TURBULENSI LINGKUNGAN
1. Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 dimulai dari perkembangan revolusi industri 1.0, 2.0, dan 3.0 di mana fase industri ini merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai dengan proses mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0 ditandai dengan produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot, serta industri 4.0 ditandai dengan cyber fisik berbasis internet of things (Hermann et al (2015) dan Irianto (2017)).
Gambar 18. Perkembangan Revolusi Industri
(Sumber: https://www.yonomaulana.com/2018/08/tantangan-para-pengajar-di-era-revolusi.html)
Lee et al (2013) menjelaskan bahwa peningkatan digitalisasi manufaktur industri 4.0 didorong oleh empat faktor, diantaranya: 1) peningkatan pada volume data, kekuatan komputasi, serta konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, serta kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik. Sementara itu Lifter dan Tschiener (2013) menjelaskan bahwa penggabungan antara mesin, alur kerja, dan sistem yang menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri merupakan prinsip dasar dari industri 4.0.
Gambar 19. Teknologi di Era Revolusi Industri 4.0
(Sumber: https://nusantaratv.com/industri/produsen-elektronik-di-batam-jadi-percontohan-industri-40-tingkat-dunia)
Empat desain prinsip industri 4.0 menurut Hermann et al (2016) diantaranya: 1) interkoneksi antara mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP); 2) transparansi informasi dalam wujud kemampuan sistem informasi dalam menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi; 3) kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan serta mengevaluasi informasi untuk membuat keputusan yang tepat serta menemukan solusi pemecahan masalah yang mendesak dalam waktu yang singkat, kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, maupun tidak aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik; serta 4) keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk menjalankan tugas secara efektif dan dapat membuat keputusan sendiri secara bijak. Industri 4.0 diharapkan menjadi sebuah pendekatan untuk mengontrol proses produksi dengan cara melakukan sinkronisasi waktu dan penyesuaian produksi (Kohler & Weisz, 2016). Industri 4.0 dapat dipetakan sebagai berikut (Baur dan Wee, 2015):
Gambar 20. Peta Karakteristik Industri 4.0
(Sumber: https://www.hestanto.web.id/revolusi-industri/)
Pada gambar di atas menunjukkan beberapa komponen yang digunakan sebagai instrumen implementasi industri 4.0. Hal paling mendasar yang harus dipenuhi oleh komponen tenaga kerja (labor), antara lain: 1) kolaborasi manusia dengan robot; 2) kontrol dan kendali jarak jauh; 3) manajemen kinerja digital; serta 4) otomasi pengetahuan kerja. Industri 4.0 merupakan era revolusi digital dan era disrupsi teknologi. Era ini disebut dengan era revolusi digital karena terjadi proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang berbasis digital. Era ini juga disebut dengan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas pada suatu bidang akan menyebabkan pergerakan dunia industri dan kompetisi kerja menjadi tidak linear.
Pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan salah satu karakteristik unik dari industri 4.0 (Tjandrawinata, 2016). Penggunaan robot akan menggantikan tenaga manusia sehingga proses produksi menjadi lebih efektif, efisien dan murah. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam bidang pengambangan sumber daya manusia (SDM) dewasa ini. Irianto (2017) juga memaparkan beberapa tantangan industri 4.0 diantaranya; (1) kesiapan pada industri; (2) tenaga kerja yang terpercaya; (3) kemudahan dalam pengaturan sosial budaya; serta (4) diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja. Selain dari tantangan industri 4.0, terdapat beberapa peluang industri 4.0 diantaranya; (1) inovasi pada ekosistem; (2) industri yang kompetitif; (3) investasi pada teknologi; dan (4) integrasi antara usaha kecil menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Tantangan pada pendidikan kejuruan semakin kompleks dengan adanya era industri 4.0, di mana pendidikan kejuruan perlu mempersiapkan diri dalam menjawab tantangan industri 4.0. Bukit (2014) menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan harus memiliki karakteristik sebagai berikut, diantaranya; 1) berorientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan; 3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; 5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; 6) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; serta 7) adanya dukungan dari masyarakat.
2. Society 5.0
Perubahan struktur perekonomian merupakan salah satu akibat yang timbul dari revolusi teknologi 4.0. Bidang oil and gas yang dulu menjadi leading driver mulai ditinggalkan seiring perkembangan teknologi otomotif berbasis listrik dan hybrid. negara-negara penghasil bahan tambang secara tidak langsung dipaksa untuk mengubah sumber pendapatan utama mereka. negara timur tengah misalnya, mulai terlihat melakukan langkah-langkah cepat dengan cara mengalihkan sumber devisa ke sektor finansial dan pariwisata. Dampak lain yang menimbulkan kekhawatiran adalah saat terjadi mekanisme ekonomi informasi yang membuat politik global terpengaruh. Wajah dunia berubah akibat disinformasi yang tercipta karena banyaknya loop hole untuk melakukan rekayasa informasi melalui algoritma dunia maya hingga fenomena kemenangan Trump di Amerika Serikat.
Teknologi selalu mendorong lahirnya 2 pilihan yang bagaikan dua sisi mata koin. Saat manusia khawatir akan munculnya robot humanoid akibat
revolusi industri 4.0, konsep society 5.0 hadir sebagai solusi. Konsep society 5.0 dikembangkan di Jepang. Society 5.0 adalah suatu konsep bermasyarakat yang memusatkan kepedulian pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Tujuan dari konsep untuk mewujudkan masyarakat yang benar-benar menikmati hidup dengan nyaman.
Gambar 21. Perkembangan dari Society 4.0 ke 5.0
(Sumber: https://www.weforum.org/agenda/2019/01/modern-society-has-reached-its-limits-society-5-0-will-liberate-us/)
Konsep society 5.0 lahir sebagai upaya menangkal beberapa hal negatif dari revolusi industri 4.0 yang menurut penilaian akan berpotensi mendegradasi peran manusia. Masyarakat tengah mengalami kerisauan sebelum konsep 5.0 ini diluncurkan, akibat adanya teknologi super canggih berupa kecerdasan buatan. Kekhawatiran masyarakat tentang lapangan pekerjaan yang akan berkurangpun bisa sedikit dikurangi.
Gambar 22. Perkembangan menuju Society 5.0
SMK sebagai lembaga pendidikan yang baru saja mengalami perubahan kebijakan mengenai implementasi pembelajaran 4.0 mengalami loncatan baru dengan siap menghadapi era society 5.0. Era yang cenderung dekat dengan nilai humanis ini perlu ditangkap sekolah karena peran manusia tidak tergantikan sepenuhnya oleh mesin dan robot. Untuk itu, SMK menyusun blue-print menghasilkan lulusan yang disiapkan untuk menghasilkan lulusan yang terserap pada perusahaan yang bercirikan society 5.0.
3. Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs) secara resmi telah diberlakukan menggantikan Millenium Development Goals (MDGs).
Gambar 23. Sustainable Development Goals (SDGs)
SDGs memuat 17 tujuan yang telah disepakati serta diberlakukan untuk seluruh negera di dunia, yaitu:
a. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh dunia.
b. Mengakhiri kelaparan dan mengupayakan peningkatan gizi serta mendukung pertanian berkelanjutan.
c. Menjamin kesejahteraan dan kehidupan yang sehat.
d. Memberikan kesempatan belajar seumur hidup dalam rangka menjamin pendidikan yang berkualitas.
e. Menjamin kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. f. Mengupayakan ketersediaan air dan sanitasi yang baik.
g. Menjamin energi yang terjangkau dan dapat diandalkan. h. Penyerapan tenaga kerja melalui penyediaan lapangan kerja. i. Membangun infrastruktur serta mendorong inovasi.
j. Mengurangi kesenjangan sosial.
k. Mewujudkan permukiman yang aman dan inklusif. l. Menjamin pola konsumsi dan produksi.
m. Penanggulangan melawan perubahan iklim dan dampaknya.
n. Memanfaatkan sumber daya maritim, laut, dan samudera untuk pembangunan yang berkelanjutan.
o. Melindungi ekosistem daratan, mengelola hutan dengan baik, melawan penggurunan, serta menghentikan dan membalikkan degradasi tanah dan menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.
p. Mewujudkan masyarakat yang damai dan inklusif.
q. Penguatan perangkat implementasi serta merevitalisasi kemitraan global