BAB II KAJIAN TEORI
C. Kerangka Berpikir
Fisika merupakan mata pelajaran yang erat kaitannya dengan fenomena alam sehari-hari. Fenomena tersebut membuat peserta didik membangun pengetahuannya masing-masing dan membentuk prakonsepsi atau konsep awal.
Jika prakonsepsi tersebut benar maka akan mempermudah jalannya proses pembelajaran peserta didik di dalam kelas, namun jika prakonsepsi tersebut salah maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berupa miskonsepsi atau konsep yang diyakini benar oleh peserta didik namun tidak sesuai dengan teori para ilmuan.
Miskonsepsi yang dialami peserta didik harus segera diketahui oleh guru agar dapat diatasi dengan benar. Untuk mengatasi miskonsepsi guru harus memiliki sebuah alat evaluasi pembelajaran yang dapat medeteksi adanya miskonsepsi yang dialami peserta didik. Alat evaluasi yang dapat mendiagnosis miskonsepsi peserta didik adalah tes diagnostik five-tier, dengan menggunakan tes diagnostik five-tier guru dapat mengetahui miskonsepsi yang dialami peserta didik. Selain itu, dengan menggunakan tes diagnostik five-tier guru juga dapat mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dan membedakan mana peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep atau miskonsepsi. Informasi yang didapatkan guru melalui tes diagnostik five-tier dapat digunakansebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya.
75Derya Kaltakci Gurel, Op, Cit., p. 1000.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir Kajian konsep belajar fisika
Setelah dikaji peserta didik
ο Konsepsi positif
ο Pemahaman utuh 1. Prakonsepsi
positif 2. Pengalaman
belajar didapat secara utuh
ο Konsepsi negatif
ο Pemahaman terputus
Dideteksi melalui Tes Diagnostik 5
tingkat 1. Prakonsepsi
negatif 2. Pengalaman
belajar didapat terputus
Terbentuk miskonsepsi
Terbentuk konsepsi utuh
34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ciseeng yang beralamat di Jalan Cibeuteung Muara, Kp. Bojong Indanh Rt 02/06, Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat 16120. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskripstif. Rancangan penelitian deskriptif merupakan rancangan penelitian yang paling sederhana berupa sampling survey dan merupakan rancangan penelitian noneksperimental.1 Penelitian deskriptif tidak membutuhkan kelompok kontrol dan eksperimen dan tidak terdapat perhitungan-perhitungan statistika yang rumit.
Tujuan penelitian deskriptif yakni untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.2
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami peserta didik dengan menggunakan tes diagnostik five-tier pada konsep termodinamika, maka data penelitian berupa persentase miskonsepsi peserta didik yang didapatkan akan dideskripsikan sesuai keadaan sebenarnya.
1 EkoBudiarto, Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar, (Jakarta: EGC, 2003), h. 28.
2 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 54.
C. Prosedur Penelitian
Gambar 3. 1 Bagan Prosedur Penelitian
Bagan prosedur penelitian yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1 di atas mengenai prosedur penelitian identifikasi miskonsepsi peserta didik menggunakan tes diagnostik five-tier pada konsep termodinamika dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan studi literatur mengenai miskonsepsi pada konsep-konsep fisika. Selanjutnya peneliti mengkaji silabus kurikulum K-13 revisi pada mata pelajaran fisika materi termodinamika untuk menentukan indikator pencapaian kompetensi.
2. Tahap penyusunan Intrumen Tes Pilihan Ganda
Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan instrumen tes pilihan ganda.
Hasil dari instrumen pilihan ganda selanjutnya divalidasi oleh ahli. Soal-soal yang valid selanjutnya diuji coba ke peserta didik non sampel untuk menentukan validitas soal, reliabilitas soal, taraf kesukaran dan daya pembeda yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan software ANATES v4. Setelah itu peneliti menyusun instrumen tes two-tier bentuk pilihan ganda.
3. Tahap Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier
Hasil dari instrumen pilihan ganda yang sudah diuji coba selanjutnya soal yang telah memenuhi syarat akan diubah menjadi instrumen tes five-tier dengan menambahkan tier kedua dan tier keempat berupa tingkat keyakinan peserta didik
Tahap Persiapan
Tahap Penyusunan Instrumen Tes Pilihan Ganda Tahap Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier
Tahap Pelaksanaan (Pengumpulan Data) Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data
dalam memilih jawaban dan alasan serta tier kelima berupa keyakinan korelasi antara jawaban dan alasan yang dipilih peserta didik.
4. Tahap Pelaksanaan (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini instrumen tes berupa tes diagnostik five-tier dalam bentuk google formulir diujikan kepada peserta didik yang telah mempelajari materi termodinamika untuk mengidentifikasi tingkat miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik.
5. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang didapat dari pelaksanaan tes diagnostik five-tier selanjutnya diolah sesuai dengan format kombinasi jawaban five-tier yang telah dikembangkan oleh Doni Setiawan untuk melakukan kategorisasi peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep, dan miskonsepsi. Setelah itu hasil kategorisasi disajikan dalam bentuk persentase peserta didik yang paham konsep, tidak paham konsep, dan miskonsepsi.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Ciseeng yang sudah mempelajari materi termodinamika.
E. Teknik Pengambilan Subyek Penelitian
Teknik pengambilan subyekpenelitian dalam penelitian ini yaitu teknik nonprobability sampling, yaitu teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.3Pada penelitian ini penulis memilih bagian dari teknik non probabilitas sampling yakni purposive sampling (sampling bertujuan). Teknik purposive samplingbiasa juga disebut Judmental sampling adalah suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus.4Hal yang
3Syamsunie Carsel HR, Metodoligi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan, (Yogyakarta:
Penebar Media Pustaka, 2018), h. 95.
4Ibid., h. 96.
menjadi pertimbangan peneliti dalam mengambil sampel yaitu kesesuain sampel dengan masalah penelitian, antara lain:
1. Sekolah yang menjadi tempat penelitian belum pernah melakukan tes identifikasi miskonsepsi pada materi termodinamika.
2. Subjek penelitian kelas XI MIPA yang telah mendapatkan pembelajaran di kelas mengenai materi termodinamika.
Banyaknya sampel penelitian dalam penelitian identifikasi miskonsepsi menggunakan tes diagnostik five-tier dihitung berdasarkan rumus Slovin pada persamaan (3.1) berikut ini.5
π = π
(1+ππ2) (3.1)
Keterangan:
π = ukuran sampel π = ukuran populasi
π = tingkat kesalahan yang dipilih
Dalam penelitian ini, tingkat kesalahan yang dipilih adalah 10%. Dimana semakin besar tingkat kesalahan yang digunakan, maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil.6
Penelitian ini melalui 2 tahapan penting yaitu uji coba isntrumen dan tahapan pengambilan data. Sampel untuk uji coba instrumen dipilih peserta didik SMA Negeri 1 Parung kelas XI MIPA dengan jumlah sampel sebanyak 65 peserta didik yang telah mempelajari materi termodinamika.
Sampel penelitian untuk mengambil data identifikasi miskonsepsi menggunakan metode tes diagnosti five-tier dipilih peserta didik SMA Negeri 1 Ciseeng kelas XI MIPA dengan jumlah sampel yang dihitung berdasarkan persamaan (3.1) dengan tingkat kesalahan 10% sehingga didapatkan sampel sebanyak 64 peserta didik yang dapat mewakili populasi. Perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin dapat dilihat pada Lampiran ....
5Slamet Riyanto dan Aglis Andhita Hatmawan, Metode Riset Penelitian Kuantitatif, (Sleman: Deepublish, 2020), h. 12.
6Ibid,
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan.7Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemberian tes. Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur, sebagai unit analisis penelitian terhadap seperangkat konten atau materi tertentu.8 Tes yang digunakan berupa tes diagnostik berformat five-tier yang dilakukan kepada peserta didik yang telah mempelajari konsep termodinamika.
G. Instrument Penelitian
Instrument tes yang akan digunakan berupa tes pilihan ganda berbentuk five-tier (lima tingkatan). Peserta didik akan mengerjakan soal pilihan ganda dengan tingkatan pertama berupa soal dengan satu jawaban benar dan empat jawaban pengecoh. Tingkat kedua adalah tingkat keyakinan peserta didik dalam menjawab soal. Tingkat ketiga berupa alasan dengan lima alasan dan satu alasan terbuka yang dapat diisi langsung dengan pendapat peserta didik. Tingkat keempat yaitu keyakinan peserta didik dalam memilih alasan. Tingkat kelima yaitu keyakinan terhadap adanya korelasi antara jawaban terhadap alasan jawaban yang dipilih.
Tingkat keyakinan tergolong tinggi apabila dipilih dengan skala 3 (Yakin), 4 (Agak Yakin) dan 5 (Sangat Yakin). Tingkat keyakinan tergolong rendah apabila dipilih skala 0 (Benar-benar tidak tahu), 1 (Agak tahu), dan 2 (Tidak yakin).9
7Cahya Diki Pratama, Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Sosial, 2020, (https://www.google.com/amp/s/smp.kompas.com/skola/read/2020/11/04/174525169/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian-sosial), diakses pada 11 Juni 2021 Jam 10.20.
8Djaali, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Bumi Aksara, 2020), h.60.
9Doni, Loc. Cit., h. 163.
Pertanyaan (Tier I)
Perhatikan gambar di bawah ini!
Dalam sebuah tabung dimasukkan air dan ditutup dengan bola yang dimasukkan di pangkal tabung untuk diamati oleh peserta didik.
Kemudian tabung tersebut dipanaskan sehingga air mulai terlihat gelembung-gelembung yang bergerak dan bola bergerak ke ujung tabung.
Berdasarkan penjelasan di atas, yang berlaku sebagai sistem adalah....
a. Lilin dan bola b. Lilin dan air c. Air dan bola d. Lilin
e. Air
Tingkat keyakinan dalam memilih jawaban (Tier II) Tingkat keyakinan jawaban:
0 1 2 3 4 5 Alasan (Tier III)
Berikan alasanmu!
a. Sistem adalah sebuah benda atau sekumpulan benda yang menjadi pusat perhatian untuk diteliti
b. Sistem adalah sebuah benda atau sekumpulan benda yang membentuk suatu jaringan
c. Sistem adalah sekumpulan benda yang terdiri dari komponen atau elemen
d. Sistem adalah sebuah benda atau sekumpulan benda yang saling terkait
e. Ssistem adalah suatu benda yang digunakan untuk mencapai tujuan f. _________________________________________
Tingkat keyakinan dalam memilih alasan (Tier IV) Tingkat keyakinan terhadap kebenaran alasan jawaban:
0 1 2 3 4 5
Tingkat keyakinan adanya korelasi antara jawaban terhadap alasan jawaban (Tier V)
Apakah Anda yakin adanya sebab-akibat (korelasi) antara jawaban dan alasan jawaban Anda?
Ya Tidak
Gambar 3. 2Kerangka Instrumen Tes Diagnostik Five-tier
Inatrumen soal tes diagnostik five-tier disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen yang merujuk pada Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) serta materi pembelajaran yang terkait konsep termodinamika dari beberapa sumber referensi. Kisi-kisi instrumen tes diagnostik five-tier dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier Indikator kalor dan batas sistem
1, 2**,
16*,
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi persyaratan yang ada. Instrumen tes diagnostik five-tier sebelumnya harus melalui beberapa pengujian, yaitu uji validitas dengan ahli dan analisis butir soal seperti reliabilitas, validitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Hal ini bertujuan agar data yang didapat dalam penelitian merupakan data yang dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
H. Validasi Instrumen Penelitian
Validitas berasal dari kata validity, yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dapat melakukan fungsi ukurnya.10 Tujuan validitas instrumen atau validitas item adalah unruk menentukan dapat tidaknya suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu.11 Sebuah instrumen dikatakan valid jika sudah dirancang dengan baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada.12 Instrumen tes five-tier ini akan diuji validitas isi dan validitas konstruk untuk mengetahui apakah instrumen five-tier dapat mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik.
1. Validitas Isi
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.13 Suatu tes akan mempunyai validitas isi yang baik jika tes tersebut terdiri dari item-item yang mewakili semua materi yang hendak diukur.14 Pada penelitian ini instrument tes diagnostik five-tier berisi materi termodinamika yang akan divalidasi oleh ahli.
Hasil dari judgment ahli selanjutnya akan diolah secara quantitatif menggunakan Lawsheβs CVR (Content Validity Ratio) yang merupakan sebuah metode untuk mengukur kesepakatan diantara para ahli akan pentingnya suatu item. Berikut persamaan yang digunakan Lawshe untuk menghitung nilai CVR:15
πΆππ = ππβ
ππ = jumlah responden yang menyatakan sesuai π = total responden
10Djaali, Op. Cit., h. 70-71.
11Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
148.
12Arikunto, Op. Cit., h. 80.
13 Djaali, Op. Cit. h. 50.
14Ibid, h. 51.
15 Hendryadi, Validitas Isi: Tahap Awal Pengembangan Kuesioner, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT Vol.2 No.2,2017, h. 173.
Persamaan (3.2) di atas menghasilkan nilai-nilai yang berkisar dari +1 sampai -1, nilai positif menunjukkan bahwa setidaknya setengah responden menilai item tersebut penting.16 Berikut ini adalah pengkategorian nilai minimum CVR untuk jumlah ahli tertentu yang ditujukkan oleh Tabel 3.2 berikut.17
Tabel 3. 2Nilai minimum CVR
Jumlah Ahli Nilai Minimum CVR
5 0,99
6 0,99
7 0,99
8 0,75
9 0,78
10 0,62
Setelah mengidentifikasi setiap item menggunakan CVR, kemudian menghitung nilai CVI. CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR dari semua item validasi. Untuk menghitung CVI menggunakan persamaan berikut ini.18
πΆππΌ = π½π’πππ π π πππ’ππ’ π πΆππ
ππ’πππ π ππ’π‘ππ ππππππ‘ (3.3)
Rentang hasil nilai CVI adalah -1 < x < 1. Lawshe mangkategorikan nilai CVI sebagai berikut.19
Tabel 3. 3Kategori Hasil Nilai CVI
Skor Kategori
-1 < x < 0 Tidak baik
0 Baik
0 < x < 1 Sangat baik
16Ibid,
17 Lawshe, C.H, A Quantitative Approach to Content Validity, PERSONAL PSYCHOLOGY, 1975, p. 568.
18Asri Setyaningrum dan Yusman Wiyatmo, Pengembangan Video Pembelajaran Fisika Berbasis SIBI pada Materi Getaran dan Gelombang sebagai Media Belajar Mandiri unruk Meningkatkan Minta Belajar pada Peseta Didik Tunarungu, Jurnal Pendidikan Fisika Volume 5, Nomor 1, 2016, h.42.
19Ibid, h. 43.
Berdasarkan hasil validasi ahli yang meliputi ahli materi dan ahli konstruk maka didapatkan hasil rekapitulasi penilaian instrumen tes diagnostik five-tier materi termodinamika yang ditunjukkan oleh Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3. 4 Rekapitulasi Penilaian Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier Materi Termodinamika
Aspek Nilai Kategori
Materi 1 Sangat Baik
Konstruk 1 Sangat Baik
2. Validitas Konstruksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek pikir yang disebutkan pada indikator. Validitas konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson pada persamaan (3.4) berikut.20
ππ₯π¦ = π π₯π¦ β π₯ π¦
π π₯2β π₯ 2 π π¦2β π¦ 2 (3.4) Keterangan:
ππ₯π¦ = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan Hasil dari validitas konstruksi selanjutnya dikategorikan validitasnya berdasarkan Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3. 5Kategori Validitas
Ketentuan Nilaiππππππ Kategori
ππππ‘π’ππ β₯ ππ‘ππππ Valid
ππππ‘π’ππ < ππ‘ππππ Tidak Valid
20 Arikunto, Op. Cit., h. 83.
3. Analisis Butir Soal a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.21
Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbac pada persamaan (3.5) berikut.
ππ΄πΆ = π
πβ1 1 β ππ=1ππ2
ππ‘2 (3.5)
Keterangan:
π = jumlah soal (iβ¦n); i nomor awal dan n item nomor terakhir ππ2 = jumlah varian skor item butir soal
ππ‘2 = varian skor total
Hasil dari uji raliabilitas selanjutnya dikategorikan berdasarkan kriteria raliabilitas instrument pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3. 6Kriteria Raliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Ralibialitas
0,80 < π β€ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < π β€ 0,80 Tinggi
0,40 < π β€ 0,60 Cukup
0,20 < π β€ 0,40 Rendah
0,00 < π β€ 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji instrumen yang dilakukan pada peserta didik non sample dan diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 didapatkan hasil reliabilitas tes diagnostik five-tier materi termodinamika yang ditunjukkan oleh Tabel 3.7 berikut.
21 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Anggota Ikapi, 2009), h. 258.
Tabel 3. 7 Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Five-Tier Materi Termodinamika
Nilai Reliabilitas Instrumen Kriteria Reliabilitas
0,726 Tinggi
b. Taraf Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besarderajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Sautu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.22 Taraf kesukaran dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut.
π = π΅
π½π (3.6)
Keterangan:
π = derajat kesukaran
π΅ = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar π½π = jumlah seluruh peserta didik yang mengikuti tes
Adapun penentuan kriteria taraf kesukaran didasarkan pada ketentuan pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3. 8Taraf Kesukaran
Rentang Nilai Kategori
0,00-0,25 Sukar
0,26-0,75 Sedang
0,76-1,00 Mudah
c. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
22Ibid, h. 266.
tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu soal tertentu, semakin mampu butir saol tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.23 Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus berikut.
π· =π΅π΄
π½π΄ βπ΅π΅
π½π΅ (3.7)
Keterangan:
π· = daya pembeda (discriminating power)
π΅π΄ = jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas π΅π΅ = jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah π½π΄ = jumlah peserta didik kelompok atas
π½π΅ = jumlah peserta didik kelompok bawah
Penentuan kriteria daya pembeda saol didasarkan pada ketentuan Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3. 9Daya Pembeda
Rentang Nilai DB Kategori
< 0,00 Drop
0,00 β€ π·π΅ < 0,20 Buruk
0,20 β€ π·π΅ < 0,40 Cukup
0,40 β€ π·π΅ < 0,70 Baik
0,70 β€ π·π΅ < 1,00 Baik Sekali
I. Teknik Analisis Data
1. Mengumpulkan Jawaban Peserta Didik dan Mengkategorikannya
Teknik analisis data yang pertama adalah mengumpulkan jawaban peserta didik dan mengkategorikannya berdasarkan kombinasi jawaban tes diagnostik five-tier yang dikembangkan Doni Setiawan pada tabel 2.1. Hasil pengkategorian berdasarkan kombinasi jawaban tes diagnostik five-tier maka akan didapatkan
23Ibid, h. 273.
kategori peserta didik pada tingkat pemahaman yaitu paham konsep, tidak paham konsep, dan miskonsepsi.
2. Membuat Persentase dari Setiap Kategori
Teknik analisis data yang kedua yaitu menentukan besar persentase dari setiap kategori tingkat pemahaman peserta didik yaitu paham konsep, paham konsep sebagian, miskonsepsi, dan tidak paham konsep. Cara untuk memperoleh frekuensi relatif (angka persenan) dapat menggunakan rumus berikut.24
π = π
πΓ 100% (3.8)
Keterangan:
π = angka persentase
π = frekuensi yang sedang dicari persentasenya π =Number of Cases (jumlah frekuensi)
3. Membuat Persentase Tingkat Miskonsepsi Peserta Didik
Setelah didapatkan hasil persentase dari tingkat miskonsepsi peserta didik maka selanjutnya yaitu melakukan pengkategorian persentase tingkat miskonsepsi peserta didik. Persentase maksimum yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 0%. Kategori persentase tingkat miskonsepsi yang digunakan yaitu kategori tingkat rendah, tingkat sedang dan tingkat tinggi. Untuk interval dari setiap kategori maka digunakan persamaan (3.9) beikut.25
πππ‘πππ£ππ =ππππ πππ‘ππ π ππππ πππ’π β ππππ πππ‘ππ π ππππππ’π ππ’ππππ πππ‘πππππ
πππ‘πππ£ππ =100% β 0%
3
πππ‘πππ£ππ = 33% (3.9)
24 Buha Aritonang, Penggunaan Bahasa Daaerah Generasi Muda Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat, Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Volume 9, Nomor 2, 2020, h.165.
25 Dwi Aprilia Astupura dan Hadma Yuliani, Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi dan Keterampilan Proses Sains pada Materi Pokok Cahaya, Edusains Volume 4 Nomor 1,2016, h. 20.
Berdasarkan persamaan (3.9) di atas, maka interval yang digunakan pada kategori persentase tingkat miskonsepsi peserta didik adalah 33% dan masing-masing kategori tingkat miskonsepsi ditunjukkan pada Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3. 10Kategori Tingkat Miskonsepsi
Persentase Kategori
0%-33% Rendah
34%-66% Sedang
67%-100% Tinggi
50 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dijabarkan pada subbab ini adalah gambaran umum dari data penelitian yang telah dilakukan. Data diperoleh dari hasil tes diagnostik five-tier pada konsep termodinamika yang terdiri dari 4 subkonsep yaitu usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika, hukum I termodinamika dan penerapannya, hukum II termodinamika dan penerapannya dan siklus Carnot.
Data-data hasil penelitian kemudian diolah dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori data hasil penelitian, yaitu persentase tingkat miskonsepsi peserta didik pada materi termodinamika, persentase miskonsepsi peserta didik pada subkonsep termodinamika, dan persentase miskonsepsi peserta didik perbutir soal. Hasil jawaban peserta didik pada tes diagnostik five-tier materi termodinamika dikumpulkan dan dikategorikan menjadi 3 kategori berdasarkan tabel kombinasi jawaban tes diagnostik five-tier yang ditunjukkan oleh Tabel 2.1 yaitu paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Setelah jawaban peserta didik dikategorikan maka didapatkan persentase dari setiap kategori yang merupakan hasil penelitian.
1. Data Persentase Tingkat Miskonsepsi Peserta Didik pada Materi Termodinamika
Data hasil jawaban peserta didik pada penelitian tes diagnostik five-tier diolah berdasarkan kombinasi jawaban yang dikembangkan oleh Doni Setiawan.
Data tersebut diolah untuk mengetahui tingkat miskonsepsi yang dimiliki oleh peserta didik pada materi termodinamika. Gambar 4.1 menunjukkan grafik persentase tingkat miskonsepsi peserta didik pada materi termodinamika secara keseluruhan.
Gambar 4. 1 Persentase Pemahaman Peserta Didik pada Materi Termodinamika
Berdasarkan Gambar 4.1 tingkat miskonsepsi peserta didik terhadap materi termodinamika secara garis besar mengalami miskonsepsi tingkat tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan sebanyak 98,4% peserta didik termasuk kategori miskonsepsi tingkat tinggi, 1,6% peserta didik termasuk kategori miskonsepsi tingkat sedang dan 0% peserta didik yang termasuk kategori miskonsepsi tingkat rendah.
2. Data Persentase Miskonsepsi Peserta Didik pada Subkonsep Termodinamika
Identifikasi miskonsepsi peserta didik terhadap materi termodinamika pada penelitian ini mencakup 4 subkonsep yaitu usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika, hukum I termodinamika dan penerapannya, hukum II termodinamika dan penerapannya dan siklus Carnot. Hasil tes diagnostik five-tier yang telah dikategorikan selanjutnya diolah berdasarkan masing-masing
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Tinggi Sedang Rendah
98.40%
1.60% 0%
% Miskonsepsi
Tingkat Miskonsepsi
subkonsep. Gambar 4.2 di bawah ini menunjukkan persentase moskonsepsi peserta didik pada 4 subkonsep termodinamika yang diteliti.
Gambar 4. 2 Persentase Miskonsepsi Peserta Didik pada Subkonsep Termodinamika
Gambar 4.2 menunjukkan data persentase miskonsepsi peserta didik pada subkonsep termodinamika. Setiap subkonsep teridentifikasi miskonsepsi peserta didik dengan miskonsepsi pada subbab usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika sebesar 81,70%, hukum I termodinamika dan penerapannya sebesar 70,30%, hukum II termodinamika dan penerapannya sebesar 87,50% dan siklus Carnot sebesar 92%. Kategori tingkat miskonsepsi peserta didik pada tiap subkonsep termodinamika dapat dilihat pada Tabel 4.1 beikut.
Gambar 4.2 menunjukkan data persentase miskonsepsi peserta didik pada subkonsep termodinamika. Setiap subkonsep teridentifikasi miskonsepsi peserta didik dengan miskonsepsi pada subbab usaha, kalor, energi dalam dan proses termodinamika sebesar 81,70%, hukum I termodinamika dan penerapannya sebesar 70,30%, hukum II termodinamika dan penerapannya sebesar 87,50% dan siklus Carnot sebesar 92%. Kategori tingkat miskonsepsi peserta didik pada tiap subkonsep termodinamika dapat dilihat pada Tabel 4.1 beikut.