• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

H. Validasi Instrumen Penelitian

I. Teknik Analisis Data

3. Membuat Persentase Tingkat Miskonsepsi Peserta Didik

Setelah didapatkan hasil persentase dari tingkat miskonsepsi peserta didik maka selanjutnya yaitu melakukan pengkategorian persentase tingkat miskonsepsi peserta didik. Persentase maksimum yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 0%. Kategori persentase tingkat miskonsepsi yang digunakan yaitu kategori tingkat rendah, tingkat sedang dan tingkat tinggi. Untuk interval dari setiap kategori maka digunakan persamaan (3.9) beikut.25

π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘£π‘Žπ‘™ =π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘ π‘’ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š βˆ’ π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘ π‘’ π‘šπ‘–π‘›π‘–π‘šπ‘’π‘š π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žπ‘• π‘˜π‘Žπ‘‘π‘’π‘”π‘œπ‘Ÿπ‘–

π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘£π‘Žπ‘™ =100% βˆ’ 0%

3

π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘£π‘Žπ‘™ = 33% (3.9)

24 Buha Aritonang, Penggunaan Bahasa Daaerah Generasi Muda Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat, Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Volume 9, Nomor 2, 2020, h.165.

25 Dwi Aprilia Astupura dan Hadma Yuliani, Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi dan Keterampilan Proses Sains pada Materi Pokok Cahaya, Edusains Volume 4 Nomor 1,2016, h. 20.

Berdasarkan persamaan (3.9) di atas, maka interval yang digunakan pada kategori persentase tingkat miskonsepsi peserta didik adalah 33% dan masing-masing kategori tingkat miskonsepsi ditunjukkan pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3. 10Kategori Tingkat Miskonsepsi

Persentase Kategori

0%-33% Rendah

34%-66% Sedang

67%-100% Tinggi

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang akan dijabarkan pada subbab ini adalah gambaran umum dari data penelitian yang telah dilakukan. Data diperoleh dari hasil tes diagnostik five-tier pada konsep termodinamika yang terdiri dari 4 subkonsep yaitu usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika, hukum I termodinamika dan penerapannya, hukum II termodinamika dan penerapannya dan siklus Carnot.

Data-data hasil penelitian kemudian diolah dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori data hasil penelitian, yaitu persentase tingkat miskonsepsi peserta didik pada materi termodinamika, persentase miskonsepsi peserta didik pada subkonsep termodinamika, dan persentase miskonsepsi peserta didik perbutir soal. Hasil jawaban peserta didik pada tes diagnostik five-tier materi termodinamika dikumpulkan dan dikategorikan menjadi 3 kategori berdasarkan tabel kombinasi jawaban tes diagnostik five-tier yang ditunjukkan oleh Tabel 2.1 yaitu paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Setelah jawaban peserta didik dikategorikan maka didapatkan persentase dari setiap kategori yang merupakan hasil penelitian.

1. Data Persentase Tingkat Miskonsepsi Peserta Didik pada Materi Termodinamika

Data hasil jawaban peserta didik pada penelitian tes diagnostik five-tier diolah berdasarkan kombinasi jawaban yang dikembangkan oleh Doni Setiawan.

Data tersebut diolah untuk mengetahui tingkat miskonsepsi yang dimiliki oleh peserta didik pada materi termodinamika. Gambar 4.1 menunjukkan grafik persentase tingkat miskonsepsi peserta didik pada materi termodinamika secara keseluruhan.

Gambar 4. 1 Persentase Pemahaman Peserta Didik pada Materi Termodinamika

Berdasarkan Gambar 4.1 tingkat miskonsepsi peserta didik terhadap materi termodinamika secara garis besar mengalami miskonsepsi tingkat tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan sebanyak 98,4% peserta didik termasuk kategori miskonsepsi tingkat tinggi, 1,6% peserta didik termasuk kategori miskonsepsi tingkat sedang dan 0% peserta didik yang termasuk kategori miskonsepsi tingkat rendah.

2. Data Persentase Miskonsepsi Peserta Didik pada Subkonsep Termodinamika

Identifikasi miskonsepsi peserta didik terhadap materi termodinamika pada penelitian ini mencakup 4 subkonsep yaitu usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika, hukum I termodinamika dan penerapannya, hukum II termodinamika dan penerapannya dan siklus Carnot. Hasil tes diagnostik five-tier yang telah dikategorikan selanjutnya diolah berdasarkan masing-masing

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Tinggi Sedang Rendah

98.40%

1.60% 0%

% Miskonsepsi

Tingkat Miskonsepsi

subkonsep. Gambar 4.2 di bawah ini menunjukkan persentase moskonsepsi peserta didik pada 4 subkonsep termodinamika yang diteliti.

Gambar 4. 2 Persentase Miskonsepsi Peserta Didik pada Subkonsep Termodinamika

Gambar 4.2 menunjukkan data persentase miskonsepsi peserta didik pada subkonsep termodinamika. Setiap subkonsep teridentifikasi miskonsepsi peserta didik dengan miskonsepsi pada subbab usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika sebesar 81,70%, hukum I termodinamika dan penerapannya sebesar 70,30%, hukum II termodinamika dan penerapannya sebesar 87,50% dan siklus Carnot sebesar 92%. Kategori tingkat miskonsepsi peserta didik pada tiap subkonsep termodinamika dapat dilihat pada Tabel 4.1 beikut.

Tabel 4. 1 Kategori Tingkat Miskonsepsi Subkonsep Termodinamika

No. Subkonsep Persentase Kategori

Miskonsepsi

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamikaHukum I Termodinamika dan PenerapannyaHukum II Termodinamika dan PenerapannyaSiklus Carnot 81.70%

70.30%

87.50% 92%

% Miskonsepsi

No. Subkonsep Persentase Kategori Miskonsepsi 1. Usaha, kalor, energi dalam dan

proses termodinamika 81,70% Tinggi

2. Hukum I termodinamika dan

penerapannya 70,30% Tinggi

3. Hukum II termodinamika dan

penerapannya 87,50% Tinggi

4. Siklus Carnot 92% Tinggi

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, katergori tingkat miskonsepsi pada masing-masing subkonsep termodinamika diketahui bahwa dalam 4 subkonsep termodinamika termasuk dalam kategori miskonsepsi tingkat tinggi. Rata-rata miskonsepsi yang teridentifikasi pada 4 subkonsep termodinamika adalah 84%

dan termasuk dalam kategori miskonsepsi tingkat tinggi.

3. Data Persentase Miskonsepsi Peserta Didik Perbutir Soal

Instrumen tes diagnostik five-tier pada materi termodinamika yang digunakan dalam mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik berjulah 15 soal yang dikembangkan dari 4 subkonsep dan 8 indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut.

a. Butir soal nomor 1 dan 2 untuk indikator menyebutkan pengertian sistem, lingkungan, usaha, kalor dan batas sistem

b. Butir soal nomor 3 untuk indikator menerapkan prinsip usaha, kalor dan energi dalam berdasarkan hukum termodinamika dalam kehidupan sehari-hari

c. Butir soal nomor 4 dan 5 untuk indikatormenganalisis berbagai proses termodinamika dalam sebuah gas

d. Butir soal nomor 6 untuk indikator menyebutkan bunyi dari hukum I termodinamika

e. Butir soal nomor 7, 8 dan 9 untuk insikator menganalisis perubahan energi berdasarkan hukum I termodinamika

f. Butir soal nomor 10 dan 11 untuk indikator menentukan bunyi dari hukum II Termodinamika

g. Butir soal nomor 12 dan 13 untuk indikator menjelaskan siklus Carnot

h. Butir soal nomor 14 dan 15 untuk indikator menganalisis efisiensi dari mesin Carnot

Persentase miskonsepsi peserta didik pada tiap-tiao butir soal disajikan pada Gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4. 3 Grafik Persentase Miskonsepsi Perbutir Soal pada Materi Termodinamika

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, dari 15 butir soal yang disajikan ke sampel penelitian dapat diketahui bahwa miskonsepsi peserta didik yang tertinggi teridentifikasi pada butir soal nomor 1 dan nomor 13 dengan persentase sebesar 98,40%. Sedangkan butir soal yang teridentifikasi dengan persentse tingkat

98.40%

miskonsepsi sedang pada butir nomor 2 dengan persentase sebesar 48,40% dan butir soal nomor 7 dengan persentase sebesar 56,20%.

B. Pembahasan

Semua miskonsepsi merupakan kesalahan, namun tidak semua kesalahan dikatakan miskonsepsi. Kesalahan bisa jadi karena peserta didik mengalami Lack of Knowledge, yakni kondisi peserta didik tidak tahu atau belum tahu konsep.1 Miskonsepsi adalah konsepsi yang dimiliki oleh peserta didik yang jelas berbeda dan sering bertentangan dengan konsepsi ilmiah.2 Maka dalam melakukan diagnostis harus dapat membedakan peserta didik yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak paham konsep, karena ketika peserta didik mengalami miskonsepsi peserta didik meyakini secara ilmiah apa yang dipahaminya adalah benar sehingga penanganannyapun tepat untuk meluruskan pemahaman peserta didik yang mengalami miskonsepsi.

Instrumen tes diagnostik miskonsepsi yang digunakan dalam penilitian ini adalah instrumen tes diagnostik five-tier, yaitu berupa tes pilihan ganda dengan lima tingkatan. Sebab tes pilihan ganda hanya mampu mendeteksi bahwa peserta didik mengalami kesalahan atau tidak pada suatu konsep.3 Instrumen tes diagnostik five-tier terdiri dari lima tingkat, yaitu: soal konseptual dengan satu kunci jawaban dan empat pengecoh, tingkat keyakinan jawaban, lima pilihan alasan dan satu alasan terbuka, tingkat keyakinan terhadap kebenaran alasan, dan keyakinan terhadap korelasi jawaban dengan alasan jawaban.4

Penggunaan instrumen tes diagnostik five-tier dipilih dalam penelitian ini karena memiliki kelebihan dari tes diagnostik tertinggi sebelumnya yaitu tes diagnostik four-tier. Meskipun tes diagnostik four-tier dapat mengidentifikasi miskonsepsi lebih jelas dan mendukung kemajuan peserta didik dalam belajar,

1Ismiara Indah Ismail, dkk., Diagnostik Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test, Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015), h.382.

2T C Bayuni, W Sopandi dan A Sujana, Identification Misconception of Primary School Teacher Education Students in Changes of Matters Using a Five-Tier Diagnostic Test, 4th International Seminar of Mathematics, Science and Computer Science Educatian, 2018, p. 2.

3Ibid., p. 3.

4Doni, Loc. Cit., h. 126.

ada satu bagian yang belum di masukkan dalam semua tes multi-tier yang meminta peserta didik untuk memberikan ide mereka tentang suatu fenomena atau konsep oleh gambar penjelasan untuk jawaban yang telah dipilih.5Peserta didik dalam memilih alasan jawaban terkadang yakin bahwa pernyataan alasan jawaban adalah benar, tetapi tidak yakin terdapat hubungan sebab-akibat antara jawaban dengan alasan jawaban yang dipilih, sehingga apabila diberikan lebih dari satu pernyataan alasan jawaban yang benar, terkadang peserta didik ragu menentukan apakah alasan tersebut memiliki hubungan sebab-akibat (korelasi) terhadap jawaban yang dipilih, sehingga perlu menspesifikasikan keyakinan alasan jawaban menjadi dua, yaitu keyakinan terhadap kebenaran alasan jawaban dengan keyakinan terhadap adanya hubungan sebab-akibat (korelasi) antara jawaban dengan alasan jawaban yang dipilih.6

Instrumen tes diagnostik five-tier memiliki 19 kombinasi jawaban yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi. Peserta didik yang memiliki kombinasi jawaban seperti ditunjukkan oleh Tabel 4.2 maka termasuk ke dalam kategori miskonsepsi.

Tabel 4. 2 Kombinasi Jawaban Tes Diagnostin Five-Tier Kategori Miskonsepsi

Jawaban

Tingkat

Alasan

Tingkat keyakinan korelasi

Kriteria

keyakinan keyakinan Jawaban

Jawaban alasan dengan alas an

Benar Rendah salah tinggi tidak yakin

Salah Rendah benar rendah Yakin

Salah Tinggi salah rendah Yakin

Salah Tinggi salah rendah tidak yakin

Salah Rendah salah tinggi Yakin

Salah Rendah salah tinggi tidak yakin

Salah Rendah salah rendah Yakin

Salah Tinggi salah tinggi Yakin

Salah Tinggi salah tinggi tidak yakin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui instrumen tes diagnostik five tier pada materi termodinamika, didapat hasil persentase dengan jumlah 64 pesrta didik, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4. 3 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Nomor

Soal

Persentase peserta didik yang berpeluang mengalami (%)

PK M TPK

1 1,6 98,4 0

2 31,3 48,4 20,3

3 4,7 82,8 12,5

4 3,1 89,1 7,8

5 6,2 89,1 4,7

6 26,6 56,2 17,2

7 6,2 86 7,8

8 1,6 96,8 1,6

9 17,2 70,3 12,5

10 6,2 82,8 11

11 4,7 92,2 3,1

12 7,8 92,2 0

13 1,6 98,4 0

14 15,6 82,8 1,6

15 1,6 95,3 3,1

Ξ£ 136 1260,8 103,2

Rata-rata 9,07 84,05 6,88

Keterangan: PK = Paham Konsep, M = Miskonsepsi, TPK = Tidak Paham Konsep

Berdasarkan tabel di atas didapat nilai yang berpeluang mengalami miskonsepsi terbesar dengan persentase 98,4% dari jumlah peserta didik yaitu soal nomor 1 subkonsep usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika dengan indikator menyebutkan pengertian sistem, lingkungan, usaha, kalor dan batas sistem. Banyaknya miskonsepsi dalam soal tersebut karena banyak peserta didik yang salah dalam menjawab. Peserta didik menganggap lilin dan air sebagai pusat perhatian, karena bila tanpa lilin dan air bola tidak dapat bergerak ke ujung tabung. Hal ini sesuai dengan miskonsepsi yang telah teridentifikasi oleh M.

Khairul Yaqin, dkk, bahwa peserta didik memberikan alasan bila tanpa lilin dan air bola tidak akan begerak ke ujung tabung.7 Selanjutnya soal nomor 3 mewakili indikator menerapkan prinsip usaha, kalor dan energi dalam berdasarkan hukum termodinamika dalam kehidupan sehari-hari dengan persentase miskonsepsi sebesar 82,8%. Berdasarkan data hasil penelitian, secara umum dapat diketahui bahwa peserta didik belum tepat dalam menggunakan persamaan untuk menghitung usaha pada proses isobar karena peserta didik tidak berhasil atau kurang teliti dalam menentukan proses apa yang dialami gas dalam soal. Hal ini juga disampaikan oleh Annisa Fitria Lukman dan Nana bahwa kesulitan pertama peserta didik pada pembelajaran termodinamika yaitu pada persamaan keadaan gas terletak pada ketidakkonsistenan peserta didik dalam menggunakan konsep persamaan keadaan gas.8 Selanjutnya butir soal nomor 4 mewakili indikator menganalisis berbagai proses termodinamika dalam sebuah gas dengan miskonsepsi sebesar 89,1%. Banyaknya miskonsepsi yang terjadi karena secara umum peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan persamaan yang tepat, namun peserta didik masih belum menguasai konsep

7Khairul, Loc. Cit., h. 4.

8Annisa Fitria Lukman dan Nana, Penggunaan Model Blended Poe2we untuk Remediasi Miksonsepsi Pembelajaran Fisika Termodinamika, Pendidikan Fisika FKIP Universitas Siliwangi, 2020, h. 3.

tentang proses termodinamika sehingga hanya bisa menggunakan persamaannya saja.

Soal nomor 6, 7, 8 dan 9 pada subkonsep hukum I termodinamika dan penerapannya juga memiliki persentase miskonsepsi di atas 50%. Soal nomor 6 mewakili indikator menyebutkan hukum I termodinamika teridentifikasi miskonsepsi sebesar 56,2% dan soal nomor 8 mewakili indikator menganalisis perubahan energi berdasarkan hukum I termodinamika teridentifikasi miskonsepsi sebesar 96,8%. Banyaknya miskonsepsi yang terjadi pada subkonsep ini karena peserta didik rata-rata hanya menghafal rumus namun tidak memahami konsep hukum I termodinamika.

Miskonsepsi sebesar 92,2% dari jumlah peserta didik teridentifikasi pada soal 11 subkonsep hukum II termodinamika dengan indikator menyebutkan bunyi dari hukum II termodinamika. Dari data hasil penelitian, sebagian peserta didik bisa menjawab atau menyebutkan bunyi dari hukum II termodinamika namun tidak bisa menerjemahkannya ke dalam diagram mesin Carnot.

Subkonsep siklus Carnot dengan indikator menjelaskan siklus Carnot (soal nomor 12 dan 13) dan indikator menganalisis efisiensi dari mesin Carnot (soal nomor 14 dan 15). Pada soal nomor 13 teridnetifikasi miskonsepsi sebesar 98,4%, banyaknya miskonsepsi yang terjadi karena peserta didik belum memahami konsep siklus Carnot sehingga tidak mengetahui rangkaian dalam siklus Carnot dan tidak bisa membaca diagram siklus Carnot. Pada soal nomor 15 teridentifikasi miskonsepsi sebesar 95,3%, banyaknya miskonsepsi yang terjadi karena peserta didik belum memahami konsep mesin Carnot sehingga salah dalam menggunakan persamaan untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal.

Tabel 4. 4Miskonsepsi Peserta Didik yang Teridentifikasi Berdasarkan Subkonsep pada Materi Termodinamika

No Subkonsep Miskonsepsi yang

Teridentifikasi Konsepsi yang Benar 1. Usaha, Kalor, a. Lingkungan yang a. Sistem adalah sebuah

Energi Dalam

benda atau sekumpulan benda yang menjadi pusat perhatian untuk diteliti.

b. Proses yang ditampilkan dalam soal adalah proses isobar, pada proses isobar keadaan tekanan tetap dan volume berbanding lurus dengan suhu c. Proses yang ditampilkan

dalam soal adalah proses isobarik, pada proses isobarik tekanan selalu tetap dan tekanan adalah peserta didik

diminta untuk

menerjemahkan hukum I termodinamika dari persamaan menjadi

4. Siklus Carnot

a. Belum memahami konsep dan tidak bisa membaca diagram siklus Carnot.

b. Salah dalam menggunakan persamaan

efisiensi mesin Carnot.

a. Peserta didik diharapkan

dapat memahami

konsep siklus Carnot

dengan hanya

melihat/membaca diagram siklus Carnot.

b. Dalam menentukan efisiensi mesin Carnot terdapat beberapa persamaan yang dapat digunakan, yaitu:

- πœ‚ = 1 βˆ’π‘‡2

𝑇1Γ— 100%

- πœ‚ = 𝑄

π‘ŠΓ— 100%

- πœ‚ = 1 βˆ’π‘‡πΏ

𝑇𝐻 Γ— 100%

62 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil data penelitian identifikasi miskonsepsi peserta didik menggunakan metode tes diagnostik five-tier pada materi termodinamika, maka penelitian ini secara umum dapat disimpulkan:

1. Sebanyak 98,4% peserta didik teridentifikasi dalam kategori msikonsepsi tingkat tinggi, 1,6% peserta didik teridentifikasi dalam kategori miskonsepsi tingkat sedang dan sebanyak 0% peserta didik teridentifikasi dalam kategori miskonsepsi tingkat rendah.

2. Miskonsepsi peserta didik yang teridentifikasi pada subkonsep usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika sebesar 81,7%, subkonsep hukum I termodinamika dan penerapannya sebesar 70,3%, subkonsep hukum II termodinamika dan penerapannya 87,5% dan subkonsep siklus Carnot sebesar 92,2%.

3. Miskonsepsi yang teridentifikasi pada materi termodinamika antara lain:

a. Lingkungan yang mempengaruhi keadaan sistem masih bagian dari sistem.

b. Salah dalam menentukan proses yang dialami gas hanya dengan informasi yang terdapat dalamsoal.

c. Tidak memahami konsep proses-proses termodinamika.

d. Hanya menghafal persamaan hukum I termodinamika namun tidak memahami konsep.

e. Salah dalam membaca diagram mesin Carnot.

f. Belum memahami konsep dan tidak bisa membaca diagram siklus Carnot.

g. Salah dalam menggunakan persamaan efisiensi mesin Carnot.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, saran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya antara lain:

1. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk dijadikan sebagai referensi dalam menerapkan model pembelajaran yang mampu meremediasi miskonsepsi peserta didik.

2. Jumlah sampel yang dipilih agar lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang

lebih akurat.

64

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Fathiah dan Ai Nurlaela. Termodinamika. Tangerang: UIN Press, 2015.

Arifin, Zainal.Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Arifin, Zaenal.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: Anggota Ikapi, 2009.

Aritonang, Buha. Penggunaan Bahasa Daaerah Generasi Muda Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat, Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Volume 9, Nomor 2, 2020.

Astupura, Dwi Aprilia, dkk. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi dan Keterampilan Proses Sains pada Materi Pokok Cahaya.Edusains,4, 2016.

Azizah, Dewi Nur, dkk. Identifikasi Pemahaman Konsep Siswa SMA Pada Materi Termodinamika, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017.

Bayuni, T C, W Sopandi dan A Sujana. Identification Misconception of Primary School Teacher Education Students in Changes of Matters Using a Five-Tier Diagnostic Test, 4th International Seminar of Mathematics, Science and Computer Science Educatian.2018.

Budiarto, Eko.Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar.Jakarta:

EGC, 2003.

Cahyani, Fieska dan Yandri Santoso. Fisika 2 Unruk SMA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jawa Barat: Quadra, 2017.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2011.

Diagnosa hasil ujian nasional tahun 2019, diambil dari http://118.98.227.96/RaporUN/capaianmateri.aspx diakses pada 2 Februari 2020 pukul 09.46 WIB.

Djaali. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2020.

Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.Jakarta:

Grasindo, 2008.

Faizah, Kurniatul. Miskonsepsi dalam Pembelajaran IPA.Jurnal Darussalam:

Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam No.

1,VIII,2016.

Fariyani, Qisti, dkk. Pengembangan Four-tier Diagnostic Test untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X. Journal of Innovative Science Education, 2015.

Giancoli, Douglas C. Fisika Jilid I Edisi Kelima.Jakarta: Erlangga, 2001.

Gurel, Derya Kaltakci. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to Identify Student’ Misconception in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2015.

Handayani, Nita Dwi, dkk. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Dianostic Test Pada Materi Termodinamika Di SMA Bondowoso.

Jurnal Pembelajaran Fisika No. 2, 7, 2018.

Hartanto, Theo Joni. Studi Tentang Pemahaman Konsep-Konsep Fisika Sekolah Menengah Pertama di Kota Palangkaraya.Risalah Fisika No. 1,1, 2017.

Hendryadi. Validitas Isi: Tahap Awal Pengembangan Kuesioner.Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT No.2, 2,2017.

HR, Syamsunie Carsel. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan.

Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2018.

Kurikulum Darurat, 2 Hal ini Jadi Tolak Ukur Penilaian Siswa Selama Pandemi,

diambil dari

https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/08/111600371/kurikulum-darurat-2-hal-ini-jadi-tolok-ukur-penilaian-siswa-selama-pandemi?page=all diakses pada 18 September 2020 Pukul 13.44 WIB.

Konsep, https://kbbi.web.id/konsep diakses pada 03 Februari 2020 Pukul 15.00 WIB.

Lawshe, C.H. A Quantitative Approach to Content Validity, PERSONAL PSYCHOLOGY, 1975.

Lukman, Annisa Fitria dan Nana. Penggunaan Model Blended Poe2we untuk Remediasi Miksonsepsi Pembelajaran Fisika Termodinamika.Pendidikan Fisika FKIP Universitas Siliwangi.2020.

Malawi, Ibadullah dan Endang Sri Maruti.Evaluasi Pendidikan.Jawa Timur: CV.

Ae Media Grafika, 2016.

Maunah, Wasis Nailul. Pengembangan Two-Tier MultipleChoice Diagnostic Test Untuk Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas X Pada Materi Suhu Dan Kalor.Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), No. 02, 03, 2014.

Mesin Carnot, diambil dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mesin_Carnot pada 19 Maret 2021 pukul 13.31 WIB.

Moran, Michael J. dan Howard N. Shapiro. Temodinamika Teknik Jilid 1 Edisi 4.

Jakarta: Erlangga, 2004.

Oman, Daniel Milton dan Robert Milton Oman. How ToSolve Physics Problem.

New York: Mc Graw Hill Education, 2016.

Omrod, Jeanne Ellis Omrod.Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga, 2009.

Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 1 Ayat 2.

Pratama, Cahya Diki.β€œTeknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Sosial”.https://www.google.com/amp/s/smp.kompas.com/skola/read/2020/1 1/04/174525169/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian-sosial. 11 Juni 2021.

Rusilowati, Ani. Pengembangan Tes Diagnostik sebagai Alat Evaluasi Kesulitan Belajar Siswa. Prosding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 No. 1,6, 2015.

Riyanto, Slamet dan Aglis Andhita Hatmawan. Metode Riset Penelitian Kuantitatif. Sleman: Deepublish, 2020.

Sahidu, Hairunnisyah, dkk. Model E-Assessment & Implikasinya dalam Pembelajaran. Malang: Literasi Nusantara, 2020.

Setiawan, Doni. β€œPengembangan Asesmen Diagnostik Miskonsepsi Fluida Berformat Five-Tier untik Mengungkap Profil Pemahaman Konsep

Siswa”.Tesis dari Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang: 2020.

Setyaningrum, Asri dan Yusman Wiyatno. Pengembangan Video Model Pembelajaran Fisika Berbasis SIBI pada Materi Getaran dan Gelombang sebagai Media Belajar Mandiri untuk Maningkatkan Minat Belajar pada Peserta Didik Tunrungu.jurnal Pendidikan Fisika No. 1,5, 2016.

Sheftiyawan, Widya Bratha, dkk. Indetifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tire Diagnostic Test pada Materi Optik Geometri.Jurnal Pembelajaran Fisika No. 2,7, 2018.

Sudarminta, J. Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan Cet.9.Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010.

Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Suharsimi, Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Surya, Yohanes. Suhu dan Termodinamika. Tangerang: PT Kandel, 2009.

Yaqin, Muhammad Khairul, dkk. Indentifikasi Pemahaman Konsep Fisika Terhadap Pokok Bahasan Termodinamika pada Siswa SMA.Seminar Nasional Pendidikan Fisika 2017,2, 2017.

Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas Jilid I Edisi Kesepulu., Jakarta: Erlangga, 2002.

Zafitri, Reni Eka, dkk. Pengembangan Tes Diagnostik untuk Miskonsepsi pada Materi Usaha dan Energi Berbasis Adobe Flash Kelas XI di MA Nw Samawa Sumbawa Besar Tahun Ajaran 2017/2018.Jurnal Pendidikan No.

2, 2, 2018.

Zaleha, dkk. Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik VCCI Bentuk Four-Tier Test pada Konsep Getaran.Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK) No. 1,3, 2017.

Lampiran 1. Pemetaan Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier Termodinamika

No. Sub Konsep Indikator Pembelajaran Waktu Pengerjaan Soal Jumlah Soal

1. Usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika

Mencirikan Pengertian sistem, lingkungan, usaha, kalor dan batas sistem

2 JP x 45 menit = 90 Menerapkan prinsip usaha, kalor dan

energi dalam berdasarkan hukum termodinamika dalam kehidupan sehari-hari

Menganalisis berbagai proses termodinamika dalam sebuah gas

2. Hukum I Termodinamika dan penerapannya

2. Hukum I Termodinamika dan penerapannya

Dokumen terkait