• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapabilitas Dinamis

TURBULENSI LINGKUNGAN

4. Kapabilitas Dinamis

Teori dynamic capabilities pertama kali dikembangkan oleh Teece dan Pisano (1994), terkait dengan kemampuan organisasi untuk mencipta; membentuk kembali; mengasimilasi pengetahuan dan keterampilan; tetap berada di depan dalam lingkungan persaingan yang selalu berubah dengan cepat. Menurut Teece dan Pisano (1994), pengembangan sebuah paradigma diperlukan untuk menjelaskan bagaimana keunggulan kompetitif diperoleh dan dipertahankan. Kapabilitas Dinamis terdiri dari dua kata yang masing-masing memiliki makna, istilah 'dinamis' mengacu pada kapasitas untuk memperbarui kompetensi sehingga mencapai kesesuaian dengan perubahan lingkungan bisnis; Respon inovatif diperlukan saat jangka waktu dan waktu sangat penting, tingkat perubahan teknologi sangat cepat, dan sifat persaingan dan pasar masa depan sulit ditentukan. Sedangkan istilah 'kemampuan' menekankan peran kunci manajemen strategis dalam menyesuaikan, mengintegrasikan, dan mengonfigurasi ulang, sumber daya, dan kompetensi fungsional perusahaan secara tepat agar sesuai dengan kebutuhan lingkungan yang berubah. (Teece, Pisano and Shuen, 1997) Jadi Kapabilitas Dinamis adalah respon inovatif dari perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang berubah cepat dengan menyesuaikan sumber daya dalam perusahaan tersebut.

Teori Dynamic Capabilities (Teece and Pisano, 1994) mengacu pada kemampuan dinamis sebagai sumber keunggulan bersaing, yang menekankan dua aspek. Pertama, istilah dinamis mengacu pada pergeseran karakter lingkungan, respon strategis tertentu, dan waktu yang diperlukan diterima pasar untuk mempercepat inovasi. Kedua, kemampuan menekankan peran kunci manajemen strategis beradaptasi dengan tepat, mengintegrasikan, dan rekonfigurasi keterampilan internal dan eksternal organisasi, sumber daya, dan kompetensi fungsional terhadap perubahan lingkungan.

Terdapat tiga kategori dalam membantu menentukan kapabilitas dinamis perusahaan, yaitu proses manajerial dan organisasi; posisi; serta jalur (Phipps et al. 2012; Teece & Pisano, 1994; Teece et al., 1997). Proses manajerial dan organisasi mengacu pada cara melakukan sesuatu di perusahaan, sebagai suatu rutinitas, pola praktik maupun pola belajar. Proses manajerial dan organisasi terdiri atas (1) integrasi, yang merupakan kemampuan manajer mengoordinasikan atau mengintegrasikan kegiatan di dalam perusahaan, dan seberapa efisien, dan efektif koordinasi internal maupun integrasi dapat dicapai; (2) belajar, adalah proses pengulangan dan eksperimentasi yang memungkinkan tugas dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat serta peluang untuk produksi baru akan teridentifikasi; (3) rekonfigurasi dan transformasi. Kapabilitas dinamis dapat diklasifikasikan secara luas mejadi first order atau operational level, dan second-order atau dynamic capabilities. Basic level activities adalah kemampuan operasional perusahaan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari sedangkan kapabilitas dinamis adalah kemampuan untuk mengembangkan dan menyusun konfigurasi sehingga aktifitas sehari-hari tersebut dapat memiliki tatanan tertentu. Ibarat dalam sebuah orkestra musik, kapabilitas dinamis adalah kemampuan untuk mengatur para musisi yang terdiri dari individu dengan beragam alat musik. Sementara itu, invididu dengan beragam alat musik tersebut dapat dianalogikan sebagai first-order atau operational level.

Transformasi sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan, sehingga manajemen suatu organisasi dalam hal ini SMK dapat menyesuaikan profil kapabilitas manajemen SMK dengan tuntutan perubahan lingkungan. Berbekal pemahaman terhadap gejolak perubahan lingkungan pada level tertentu maka dapat diketahui respon yang harus diberikan oleh SMK sehingga strategi SMK kedepan dapat menyesuaikan level yang sesuai dengan gejolak perubahan lingkungan (proses match up). Langkah selanjutnya adalah mencari solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan

dari profil kapabilitas manajemen SMK sebagai acuan dalam pengambilan keputusan oleh pengelola SMK dalam hal ini kepala sekolah.

Gambar 17. Pengarahan dan Pembimbingan

(Sumber: https://www.kingloger.com/2017/02/menjadi-kepala-sekolah-profesional.html)

Beberapa indikator keberhasilan kepala sekolah dapat dilihat dari peran kepala sekolah, di antaranya:

a. Peran sebagai pimpinan

1) Memiliki kepribadian dan kewibawaan sebagai kepala sekolah di lingkungan sekolah di mana menjadi pusat perhatian bagi semua warga sekolah.

2) Memiliki kemampuan untuk memotivasi bawahan maupun rekan sejawat.

3) Kemampuan dalam mengambil keputusan secara tepat juga merupakan hal yang penting bagi seorang kepala sekolah selain dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak khususnya dalam berkoordinasi terkait program-program sekolah yang telah direncanakan.

4) Mampu mendelegasikan wewenang secara tepat pada para pembantunya dalam rangka penyelesaian pekerjaan.

b. Peran sebagai manajer

1) Mampu menyusun program yang akan diwujudkan dengan menentukan skala prioritas dari tiap program.

2) Memilih dan menentukan staf yang akan membantu pimpinan dalam rangka pencapaian program yang telah direncanakan.

3) Melakukan monitoring dan evaluasi sebagai bahan tindak lanjut program selanjutnya.

c. Peran sebagai wirausaha

1) Menjalankan sebuah sekolah seolah-olah sedang menjalankan suatu usaha, artinya sekolah dapat menawarkan keunggulan-keunggulan yang menjual sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat.

2) Mempunyai keberanian untuk membuat terobosan/manuver dalam bidang pendidikan agar kredibilitasnya diakui oleh masyarakat.

d. Peran sebagai pencipta iklim kerja

1) Mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif sehingga suasana kerja menjadi lebih harmonis

2) Mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak secara kondusif.

e. Peran sebagai pendidik

1) Mampu menjadi teladan dan panutan di lingkungan sekolah

2) Mampu memberikan bimbingan dan arahan pada anak buahnya yang mengalami permasalahan

3) Mampu berperan sebagai konsultan di lingkungan sekolah

f. Peran sebagai supervisor

1) Mampu melaksanakan tugas sebagai supervisor

2) Membimbing bawahan dengan penuh keteladanan dan menggunakan prinsip kekeluargaan sehingga tercipta kondisi yang harmonis di lingkungan sekolah

Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 merupakan turbulensi nyata yang sedang dan akan dihadapi SMK. Revolusi industry 4.0 dan Society 5.0 memiliki deskripsi yang hampir sama yaitu era yang memungkinkan semua kegiatan produksi berlangsung serba cepat, otomatis dan berbasis cloud. Perbedaannya terletak pada posisi manusia. Society 5.0 merupakan masyarakat masa depan yang dicita-citakan oleh Jepang dengan menekankan pada kehidupan yang aktif, saling menghormati, menyenangkan dan nyaman berbasis teknologi canggih. Tantangan SMK lebih berat karena Pemerintah telah mencanangkan program “Making Indonesia 4.0. dimana salah satu langkah prioritasnya adalah peningkatan kualitas SDM. SMK sebagai salah satu pencetak SDM unggul di Indonesia harus mampu

memprediksi perubahan lingkungan akibat program tersebut untuk menentukan langkah-langkah manajemen yang tepat

C CONTOH NYATA TURBULENSI