Layanan pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi dua status sekolah yaitu negeri dan swasta. Sekolah dengan deklarasi negeri merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sedangkan, sekolah dengan status sekolah merupakan sekolah yang didirikan swakelola oleh Yayasan yang berbadan hukum resmi. Berbagai macam bantuan dalam pengelolaan pendidikan memang banyak diberikan kepada SMK dengan status negeri dibandingkan swasta. Ketimpangan dan pemerataan mutu pendidikan perlu ditekankan oleh pemangku kepentingan baik SMK negeri maupun swasta dapat menghadapi ketidakpastian masa depan.
1. Potret SMK se-Indonesia Berdasarkan Status Sekolah
Kajian turbulensi lingkungan telah memotret komparasi respon baik SMK dengan status negeri maupun swasta. Perbedaan tanggapan sekolah cukup tipis antara kedua status sekolah tersebut. Secara rerata dan prosentase, SMK dengan status negeri lebih siap dibandingkan SMK dengan status swasta (NGO). Tingginya kesiapan SMK negeri secara nasional terhadap terjadinya turbulensi lingkungan Abad 21 dikarenakan mereka tidak memiliki beban yang berat dalam perubahan kebijakan. Perubahan arah dan kebijakan yang dialami SMK negeri merupakan hal yang lumrah terjadi, sehingga mereka cepat memprediksi perubahan arah dan kebijakan internal. Kebutuhan sarana dan prasarana menghadapi tuntutan pasar seperti kebutuhan pensertifikasian kompetensi bagi lulusan di SMK negeri banyak diakomodasi dan didirikan. Selain itu, tuntutan digitalisasi proses pembelajaran telah dimudahkan dengan banyaknya bantuan alat, pengembangan SDM, dan revitalisasi fasilitas karena adanya kesenjangan pemerintah dalam menata SMK di Indonesia baik secara kualitas dan kuantitas.
Gambar 46. Perbedaan Turbulensi Lingkungan Abad 21 berdasarkan Status Sekolah di Indonesia
Diagram batang di atas menunjukkan bahwa terlihat pola bahwa kesulitan turbulensi lingkungan di SMK swasta lebih besar dibandingkan SMK negeri. Kesulitan SMK swasta sebesar 46,76% lebih tinggi dibandingkan SMK negeri dengan prosentase kesulitan lebih kecil 45,3%. Adanya gradasi kualitas yang ada di SMK swasta menyebabkan banyak SMK swasta kurang siap menghadapi turbulensi lingkungan Abad 21 baik pada kebijakan, teknologi, pasar tenaga kerja, dan daya saing. Lainnya halnya kemudahan yang dirasakan kedua SMK dengan status yang berbeda. SMK negeri lebih unggul 1,48% dibandingkan SMK swasta. Ini menandakan bahwa SMK negeri memiliki energi yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya turbulensi yang sulit diramalkan dan cenderung bersifat chaos.
2. Komparasi Kesiapan SMK Menghadapi Turbulensi Pasar Tenaga
Kerja Berdasarkan Status Sekolah
Kesiapan sekolah dalam menghadapi turbulensi pasar tenaga kerja perlu dipetakan secara komprehensif melalui komparasi SMK dengan status negeri dan swasta. Perbedaan tanggapan sekolah sangat tipis prosentase jaraknya antar kedua status sekolah tersebut. Secara rerata dan prosentase, SMK dengan status negeri lebih siap dibandingkan SMK dengan status swasta dengan selisih nilai prosentase 1,04. Tingginya kesiapan SMK negeri secara nasional terhadap terjadinya turbulensi pasar tenaga kerja dikarenakan sekolah dengan status tersebut tidak memiliki beban yang berat dalam menghadapi perubahan dan tuntutan pasar tenaga kerja. Perubahan arah dan kebijakan yang dialami SMK negeri merupakan hal yang lumrah terjadi, sehingga mereka cepat berubah sesuai dengan tuntutan dunia kerja melalui
perubahan kurikulum, perubahan kompetensi, peningkatan kemitraan industri, pengembangan budaya kerja industri, kelas industri, dan lain sebagainya. Selain itu, tuntutan kompetensi lulusan di era 4.0 menjadi trend baru dalam kebijakan pemenuhan keterserapan tenaga kerja di industri yang mengadopsi sistem kerja 4.0.
Gambar 47. Perbedaan Turbulensi Pasar Tenaga Kerja berdasarkan Status Sekolah di Indonesia
Diagram lingkaran di atas menunjukkan bahwa SMK yang mengalami kesulitan turbulensi pasar tenaga kerja tertinggi adalah SMK Swasta. Namun, jika dilihat nilai gabungan kesulitasn baik sangat sulit dan sulit menunjukkan bahwa SMK Kesulitan SMK negeri sebesar 39,62% lebih tinggi dibandingkan SMK swasta dengan prosentase kesulitan lebih kecil 37,16%. Adanya gradasi kualitas yang ada di SMK menyebabkan banyak SMK negeri kurang siap menghadapi turbulensi pasar tenaga kerja baik dalam bargaining dan daya saing pasar tenaga kerja. Lainnya halnya kemudahan yang dirasakan kedua SMK dengan status yang berbeda. SMK negeri lebih unggul 2,53% dibandingkan SMK swasta. Ini menandakan bahwa SMK negeri memiliki energi yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya turbulensi yang sulit diramalkan dan cenderung bersifat chaos.
3. Komparasi Kesiapan SMK Menghadapi Turbulensi Teknologi
Berdasarkan Status Sekolah
Turbulensi teknologi yang terjadi di SMK perlu dipetakan secara komprehensif melalui komparasi SMK dengan status negeri dan swasta.
Perbedaan tanggapan sekolah memiliki selisih yang tipis dalam menentukan kesiapan kedua status sekolah tersebut dalam menghadapi turbulensi. Secara rerata dan prosentase, SMK dengan status negeri lebih siap dibandingkan SMK dengan status swasta dengan selisih nilai prosentase 1,04. Tingginya kesiapan SMK negeri secara nasional terhadap terjadinya turbulensi pasar tenaga kerja dikarenakan sekolah dengan status tersebut tidak memiliki beban yang berat dalam menghadapi perubahan dan tuntutan pasar tenaga kerja. Perubahan arah dan kebijakan yang dialami SMK negeri merupakan hal yang lumrah terjadi, sehingga mereka cepat berubah sesuai dengan tuntutan dunia kerja melalui perubahan kurikulum, perubahan kompetensi, peningkatan kemitraan industri, pengembangan budaya kerja industri, kelas industri, dan lain sebagainya. Selain itu, tuntutan kompetensi lulusan di era 4.0 menjadi trend baru dalam kebijakan pemenuhan keterserapan tenaga kerja di industri yang mengadopsi sistem kerja 4.0.
Gambar 48. Perbedaan Turbulensi Teknologi berdasarkan Status Sekolah di Indonesia
Diagram ilustrasi gambar di atas menunjukkan bahwa SMK yang mengalami kesulitan turbulensi teknologi tertinggi adalah SMK Swasta yang didasarkan pada penggabungan skor prosentase sangat sulit dan sulit. Jika dilihat nilai gabungan kesulitan baik sangat sulit maupun sulit menunjukkan bahwa SMK Kesulitan terbesar adalah SMK swasta sebesar 47,75% lebih tinggi dibandingkan SMK negeri dengan prosentase kesulitan lebih kecil 47,12%. Gradasi selisih yang tipis sebesar 0,63% menyebabkan banyak SMK swasta kurang siap menghadapi turbulensi teknologi baik dalam infrastruktur, SDM pendukung, dan implementasi teknologi dalam segala aspek pengelolaan. Ini menandakan bahwa SMK negeri memiliki energi yang cukup besar untuk mengantisipasi terjadinya turbulensi teknologi yang sulit diramalkan dan cenderung dinamis.
4. Komparasi Kesiapan SMK Menghadapi Turbulensi Kebijakan
Berdasarkan Status Sekolah
Turbulensi kebijakan dapat diuraikan secara komprehensif melalui komparasi SMK dengan status negeri dan swasta. Perbedaan tanggapan sekolah memiliki selisih yang tipis dalam menentukan kesiapan kedua status sekolah tersebut dalam menghadapi turbulensi. Secara rerata dan prosentase, SMK dengan status negeri lebih siap dibandingkan SMK dengan status swasta dengan selisih nilai prosentase 1,04. Tingginya kesiapan SMK negeri secara nasional terhadap terjadinya turbulensi pasar tenaga kerja dikarenakan sekolah dengan status tersebut tidak memiliki beban yang berat dalam menghadapi perubahan dan tuntutan pasar tenaga kerja. Perubahan arah dan kebijakan yang dialami SMK negeri merupakan hal yang lumrah terjadi, sehingga mereka cepat berubah sesuai dengan tuntutan dunia kerja melalui perubahan kurikulum, perubahan kompetensi, peningkatan kemitraan industri, pengembangan budaya kerja industri, kelas industri, dan lain sebagainya. Selain itu, tuntutan kompetensi lulusan di era 4.0 menjadi trend baru dalam kebijakan pemenuhan keterserapan tenaga kerja di industri yang mengadopsi sistem kerja 4.0.
Gambar 49. Perbedaan Turbulensi Kebijakan berdasarkan Status Sekolah di Indonesia
Diagram ilustrasi gambar di atas menunjukkan bahwa SMK yang mengalami kesulitan turbulensi kebijakan tertinggi adalah SMK Swasta yang didasarkan pada penggabungan skor prosentase sangat sulit dan sulit. Jika dilihat nilai gabungan kesulitan baik sangat sulit maupun sulit menunjukkan
bahwa SMK Kesulitan terbesar adalah SMK swasta sebesar 47,98% lebih tinggi dibandingkan SMK negeri dengan prosentase kesulitan lebih kecil 41,93%. Gradasi selisih yang tipis sebesar 6,05% menyebabkan banyak SMK swasta kurang siap menghadapi turbulensi kebijakan baik yang datang dari daerah, provinsi, dan pusat. Ini menandakan bahwa SMK negeri memiliki energi yang cukup besar untuk mengantisipasi terjadinya turbulensi kebijakan yang sulit diramalkan dan cenderung berubah-ubah sesuai kebutuhan dan pemangku kepentingan.