• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada tanggal 16 – 17 Oktober 2013 di wilayah Ratu Boko tepatnya di daerah Jogjakarta merupa-

kan dua hari yang penuh dengan kepanikan bagi pertunjukan seni drama tari “Ziarah Gerhana” yang disutradarai oleh sang maestro Mas Sardhono. Karena tanggal tersebut, para penari, pemer-

an panggung, pemain musik, serta para kru melakukan Gladi Kotor dan Gladi Bersih untuk pertun-

jukan mereka yang akan dilaksanakan tanggal 18 – 19 Oktober 2013.

Di tanggal 17 Oktober 2013, kami dari tim majalah AKSI berusaha menghampiri Mas Sardhono untuk melakukan sebuah wawancara, namun kami dihadapkan dengan situasi bahwa Mas Sard-

hono benar-benar tidak bisa meninggalkan “panggung”-nya. Kami pun mendatangi asisten Mas Sardhono yaitu Mbak Mita agar bisa mendapatkan izin untuk sebuah wawancara singkat bersama

Mas Sardhono.

Ketika senja tiba, kami pun mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara singkat ber-

sama Mas Sardhono sang sutradara dari pertunjukan drama tari ini. Dan kira-kira seperti inilah hasil wawancara kita bersama beliau.

Majalah AKSI | 38 Edisi .1 | No.2 | Oktober 2013

AKSI : Apa sebenarnya hubungan antara gerhana bulan.... selanjutnya instalasi ?

Sumardono : Ya intinya, ini adalah sebuah heritage. Sebuah warisan sejarah yang berwujud candi. Nah candi ini sebenarnya bukan hanya untuk dilihat, tapi bisa kita pe- lajari. Misalnya proses bagaimana candi ini ada, sebagai sebuah pertanyaan yang san- gat mendasar. Mengapa orang membuat candi di sini?

Banyak candi di Yogyakarta. Ternyata hal itu berkaitan langsung dengan adanya Mera- pi, sebuah gunung berapi. Dan setiap ada gunung berapi, gunung berapi itu akan se- lalu memuntahkan lava, dan lava itu akan menjadi bencana tetapi sekaligus juga ber- kah, karena tanah menjadi subur di sekitarn- ya. Nah kalau tanah subur, maka orang bisa bercocok tanam, bisa menjadi sawah. Kalau itu menjadi sawah, akhirnya ribuan orang berkumpul, kalau ribuan orang berkumpul ada power, ada tenaga, ada energi besar. Kemudian munculah kerajaan, sebuah ko- munitas, di mana kerajaan di Mataram itu menjadi pusatnya. Setelah itu ada tenaga untuk lahirnya kebudayaan, yang tentun-

ya pada zaman itu Hindu, Budha, menjadi dasarnya.

Dari keberadaan tenaga tersebut munculah candi-candi. Selain masalah candi, gunung berapi melemparkan pula batu-batu besar. Tanpa batu besar itu tidak ada materi untuk membikin candi-candi tersebut. Jadi dari situ kita mendadak bisa memahami kaitan sistemik antara manusia, budaya dan alam. Atas dasar pemahaman tersebut, maka saya mengajak para seniman berkumpul di sini. Misalnya ada seorang yang sela- ma bertahun-tahun ini, mengekspresikan cita rasa artistiknya dengan materi bambu. Nah bambu itu sesuatu bahan konkrit yang langsung ada. Selain batu yang konkrit ada dan banyak. Hal ini merupakan artikulasi penting. Kemudian juga adanya candi itu, bagaimana candi itu dapat dinikmati ketika ada bulan purnama di atas.

Kami mencoba melihat itu semua, dan ar- siteknya ini adalah mahasiswa S2 IKJ yang bekerja untuk memberi desain pada candi itu, dengan konsep pencahayaannya. Lan- tas kembali pada pertanyaan yang sangat bagus tadi, untuk apa semua itu? Untuk

memahami dan mempelajari sebuah seja- rah.

A : Dari sekian banyak candi di Jogja, mengapa yang dipilih adalah Ratu Boko ?

S : Karena yang menarik dari Boko ini, tidak secanggih Prambanan dan Borobudur yang masih utuh dan jelas konsepnya. Kalau Borobudur itu Budhisme, ada Budha-Budha banyak, kalau di Prambanan cerita Rama- yana yang dipahat di situ tentang Hindu. Tapi di candi Ratu Boko itu hanya rerun- tuhan saja, sebab tidak ada identitas yang jelas. Ini Hindu, atau Budha atau apa? Itu hanya bata-bata yang, platform-platform saja, candinya sederhana. Namun itulah menariknya, karena kita tidak harus terikat dengan cerita atau apapun di candi Ratu Boko. Hingga akhirnya kita bisa memainkan apapun di situ.

A : jadi dapatkah disebutkan bahwa in-

spirasi mas Sumardono adalah letusan

gunung merapi yang diasumsikan sebagai sumber kehidupan?

S : Salah satu saja dan bukan hanya itu. Se- PHOTOS COUR

bab inspirasinya banyak, apalagi di dalam prosesnya bisa macam-macam, bisa mer- api, bisa mendadak itu tentang hubungan antara candi dengan vegetasi yang itu ten- tang bambu. Kemudian ada juga hubungan inspirasinya dengan mitos dan legenda di Indonesia, yaitu tentang ratu-ratu. Yang meski tidak ada hubungannya dengan can- di, tapi ada hubungannya dengan sejarah Jawa. Itu inspirasinya bisa berkembang, macam-macam.

Narasumber :

Ina raseuki atau Ubit – Pelatih Vokal

Q : inspirasi awalnya ini apa ya mba kok bisa membuat vokal yg seperti itu?

A : iy, ini inspirasinya tentu saja semuanya idenya dari mas sardono kita sudah tau, jadi saya tidak usah ulang lagi. Tapi dimusiknya saja itu terutama musik vokal itu idenya ada- lah mantra, jadi karna temanya itu ternate actually boki raja nungkila itu ya kan dide- pan kan kalinyamat jawa dan itu semuanya ternate. Nada nadanya itu saya ambil dari nada ternate meskipun jadinya menjadi apa namanya menjadi musik kontemporer yang minimalis sebenarnya ngulang-ngulang semuanya kan seperti mantralah. Mantra itu kan sepert i doa atau sesuatu kayak orang berzikir yang diulang ulang.

Q : kenapa dari sekian banyak irama di

A : Prosesnya berlangsung berapa lama ?

S : Tiga tahun .

A : Lalu kendalanya apa saja ?

S : Bukan kendala, tapi selalu ada perkem- bangan ide. Kalau ide tidak pernah ada ken- dala.

A : Kalau tidak salah, sempat ada berita

bahwa judulnya berubah ?

S : Judul selalu berubah-ubah. Tergantung dengan perkembangan juga.

Dokumen terkait