• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN, ARAH, KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN SMK

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengalami banyak tuntutan serta ancaman yang bervarian dengan kebutuhan dan karakteristik yang beragam. Kesiapan pemangku kepentingan dan sekolah menghadapi deranya tantangan masa depan menuntut pada dinamika arah dan kebijakan dalam pengembangan SMK. Ketidakpastian global akan dialami SMK seperti adanya revolusi industri 4.0, society 5.0, disrupsi teknologi, pengangguran tenaga kerja, bonus demografi, sistem perpolitikan dalam negeri, persaingan internasional, dan lain sebagainya mengakibatkan SMK sebagai obyek eksperimen pemenuhan kebutuhan universal harus siap dan mampu berubah secara cepat, adaptif, kreatif, dan inovatif.

Tantangan SMK di masa depan semakin pelik dengan tuntutan kualitas dan kuantitas yang beragam. SMK sebagai program prioritas penghasil SDM unggul dan berdaya saing memikul beban berat ketika harus berhadapan dengan dunia kerja. Prosser & Quigley (1950) melalui teori dasar kejuruan menjelaskan bahwa SMK merupakan replikasi industri yang perlu dipersiapkan secara matang meliputi sarana dan prasarana, kurikulum, kompetensi lulusan, budaya kerja, SDM, dan pembiayaan. Apabila SMK tidak siap dengan tuntutan tersebut, menurut Prosser bahwa penyelenggaran sekolah perlu dievaluasi dan dapat pula di tutup.

Tantangan SMK pada tahun 2017-2019 dan setelah tahun 2019 memiliki target kinerja yang berbeda. Terjadinya turbulensi lingkungan selama proses pengelolaan menyebabkan arah dan kebijakan pengembangan SMK memiliki variasi proses. Pada buku “Pengembangan Peta Jalan SMK” target diprioritaskan pada kuantitas yaitu jumlah SMK, kompetensi keahlian, tujuan didirikannya SMK, model pembelajaran, APK, jumlah murid dan lulusan, jumlah akreditasi, jumlah akreditasi, ruang kelas baru (RKB), ruang praktik sekolah (RPS) dan lain sebagainya. Pada Renstra Pengembangan SMK tahun 2020-2024 rencana kerja yang dilakukan dalam merevitalisasi SMK fokus pada enam aspek yaitu: (1) renovasi bangunan dan fasilitas pendukung; (2) pengadaan dan revitalisasi peralatan praktik; (3) pemutakhiran sistem pembelajaran berbasis industri 4.0; (4) sertifikasi kompetensi keahlian; (5) kerjasama dengan dunia usaha dan industri; dan (6) penguatan karakter kerja.

Gambar 24. Peta Jalan Pengembangan SMK Tahun 2017-2019 (Sugiyono, 2017) Strategi pengembangan SMK yang dilakukan pada tahap I dan II memiliki pendekatan yang berbeda. Tahap pertama yaitu tahun 2017-2019 menggunakan pendekatan equitas secara parsial-segregatif. Tahap dilakukan secara setengah proses dengan memegang prinsip pada pemerataan. Artinya, kondisi tersebut kurang efektif apabila prinsip pemerataan dilakukan sehingga revitalisasi berjalan parsial dan tidak tuntas serta cenderung kurang efektif dalam menunjukkan hasil revitalisasinya. Strategi pada tahap II lebih cenderung pada penerapan yang tuntas namun dikenai pada SMK yang memiliki kriteria kesiapan revitalisasi yang tinggi terhadap turbulensi lingkungan yang terjadi di masa depan. SMK dengan manajemen yang baik serta dukungan berbagai elemen dapat dijadikan sebagai obyek dalam revitalisasi. Target yang akan dicapai dalam revitalisasi adalah 5000 SMK hingga tahun 2024. Target ini memberikan bantuan pengembangan revitalisasi baik dari sisi fisik maupun tata kelola SMK.

Gambar 25. Permasalahan dalam Revitalisasi SMK tahun 2017-2019

1. Revitalisasi Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana pendukung merupakan elemen penggerak roda dalam organisasi sekolah. Pendidikan di SMK dengan pola pengajaran dan pelatihan membutuhkan fasilitas yang memadai dan ideal dilihat dari rasio. Arah kebijakan Direktorat PSMK ke depannya melakukan langkah strategis melalui peningkatan daya tampung SMK. Peningkatan kapasitas SMK sangat mendesak mengingat kapasitas SMK saat ini hanya dapat menampung 78.94% pendaftar (DPSMK, 2019). Adapun strategi yang diterapkan antara lain:

a. Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB)

Unit Sekolah Baru diprioritaskan untuk membangun SMK di kecamatan yang belum memiliki SMK yang dapat diberikan untuk pendirian SMK Negeri maupun Swasta. Dana digunakan untuk pembangunan gedung pembelajaran (ruang teori, ruang praktik dan ruang penunjang beserta selasarnya), pengadaan peralatan praktik siswa, pembangunan kamar mandi/WC, pengadaan perabot ruang pembelajaran (ruang teori dan ruang praktik), biaya perencanaan, pengawasan pembangunan, pengelolaan administrasi dan biaya pengadaan guru.

b. Penyediaan Ruang Kelas Baru (RKB)

Bantuan ini diutamakan untuk menambah ruang kelas baru bagi SMK yang memiliki jumlah pendaftar yang meningkat dan siswa yang ada melebihi daya tampung. Melakukan penataan perwajahan sekolah dan renovasi gedung atau bangunan yang rusak.

Gambar 26. Sasaran Pengembangan SMK dari tahun 2020 s.d. 2024 Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat rencana peningkatan signifikan terhadap kuantitas dari tahun ke tahun. Dari garis regresi, terlihat bahwa prioritas yang banyak dikembangkan adalah RKB. Tingginya nilai capaian ini merupakan pertanda bahwa Direktorat PSMK semakin serius dalam memperbaiki fasilitas pendidikan sebagai modal infrastruktur dalam menghasilkan SDM unggulan dan siap menghadapi tantangan serta perubahan kebutuhan tenaga kerja.

2. Pengadaan dan Revitalisasi Peralatan Praktik

Pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran di SMK menjadi mutlak adanya karena hal tersebut berimplikasi terhadap kualitas pendidikan kejuruan di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan penataan bidang keahlian di SMK. Beberapa bidang keahlian yang disinyalir mengalami redunden (kejenuhan) menjadi prioritas sekunder sedangkan bidang keahlian yang akan dikembangkan lebih ekstensif dan masif lagi.

Gambar 27. Urutan Bidang Keahlian SMK berdasarkan Jumlah Siswa Berdasarkan data di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) bidang keahlian yang mengalami over supply terhadap pasar kerja nasional yaitu rekayasa dan teknologi, bisnis dan manajemen, serta teknologi informasi dan komunikasi. Hal tersebut ditandai oleh indikator meningkatnya kebutuhan tenaga kerja berdasarkan sektor ekonomi. Oleh karena itu, untuk melakukan kontol terhadap pertumbuhan terhadap populasi pada bidang tersebut, Direktorat Pembinaan SMK melakukan intervensi prioritas terhadap sektor-sektor yang dinilai menjadi potensial untuk dikembangkan. Di sisi lain pula, sektor tersebut merupakan indigenious resource (sumber daya lokal) yang dimiliki secara given yang terepresentasi dari potensi sumber daya alam yang berlimpah. Bidang tersebut yaitu pariwisata, kemaritiman, pertanian, energi dan pertambangan, seni industri kreatif dan teknologi rekayasa.

Gambar 28. Bidang Prioritas Pengembangan SMK

Pengembangan SMK disesuaikan dengan program pemerintah agar terjalin satu visi utuh yang disusun oleh pemerintah Indonesia. Program Pembangunan di Bidang Ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebagai pelaksanaan Nawa Cita di bidang Perekonomian yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategik ekonomi domestik. Ketiga Agenda Nawa Cita tersebut diwujudkan dalam program kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang antara lain pemerataan pembangunan antar wilayah terutama kawasan timur Indonesia, membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, membangun transportasi umum masal perkotaan, membangun perumahan dan kawasan permukiman, peningkatan kedaulatan pangan, ketahanan air, serta kedaulatan energi. Direktorat Pendidikan SMK mengambil langkah perkuatan pendidikan SMK dengan memprioritaskan pada bidang-bidang kompetensi keahlian di SMK yang diproyeksikan akan tumbuh dan berkembang dengan cepat, sejalan dengan prioritas pembangunan ekonomi nasional. Dengan demikian, diharapkan ketersediaan tenaga terampil yang dihasilkan dari SMK dapat menopang seluruh kebutuhan bangsa.

3. Penggunaan Sistem Pembelajaran Abad 21

Pada rencana strategis pengembangan kurikulum SMK 2020-2024 menyesuaikan dengan (1) Permintaan pasar (demand driven); (2) Kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan

employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya. Oleh karena itu, re-orientasi kurikulum SMK yang akan dilakukan bersifat Demand Driven. Bidang Keahlian harus bersifat fleksibel didasarkan pada permintaan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian pihak dunia kerja diharapkan bersama-sama dengan dunia pendidikan untuk berperan secara aktif untuk ikut menentukan, mendorong, dan menggerakkan penyelenggaraan pendidikan kejuruan mulai dari perencanaan dan pelaksanaan.

Perencanaan kurikulum SMK yang bersifat Demand Driven, diawali dengan keterlibatan dunia kerja dalam menentukan program dan bidang keahlian apa yang diperlukan dan dimana SMK akan didirikan, termasuk dalam penyusunan kurikulumnya (kurikulum berbasis kompetensi dan potensi daerah). Dunia kerja menentukan standar kompetensi yang harus dicapai oleh setiap lulusan SMK karena mereka yang lebih tahu. Impelemntasi kurikulum SMK dilakukan dalam bentuk pembelajaran otentik Pembelajaran otentik menekankan pada aktivitas belajar yang berbasis dunia nyata, seperti: penyelesaian masalah menggunakan solusi yang dirumuskan siswa, role play, problem-based activities, dan studi kasus. Terdapat 10 elemen utama pembelajaran otentik, yang meliputi:

Gambar 29. Skema Pembelajaran Otentik di SMK

Teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pada abad ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan. Proses peralihan dari abad industrialisasi ke abad pengetahuan menuntut setiap bidang dalam

kehidupan berubah sangat cepat dan harus dapat beradaptasi dengan cepat, begitu pula dengan pendidikan,karakteristik umum model pembelajaran abad pengetahuan berbeda dengan karakteristik pembelajaran abad industrialisasi. Banyak praktik pendidikan yang dianggap menguntungkan pada abad industrial, seperti belajar fakta, drill dan praktik, kaidah dan prosedur digantikan belajar dalam konteks dunia nyata, otentik melalui problem dan proyek, inkuiri, discovery, dan invensi dalam praktik abad pengetahuan. Saat ini telah terjadi trend pergeseran paradigma pembelajaran Abad 21. Ciri Abad 21 menurut Litbang Kemdikbud (2013) adalah terjadinya perubahan dalam cara berinformasi, berkomputasi, berotomasi, dan berkomunikasi.

4. Sertifikasi Kompetensi Siswa

Arah kebijakan untuk mendorong tersertifikasinya siswa SMK adalah dengan memberikan bantuan pembuatan LSP di sekolah. Keberadaan LSP diperbanyak kemudian bantuan untuk siswa melakukan sertifikasi pula akan diperbanyak. Standardisasi, Sertifikasi, dan Penjaminan Mutu Lulusan SMK. Strategi ini dilaksanakan melatui aktifitas berikut:

a. Penyusunan SKL berdasar SKKNI b. Pelatihan Assesor SMK

c. Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Proses Pembelajaran dan lulusan

5. Kerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri

Pemasaran Tamatan SMK sebagai wahana mediator yang menjembatani antara Pencari Kerja tamatan SMK dengan Penyedia Kerja untuk formasi tenaga kerja tingkat menengah. Salah satunya dengan mengaktifkan kembali Bursa Kerja Khusus di setiap SMK dengan bekerja sama dengan industri/instansi/kementerian terkait lainnya.

6. Penguatan Karakter Kerja

Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui Penerapan pendidikan karakter di sekolah. Strategi ini bertujuan untuk:

a. Memotivasi pihak sekolah dan Pemda setempat dalam pengembangan mental dan akhlak mulia para siswa melalui kegiatan dan pelatihan yang

nantinya diharapkan dapat menyebar luaskan ke siswa SMK dilingkungan daerahnya masing-masing.

b. Menumbuhkan disiplin dan tanggungjawab terhadap kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah.

c. Terciptanya generasi muda yang tangguh dan siap menuju ke kehidupan yang lebih baik di masyarakat.

d. Memiliki budi pekerti yang baik dan berahklak mulia.

e. Berkembangnya rasa kerjasama dan kebersamaan sebagai upaya untuk menggalang persatuan dan kesatuan generasi muda mendatang.

PROGRAM PRIORITAS