6. Komponen teknologi budidaya tanaman perkebunan sebagai perlakuan
6.4 Kakao
Masalah utama, pada komoditas kakao adalah rendahnya produksi, rata-rata 550
kg/ha/th, sedangkan tanaman yang berasal dari benih unggul mampu mencapai produksi
2,0 ton/ha/th.
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan dimana 70% diusahakan
dalam bentuk perkebunan rakyat.
Pengembangan kakao terancam serangan penggerek buah kakao (PBK) yang dapat
menurunkan produksi hingga 80% dengan kerusakan biji mencapai 82%. Oleh karena
itu selain untuk mendapatkan klon unggul dan perbaikan mutu, penelitian diarahkan
untuk menanggulangi hama.
Penggerek buah kakao (PBK) Canopomorpha cramerella merupakan hama
penting tanaman kakao di Indonesia.
Penyemprotan buah-buah kakao dan cabang-cabang horizontal lima kali dengan
selang 10 hari dimulai sejak buah masih muda dapat menurunkan persentase buah
terserang PBK. Jenis insektisidia yang efektif adalah Decis 2.5 EC, Matador 25 EC,
Sumialpa 25 EC, Buldok 25 EC, Cymbush 50 EC, Bestox 50 EC, dan Talstar 25 EC.
Insektisida tersebut mampu menurunkan persentase buah terserang pada saat panen
sebesar 64.9 – 94.9%.
Untuk penelitian pengendalian hama dapat dilakukan dengan rancangan kelompok
dengan 3 sampai 4 ulangan.
Penghitungan kebutuhan insektisida dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Insektisidia granular
Jumlah yang dibutuhkan (kg) =
jumlah yang direkomendasikan (kg bahan aktif/ha) x luasan yang diperlukan (ha) x 100
% bahan aktif dalam formulasi komersial
Contoh:
Takaran yang direkomendasikan = 1.0 kg bahan aktif/ha
Area yang akan diberi perlakuan = 3.000 m
2(0.3 ha)
% bahan aktif ini dalam formulasi komersial = 10 %
Jumlah yang dibutuhkan = 1.0 x 0.3 x 100 = 3.0 kg
(b) Foliar Spray
a. Rekomendasi berdasarkan bahan aktif (b.a) per hektar.
• Takaran rekomendasi (kg bahan aktif/ha)
• % bahan aktif dalam formulasi komersial dan
• Luasan yang akan diperlakukan (ha)
Perhitungan:
Jumlah formulasi komersial Takaran rekomendasi (kg bahan aktif/ha)
Yang dibutuhkan = yang diperlakan (ha) x 100
% bahan aktif dan formulasi komersial
Contoh:
Takaran direkomendasikan = 0.75 kg (bahan aktif/ha)
% bahan aktif dalam formulasi komersial = 60
Luasan yang diperlakukan = 0.5 ha
Jumlah yang dibutuhkan = 0.75 x 0.5 x 100 = 0.625 kg setara 0.625 ltr.
60
Cara perhitungan produksi pada tanaman kakao sama dengan tanaman jambu
mente. Sedangkan perhitungan produksi tanaman sela sama dengan perhitungan
pada tumpang sari tanaman lada dan tanaman sela.
6.4.2. Tanah dan iklim
(a) Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada semua tipe tanah, namun diperlukan solum
tanah yang dalam untuk pertumbuhan akar yang sempurna, kandungan bahan organik
yang cukup, tidak pernah kekurangan air dan tidak terendam air lebih dari 24 jam pada
musim hujan. Tanah bekas hutan dan tanah aluvial dinilai baik dan kemasaman tanah
terbaik pada pH 6-7.
(b) Iklim
Kakao tumbuh baik pada iklim dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun, namun
yang penting bukan jumlah curah hujannya melainkan penyebarannya sepanjang tahun.
Tinggi tempat mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, membutuhkan
suhu rata-rata 25
oC dengan rata-rata minimum tidak lebih rendah dari 15
oC.
6.4.3. Teknologi budidaya
Untuk tujuan rehabilitasi dilakukan pada tanaman berumur 27-30 tahun, produksi
kurang dari 400 kg biji kering/ha/th, pendapatan per satuan luas tidak mampu
membiayai pemeliharaan tanaman. Persiapan yang perlu dilakukan adalah memotong
dan membongkar tanaman tua dan dibakar. Kegiatan berikutnya adalah pengolahan
tanah.
6.4.4. Bahan tanaman
Klon-klon unggul yang dianjurkan adalah GC7, ICS 13, ICS 60, UIT 1, Pa 300,
RCC 70, RCC 71, RCC 72 dan RCC 73.
Klon RCC 70 s/d 73 mempunyai bobot biji cukup seragam, 1,15-1,18 g/biji,
sehingga tergolong mutu A. Sedangkan klon RCC 74 s/d 75 mempunyai bobot biji 1,5
g/biji, termasuk mutu AA. Kadar coklat dari biji dari keenam klon itu sekitar 55-58%.
6.4.5. Pembibitan
• Benih disemaikan dan setelah berkecambah (keping benih tersembul) dipindahkan
ke polybag (diameter 15-20 cm dan tinggi 30-35 cm).
• Syarat bibit yang baik yaitu yang berasal dari klon-klon anjuran, persentase benih
berkecambah minimal 90%, pertumbuhan baik, bebas hama/penyakit, jumlah bibit
siap salur minimal 75% dari jumlah benih yang disemaikan.
6.4.6. Penanaman naungan
• Untuk naungan permanen (tanaman pelindung) dianjurkan memakai klon-klon
Leucaena (Lamtoro) yang tidak berbiji yaitu L 2, L 19, dan L 21, bila jenis-jenis
tersebut tidak tersedia dapat dipakai glirisidia, dadap, sengon laut dan tanaman
kelapa dengan jarak tanam anjuran.
• Teknik penanaman naungan sementara dan permanen dengan jarak tanam kakao, 3 x
3 m seperti berikut:
! + + + !
U
12 m
+ + + + + 9 m
3 m
S
+ + + + +
1,5 m
! + + + !
Keterangan:
!" = pohon pelindung permanen (12 m x 9 m)
+ = tanaman kakao (3 m x 3 m)
---- = larikan naungan sementara dengan arah U – S.
6.4.7. Penanaman
• Sistem penanaman secara poliklonal, dengan menggunakan minimal 3 klon dengan
nisbah komposisi klon yang digunakan adalah 1 : 1 : 1 atau empat klon 2 : 1 : 2 :1.
• Komposisi dan tata tanam dalam satu hamparan/blok sebagai berikut:
Rasio komposisi 1 : 1 : 1
RCC 70 X X X X X X X X X
ICS 13 X X X X X X X X X
ICS 60 X X X X X X X X X
Rasio komposisi 2 : 1 : 2 : 1
RCC 70 X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
GC 7 X X X X X X X X X
RCC 71 X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
UIT X X X X X X X X X
6.4.8. Pemupukan
• Jenis serta dosis pupuk berdasarkan tingkat umur sebagai berikut:
Umur tanaman Dosis pupuk/pohon/tahun (g)
Urea SP-36 KCl
1 – 2 tahun
3 – 4 tahun
5 tahun/lebih
200
300
500
100
200
250
100
200
250
6.4.9. Pemangkasan
• Pemangkasan dilaksanakan pada tanaman muda, yang umumnya mempunyai 4-5
cabang utama, sehingga tinggal 3 cabang utama yang tumbuh kuat.
• Pemangkasan selektif dilakukan terhadap pohon yang jumlah buah pentilnya sangat
kurang, yaitu dengan memangkas sebagian cabang, tunas liar, ranting, dan daun serta
dilaksanakan secara terus menerus.
• Pemangkasan pemeliharaan dilakukan 3 kali setahun, dengan cara memotong cabang
sekunder dan tersier pada ujung-ujungnya, dilakukan terutama pada tanaman yang
sudah menghasilkan setelah selesai masa “flush”.
6.4.10. Pemberantasan hama dan penyakit
• Hama utama tanaman kakao adalah penggerek buah kakao dan pengisap buah.
Pengendaliannya menggunakan insektisida nabati, cara hayati dengan menggunakan
semut hitam, kultur teknis, penggunaan klon tahan, dan pengendalian kimia dipadu
dengan sistem peringatan dini. Pengendalian kimia menggunakan insektisida anjuran
yaitu: Decis 2,5 EC.
• Penyakit busuk buah kakao (BBK) dapat dikendalikan dengan sanitasi dan kultur
teknis, penggunaan klon tahan dan penggunaan fungisida.
Rehabilitasi pohon kakao dilakukan pada pohon-pohon yang kurang produktif,
produksi 400 kg biji kering/ha/th, menghasilkan biji mutu rendah, terserang hama dan
penyakit dengan tingkat serangan ringan dan keragaan pertumbuhan kurang baik.
6.4.11. Teknik rehabilitasi
Bahan tanaman unggul (klon-klon anjuran) dapat dipergunakan dengan teknik
sambung samping. Pemupukan diberikan sesuai dengan dosis anjuran, pemangkasan dan
pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara rutin.
6.4.12. Persyaratan yang diperlukan untuk Penyambungan Samping
- Batang bawah sehat dan sedang bertunas, dua minggu sebelum penyambungan,
pohon harus dipupuk dan dipangkas.
- Entres berasal dari kebun entres atau kebun petani yang terseleksi diambil dari
cabang samping (primer) berwarna hijau atau kecoklatan.
- Ukuran entres sebesar pensil, dengan panjang 40-50 cm, diambil pada pagi hari.
6.4.13. Teknik sambung samping
1. Dibuat sayatan vertikal pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah, lidah kulit
dibuka.
2. Entres disisipkan pada bekas sayatan dengan bagian runcing menghadap batang
bawah.
3. Lidah kulit ditutup dengan lembaran plastik, kemudian diikat erat.
4. Tutup entres dibuka secara bertahap.
5. Tutup dibuka seluruhnya setelah panjang tunas mencapai 2-3 cm.
6. Batang bawah/batang lama dipotong 60-90 cm di atas permukaan sambungan,
setelah sambungan tumbuh kuat.
Gambar … Tahapan pelaksanaan sambung samping
6.4.14. Diversifikasi usahatani
Di antara barisan kakao dewasa dapat ditanam tanaman sela yang tahan naungan
dan bukan inang hama dan penyakit bagi tanaman pokok dan memiliki pasar yang baik
seperti kapulaga, garut, dan lain-lain.
Kulit buah kakao ternyata dapat dimanfaatkan untuk pakan kambing yang
dipelihara dalam kandang (Percobaan/pengkajian LPTP Natar) dengan hasil baik.
Dalam dokumen
METODOLOGI PENGKAJIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
(Halaman 109-117)