangerang: PT Kandel, 2009), h. 93.

Termodinamika

1. Hukum I Termodinamika 2. Hukum II Termodinamika

ο‚· Mesin Kalor

dikenal sebagai boundry.44 Berikut disajikan Gambar 2.2 mengenai sistem dalam kajian termodinamika:

Gambar 2. 3Suatu Sistem Termodinamika45 Sistem dalam termodinamika terbagi menjadi tiga macam, yaitu:46 a) Sistem Terbuka

Sistem terbuka ialah sistem yang dimana energi dan massa dapat keluar dan masuk melewati batas sistem. Sebagian besar mesin konversi energi memiliki sistem terbuka. Contohnya pemanas air, turbin, dan kompresor.

b) Sistem Tertutup

Sistem tertutup adalah sistem dimana sejumlah energi dapat keluar dan masuk melewati batas sistem. Namun massa tidak bisa melewati batas sistem.47 Contoh sederhana dari sistem tertutup adalah botol yang tertutup.

c) Sistem Terisolasi

Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak ada perpindahan massa dan energi yang menembus batas sistem, contohnya suatu termos yang berisi air panas atau air dingin.

2) Usaha dan Kalor

Usaha dilakukan ketika energi ditransfer dari satu benda ke benda yang lain melalui cara-cara mekanis.48 Kalor merupakan energi dalam yang dipindahkan dari satu benda ke benda lain akibat perbedaan suhu.49

3) Energi Dalam

44 Giancoli, Loc. Cit.

45Fathiah Alatas dan Ai Nurlaela, Termodinamika, (Tangerang: UIN Press, 2015), h. 17.

46Ibid.

47 Ibid, h. 17-19.

48 Giancoli,Loc. Cit.

49Yohanes, Loc. Cit. h. 13.

Energi dalam sistem dapat didefinisikan sebagai jumlah total semua energi molekul pada sistem. Energi dalam sistem akan naik jika ada usaha, atau jika kalor ditambahkan.50Energi dalam disimbolkan dengan (π‘ˆ), selama terjadi perubahan pada keadaan sistem, energi dalam dapat berubah dari nilai awal (π‘ˆ1) ke nilai akhir (π‘ˆ2). Dapat dituliskan perubahan energi dalam, yaitu51

βˆ†π‘ˆ = π‘ˆ2 βˆ’ π‘ˆ1 (2.1)

c. Usaha dan Proses Termodinamika

1) Usaha yang Dilakukan selama Perubahan Volume

Persamaan usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan dalam besaran tertentu sekaligus dapat dituliskan menjadi52

π‘Š = π‘ƒβˆ†π‘‰ (2.2)

Jika tekanan P tetap konstan sementara volume berubah dari 𝑉1 ke 𝑉2, kerja yang dilakukan sistem adalah53

π‘Š = 𝑃 𝑉2 βˆ’ 𝑉1 (2.3)

2) Proses-Proses Termodinamika

Jika variabel keadaangas dalam ruang tertutup (𝑃, 𝑉, 𝑇) mengalami perubahan, maka dikatakan gas tersebut sedang mengalami proses termodinamika. Beberapa proses termodinamika yang akan dijelaskan antaranya adalah: proses isobarik, proses isokhorik, proses isotermal, serta proses adiabatik.

a) Proses Isobarik

Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem dengan tekanan konstan. Persamaan keadaan proses isobarik (𝑃 tetap) adalah

𝑉2 𝑇2 =𝑉1

𝑇1 atau 𝑉

𝑇 = π‘˜ (3.4)

Sedangkan rumus usahanya adalah

π‘Š = π‘ƒβˆ†π‘‰ = 𝑃 𝑉2 βˆ’ 𝑉1 (3.5)

50 Giancoli, Op. Cit., h. 519.

51 Hugh D. Young, Roger A. Freedman, Fisika Universitas Jilid I Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 629.

52 Giancoli, Op. Cit., h. 522.

53 Young, Op. Cit., h. 635.

b) Proses Isokhorik

Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem (gas) dengan volume konstan.54 Persamaan keadaan untuk proses isokhorik adalah

𝑃2 𝑇2 =𝑃1

𝑇1 atau 𝑃

𝑇 = π‘˜ (3.6)

Karena volume gas tidak berubah (βˆ†π‘‰ = 0), maka usaha yang dilakukan oleh gas sama dengan nol.

π‘Š = π‘ƒβˆ†π‘‰ = 𝑃 Γ— 0 = 0 (3.7)

c) Proses Isotermal

Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada suhu konstan.55 Persamaan untuk proses isotermal adalah

𝑃2𝑉2 = 𝑃1𝑉1 atau 𝑃𝑉 = π‘˜ (3.8) d) Proses Adiabatik

Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem dimana tidak ada kalor yang dibiarkan mengalir ke dalam atau keluar sistem (𝑄 = 0).56

d. Hukum I Termodinamika

Hukum I termodinamika merupakan pernyataan lain dari hukum kekekalan energi.57 Hukum I termodinamika menyatakan bahwa untuk setiap proses jika kalor (𝑄) diberikan kepada sistem dan sistem melakukan usaha (π‘Š), maka sistem akan mengalami perubahan energi dalam (βˆ†π‘ˆ). Secara matematis hukum I termodinamika dituliskan sebagai berikut58

βˆ†π‘ˆ = 𝑄 βˆ’ π‘Š atau 𝑄 = βˆ†π‘ˆ βˆ’ π‘Š (3.9)

e. Penerapan Hukum I Termodinamika

Proses-proses gas ideal terdapat empat proses secara holistik, keempat proses tersebut dijabarkan sebagai berikut:

54 Giancoli, Op. Cit., h. 522.

55 Young, Op. Cit., h. 539.

56 Giancoli, Loc. Cit.

57 Giancoli, Op. Cit., h. 519.

58 Young, Op. Cit., h. 534.

1) Proses Isotermal

Pada proses isotermal, suhu tetap yang artinya (βˆ†π‘‡ = 0), sehingga perubahan energi dalamnya adalah nol (βˆ†π‘ˆ = 0). Dengan demikian, hukum I termodinamika menjadi59

𝑄 = π‘Š (3.10)

2) Proses Isokhorik

Pada proses isokhorik, volume tetap yang berarti βˆ†π‘‰ = 0 (karena βˆ†π‘‰ = 0, maka π‘Š = 0).60 Dengan demikian, jika sistem menerima kalor (𝑄) pada proses ini, maka kalor tersebut digunakan seluruhnya untuk perubahan energi dalam, sehingga hukum I termodinamika menjadi

βˆ†π‘ˆ = 𝑄 (3.11)

3) Proses Isobarik

Pada proses isobarik, tekanan tetap, sehingga kalor yang diberikan untuk melakukan usaha dan perubahan energi di dalamnya adalah

𝑄 = π‘Š + βˆ†π‘ˆ atau 𝑄 = π‘ƒβˆ†π‘‰ + βˆ†π‘ˆ (3.12) 4) Proses Adiabatik

Pada proses adiabatik, proses dimana tidak ada kalor yang dibiarkan mengalir ke dalam atau keluar sistem (𝑄 = 0). Dengan demikian, hukum I termodinamika menjadi61

βˆ†π‘ˆ = βˆ’π‘Š (3.13)

Tabel berikut merangkum perbedaan-perbedaan yang terkait pada proses-proses termodinamika.62

59 Giancoli, Op. Cit., h. 521.

60 Daniel Milton Oman, Robert Milton Oman, How To Solve Physics Problems., (New York: Mc Graw Hill Education, 2016), h. 188.

61 Young, Op. Cit., h. 538.

62 Fieska, Op. Cit., h. 143-145.

Tabel 2. 2Proses Termodinamika

f. Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikkan suhu zat itu sebesar satu Kelvin.

𝐢 = 𝑄

βˆ†π‘‡ atau 𝑄 = πΆβˆ†π‘‡ (3.14)

g. Hukum II Termodinamika

Hukum II termodinamika merupakan pernyataan mengenai proses yang dapat terjadi di alam maupun yang tidak. Hukum ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, semuanya sama. Pernyataan pertama dibuat oleh Rudolf Julius Emanuel Clausius (1822-1888), yang menyatakan: β€œkalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas”.63

h. Mesin Kalor

Perkembangan pernyataan hukum II termodinamika didasarkan pada studi mesin kalor. Mesin kalor adalah suatu alat yang mengubah energi panas menjadi energi mekanik, seperti mesin uap dan mesin mobil.64

63 Giancoli, Op. Cit., h. 527.

64 Young, Op. Cit., h. 554.

i. Siklus Carnot

Ilmuan Prancis Sadi Carnot (1769-1832) meneliti karakteristik pada studi mesin carnot.65 Gambar 2.3 menunjukkan sebuah siklus Carnot menggunakan gas ideal sebagai bahan kerja dalam silinder dengan sebuah piston.

Gambar 2. 4Siklus Carnot untuk sebuah gas ideal66

Berdasarkan gambar 2.3 di atas, langkah-langkah dalam siklus Carnot adalah sebagai berikut67

1) Proses ab gas berekspansi secara isotermal pada suhu (𝑇𝐻), menyerap panas (𝑄𝐻).

2) Proses bc gas berekspansi secara adiabatik sampai suhu (𝑇𝐢).

3) Proses cd gas mengalami kompresi terjadi secara isotermal pada (𝑇𝐢), mengeluarkan panas (𝑄𝐢).

4) Proses da gas mengalami kompresi terjadi secara adiabatik kembali pada keadaan semula pada suhu (𝑇𝐻).

Kalor (𝑄𝐻) dan (𝑄𝐢) sebanding dengan temperatur operasi (𝑇𝐻) dan (𝑇𝐢) (dalam Kelvin) sehingga efisiensi dapat dituliskan sebagai:68

π‘’π‘–π‘‘π‘’π‘Ž 𝑙 =π‘‡π»βˆ’π‘‡πΆ

𝑇𝐻 = 1 βˆ’π‘‡πΆ

𝑇𝐻 (3.19)

65Ibid., h. 563.

66Ibid., h. 564.

67Dhiyaulhaq, Top Master Fisika SMA/MA Kelas X, XI, & XII, (Jakarta: Bintang Wahyu, 2014), h. 201.

68Young, Op. Cit., h. 564.

j. Mesin Pendingin

Mesin pendingin (refrigerator) yaitu mesin kalor yang beroperasi secara terbalik. Sebuah mesin yang menarik panas dari tempat yang dingin dan melepaskan panas ke temat yang lebih hangat.69

B. Penelitian Relevan

Kajian dalam penelitian ini memiliki tinjauan penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Penelitian yang disusun oleh Zaleha dari FMIPA jurusan pendidikan fisika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dalam penelitiannya ini ditemukan data terkait hasil validitas dari instrumen tes diagnostik VCCI bentuk four tier test yang dikembangkan teruji valid dan sangat layak digunakan untuk mendiagnostik pengubahan konseptual peserta didik pada materi yang diajarkan.70 Oleh karena itu dipandang sesuai memilih tes diagnostik yang merupakan penyempurnaan bentuk four tier test yaitu bentukfive-tier testdalam menetapkan miskonsepsi belajar pada peserta didik.

2. Kajian berikutnya diperoleh dari FKIP program studi pendidikan fisika di Universitas Jember yang menyatakan hasil analisis data terkait peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep, dan mengalami miskonsepsi pada materi optik geometri. Persentase peserta didik yang paham konsep sebesar 17,56%, tidak paham konsep sebesar 43,60%, dan peserta didik yang mengalami miskonsepsi sebesar 38,84%. Dari persentase miskonsepsi ini dapat dikategorikan dalam miskonsepsi tingkat sedang.71 Sehingga kajian identifikasi mengenai miskonsepsi dipandang perlu guna menetapkan taraf pemahaman konsep belajar pada peserta didik, untuk kemudian dijadikan dasar dalam memberikan perlakuan dalam pembelajaran kedepannya.

3. Peneliti dari FKIP pendidikan fisika di Universitas Samawa mengungkapkan hasil temuannya bahwa tes diagnostik yang dikembangkan berdasarkan penilaian ahli materi diperoleh nilai rata 3,66, ahli media diperoleh

69 Giancoli, Op. Cit., h. 532.

70 Zaleha, Op. Cit., h. 42.

71 Widya Bratha Sheftyawan, Op. Cit., h. 152.

rata 4,33, guru fisika diperoleh rata-rata 4,06, serta penilaian oleh 9 orang peserta didik rata-rata menilai 4,22. Seluruh nilai rata-rata menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan berada pada kategori layak.72 Berdasarkan data penilaian tersebut maka dipandang tepat menggunakan jenis tes diagnostik guna mengetahui miskonsepsi belajar pada peserta didik.

4. Penelitian pendahulu telah dibuat pada jurusan pendidikan fisika di fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang yang menyatakan temuannya terkait pengujian validitas tes diagnostik oleh validator ahli menunjukkan instrumen yang dikembangkan valid. Reliabilitas tes yang dikembangkan sebesar 0,983.

Soal tes terdiri atas tiga butir soal mudah, 43 butir soal sedang, dan lima butir soal sukar. Soal tes memiliki daya pembeda dengan kategori sembilan butir soal diperbaiki, 24 butir soal diterima tetapi perlu diperbaiki, dan 18 butir soal diterima dengan baik. Terdapat 82 temuan miskonsepsi siswa dari 11 sub pokok bahasan pada materi Optik Geometri.73 Temuan miskonsepsi yang tinggi telah memperjelas bahwa kajian mengenai identifikasi miskonsepsi pada konsep belajar fisika lainnya amat perlu dilakukan guna memperoleh data yang dibutuhkan agar dilakukan perbaikan.

5. Penelitian berikutnya diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Negeri Semarang dengan judul kajian β€œPengembangan Asesmen Diagnostik Miskonsepsi Fluida berformat Five-Tier untuk mnegungkapkan Profil Pemahaman Konsep Siswa”. Pada penelitian tersebut disampaikan mengenai tes diagnostik yang dikembangkan terdiri dari lima tingkat, yaitu: soal konseptual dengan satu kunci jawaban dan empat pengecoh, tingkat keyakinan jawaban, empat pilihan alasan dan satu alasan terbuka, tingkat keyakinan terhadap kebenaran alasan, keyakinan terhadap korelasi jawaban dengan alasan. Hasil akhir dalam penelitian mengungkapkan bahwa instrumen bertipe ini dapat mengidentifikasi 70 miskonsepsi siswa dari tujuh subkonsep fluida.74 Sehingga melalui instrumen tes diagnostik tipe five-tier dengan

72 Reni Eka Zafitri, Op. Cit., h. 19.

73 Qisthi Fariyani, Op. Cit., h. 48.

74Doni, Op. Cit., h. 6.

menggunakan lima tingkatan diharapkan dapat memberikan temuan data dari miskonsepsi pada peserta didik secara lebih komprehensif.

6. Pada Journal Eurasia diungkapkan mengenai pentingnya menuntaskan miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik yakni, β€œSince misconceptions are very resistant to change and problematic for further scientific knowledge, it is crucial to determine them correctly”.75 Penelitian ini memberikan penguatan mengenai keutamaan bahwa identifikasi miskonsepsi pada peserta didik perlu dilakukan dengan menggunakan instrumen tes diagnostik.

C. Kerangka Berpikir

Fisika merupakan mata pelajaran yang erat kaitannya dengan fenomena alam sehari-hari. Fenomena tersebut membuat peserta didik membangun pengetahuannya masing-masing dan membentuk prakonsepsi atau konsep awal.

Jika prakonsepsi tersebut benar maka akan mempermudah jalannya proses pembelajaran peserta didik di dalam kelas, namun jika prakonsepsi tersebut salah maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berupa miskonsepsi atau konsep yang diyakini benar oleh peserta didik namun tidak sesuai dengan teori para ilmuan.

Miskonsepsi yang dialami peserta didik harus segera diketahui oleh guru agar dapat diatasi dengan benar. Untuk mengatasi miskonsepsi guru harus memiliki sebuah alat evaluasi pembelajaran yang dapat medeteksi adanya miskonsepsi yang dialami peserta didik. Alat evaluasi yang dapat mendiagnosis miskonsepsi peserta didik adalah tes diagnostik five-tier, dengan menggunakan tes diagnostik five-tier guru dapat mengetahui miskonsepsi yang dialami peserta didik. Selain itu, dengan menggunakan tes diagnostik five-tier guru juga dapat mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dan membedakan mana peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep atau miskonsepsi. Informasi yang didapatkan guru melalui tes diagnostik five-tier dapat digunakansebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya.

75Derya Kaltakci Gurel, Op, Cit., p. 1000.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Kajian konsep belajar fisika

Setelah dikaji peserta didik

οƒ˜ Konsepsi positif

οƒ˜ Pemahaman utuh 1. Prakonsepsi

positif 2. Pengalaman

belajar didapat secara utuh

οƒ˜ Konsepsi negatif

οƒ˜ Pemahaman terputus

Dideteksi melalui Tes Diagnostik 5

tingkat 1. Prakonsepsi

negatif 2. Pengalaman

belajar didapat terputus

Terbentuk miskonsepsi

Terbentuk konsepsi utuh

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ciseeng yang beralamat di Jalan Cibeuteung Muara, Kp. Bojong Indanh Rt 02/06, Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat 16120. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskripstif. Rancangan penelitian deskriptif merupakan rancangan penelitian yang paling sederhana berupa sampling survey dan merupakan rancangan penelitian noneksperimental.1 Penelitian deskriptif tidak membutuhkan kelompok kontrol dan eksperimen dan tidak terdapat perhitungan-perhitungan statistika yang rumit.

Tujuan penelitian deskriptif yakni untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.2

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami peserta didik dengan menggunakan tes diagnostik five-tier pada konsep termodinamika, maka data penelitian berupa persentase miskonsepsi peserta didik yang didapatkan akan dideskripsikan sesuai keadaan sebenarnya.

1 EkoBudiarto, Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar, (Jakarta: EGC, 2003), h. 28.

2 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 54.

C. Prosedur Penelitian

Gambar 3. 1 Bagan Prosedur Penelitian

Bagan prosedur penelitian yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1 di atas mengenai prosedur penelitian identifikasi miskonsepsi peserta didik menggunakan tes diagnostik five-tier pada konsep termodinamika dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan studi literatur mengenai miskonsepsi pada konsep-konsep fisika. Selanjutnya peneliti mengkaji silabus kurikulum K-13 revisi pada mata pelajaran fisika materi termodinamika untuk menentukan indikator pencapaian kompetensi.

2. Tahap penyusunan Intrumen Tes Pilihan Ganda

Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan instrumen tes pilihan ganda.

Hasil dari instrumen pilihan ganda selanjutnya divalidasi oleh ahli. Soal-soal yang valid selanjutnya diuji coba ke peserta didik non sampel untuk menentukan validitas soal, reliabilitas soal, taraf kesukaran dan daya pembeda yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan software ANATES v4. Setelah itu peneliti menyusun instrumen tes two-tier bentuk pilihan ganda.

3. Tahap Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier

Hasil dari instrumen pilihan ganda yang sudah diuji coba selanjutnya soal yang telah memenuhi syarat akan diubah menjadi instrumen tes five-tier dengan menambahkan tier kedua dan tier keempat berupa tingkat keyakinan peserta didik

Tahap Persiapan

Tahap Penyusunan Instrumen Tes Pilihan Ganda Tahap Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier

Tahap Pelaksanaan (Pengumpulan Data) Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data

dalam memilih jawaban dan alasan serta tier kelima berupa keyakinan korelasi antara jawaban dan alasan yang dipilih peserta didik.

4. Tahap Pelaksanaan (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini instrumen tes berupa tes diagnostik five-tier dalam bentuk google formulir diujikan kepada peserta didik yang telah mempelajari materi termodinamika untuk mengidentifikasi tingkat miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik.

5. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang didapat dari pelaksanaan tes diagnostik five-tier selanjutnya diolah sesuai dengan format kombinasi jawaban five-tier yang telah dikembangkan oleh Doni Setiawan untuk melakukan kategorisasi peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep, dan miskonsepsi. Setelah itu hasil kategorisasi disajikan dalam bentuk persentase peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep, dan miskonsepsi.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Ciseeng yang sudah mempelajari materi termodinamika.

E. Teknik Pengambilan Subyek Penelitian

Teknik pengambilan subyekpenelitian dalam penelitian ini yaitu teknik nonprobability sampling, yaitu teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.3Pada penelitian ini penulis memilih bagian dari teknik non probabilitas sampling yakni purposive sampling (sampling bertujuan). Teknik purposive samplingbiasa juga disebut Judmental sampling adalah suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus.4Hal yang

3Syamsunie Carsel HR, Metodoligi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan, (Yogyakarta:

Penebar Media Pustaka, 2018), h. 95.

4Ibid., h. 96.

menjadi pertimbangan peneliti dalam mengambil sampel yaitu kesesuain sampel dengan masalah penelitian, antara lain:

1. Sekolah yang menjadi tempat penelitian belum pernah melakukan tes identifikasi miskonsepsi pada materi termodinamika.

2. Subjek penelitian kelas XI MIPA yang telah mendapatkan pembelajaran di kelas mengenai materi termodinamika.

Banyaknya sampel penelitian dalam penelitian identifikasi miskonsepsi menggunakan tes diagnostik five-tier dihitung berdasarkan rumus Slovin pada persamaan (3.1) berikut ini.5

𝑛 = 𝑁

(1+𝑁𝑒2) (3.1)

Keterangan:

𝑛 = ukuran sampel 𝑁 = ukuran populasi

𝑒 = tingkat kesalahan yang dipilih

Dalam penelitian ini, tingkat kesalahan yang dipilih adalah 10%. Dimana semakin besar tingkat kesalahan yang digunakan, maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil.6

Penelitian ini melalui 2 tahapan penting yaitu uji coba isntrumen dan tahapan pengambilan data. Sampel untuk uji coba instrumen dipilih peserta didik SMA Negeri 1 Parung kelas XI MIPA dengan jumlah sampel sebanyak 65 peserta didik yang telah mempelajari materi termodinamika.

Sampel penelitian untuk mengambil data identifikasi miskonsepsi menggunakan metode tes diagnosti five-tier dipilih peserta didik SMA Negeri 1 Ciseeng kelas XI MIPA dengan jumlah sampel yang dihitung berdasarkan persamaan (3.1) dengan tingkat kesalahan 10% sehingga didapatkan sampel sebanyak 64 peserta didik yang dapat mewakili populasi. Perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin dapat dilihat pada Lampiran ....

5Slamet Riyanto dan Aglis Andhita Hatmawan, Metode Riset Penelitian Kuantitatif, (Sleman: Deepublish, 2020), h. 12.

6Ibid,

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan.7Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemberian tes. Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan.7Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemberian tes. Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur

Dokumen terkait