• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Penelitian Pendahuluan

4.2.2. Karakteristik mutu sensori penelitian pendahuluan

Penilaian sensori dilakukan pada minuman serbuk effervescent untuk menentukan mutu suatu produk dengan memanfaatkan kepekaan indera manusia sebagai instrumennya. Penilaian organoleptik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji penerimaan (hedonik) skala 1-7 dengan kriteria nilai (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka; (3) agak tidak suka; (4) agak suka; (5) suka; (6) sangat suka; dan (7) amat sangat suka dan uji pembedaan atribut dengan parameter yang dinilai antara lain efek effervescent, efek sparkle, penampakan, kekentalan, aroma dan rasa. Dengan menggunakan panelis terlatih sebanyak 10 orang. Dalam pengujian sensori, sampel dilarutkan ke dalam air dingin sebanyak 200 ml yang telah disediakan dan diaduk sebanyak ± 18 kali kemudian diamati atribut-atribut yang tersedia. Grafik nilai rata-rata sensori uji pembedaan atribut penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 7.

Huruf-huruf pada histogram yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) Ket : - A = Perlakuan penambahan effervescent mix sebesar 28,8 %

- B = Perlakuan penambahan effervescent mix sebesar 31,3 % - C = Perlakuan penambahan effervescent mix sebesar 33,8 % - D = Perlakuan penambahan effervescent mix sebesar 36,3 %

Gambar 7. Histogram nilai rata-rata sensori uji pembedaan atribut penelitian pendahuluan minuman serbuk effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat, n=2.

(1) Efek effervescent

Parameter ini untuk melihat terbentuknya gas saat minuman serbuk

effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat dilarutkan dalam air dengan pengadukan sebanyak ± 18 kali. Hasil penilaian rata-rata panelis terhadap efek effervescent berkisar mendekati 3 (terbentuk gas dan banyak buih yang tertinggal).

Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap parameter efek effervescent

(α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix yang berbeda tidak memiliki pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata sensori efek effervescent minuman serbuk effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat terlihat nilai efek effervescent yang tertinggi terdapat pada effervescent mix A (28,8 %) dan B (31,3 %) dengan nilai mendekati 3 (terbentuk gas dan banyak buih yang tertinggal). Banyaknya buih yang tertinggal pada minuman dikarenakan pengaruh

UJI PEMBEDAAN ATRIBUT

(a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) (a) 0 1 2 3 4 5 efek efek

effervescent sparkle penampakan kekentalan aroma rasa

parameter n il a i A B C D

kombinasi dari bahan-bahan yang digunakan. Buih terjadi dikarenakan adanya bahan-bahan pembentuk gas CO2. Hal ini sesuai dengan Ansel (1989), effervescent

merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat, bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2) sehingga menghasilkan buih, gas akan segera

larut (Ansel 1989).

(2) Efek sparkle

Efek sparkle atau efek soda adalah rasa seperti air soda. Parameter efek soda ini untuk melihat tanggapan panelis terhadap rasa efek soda sesaat setelah minuman dilarutkan yaitu dengan cara di minum. Hasil penilaian rata-rata panelis terhadap efek effervescent berkisar antara mendekati nilai 3 (efek soda sedang).

Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap parameter efek sparkle (α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix tidak memiliki pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata organoleptik efek sparkle minuman serbuk effervescent

bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat terlihat nilai efek sparkle yang tertinggi terdapat pada effervescent mix C (33,8 %) dengan nilai mendekati nilai 3 (efek soda sedang).

Efek sparkle ini terjadi karena adanya reaksi antar kombinasi dari asam

sitrat, asam tartarat, dan natrium karbonat. Hal ini diperkuat oleh (Lieberman et al. 1989), sparkle terjadi karena adanya reaksi antara senyawa

asam-basa, pada saat dilarutkan dalam air akan melepas karbondioksida (CO2). Gas

yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbondioksida sehingga dapat memberikan efek sparkle atau rasa seperti soda. Karbondioksida akan berubah menjadi asam karbonat pada saat dilarutkan dalam air. Asam karbonat inilah yang memberikan rasa “menggigit” pada minuman bersoda atau pada larutan

effervescent (Surya 2006).

(3) Penampakan

Uji sensori terhadap penampakan merupakan penilaian produk secara keseluruhan dengan meminta panelis memberikan penilaian secara visual. Penampakan pada minuman effervescent memiliki nilai rata-rata mendekati 2 (agak keruh).

Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap parameter penampakan (α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix tidak memiliki pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata sensori penampakan minuman serbuk effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat terlihat nilai penampakan yang tertinggi terdapat pada effervescent mix B (31,3 %) dengan nilai mendekati 2 (agak keruh). Kekeruhan pada minuman effervescent ini dikarenakan adanya penambahan Na- alginat sebanyak 5 % yang memiliki warna tepung yang cukup keruh, tetapi dengan adanya effervescent mix dapat mengurangi tingkat kekeruhan dari produk minuman effervescent.

(4) Kekentalan

Penggunaan bahan hidrokoloid berupa Na-alginat dalam minuman cenderung akan menghasilkan minuman yang memiliki tingkat kekentalan tertentu. Kekentalan pada minuman effervescent memiliki nilai berkisar mendekati 4 (agak kental). Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap parameter kekentalan (α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix tidak memiliki pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata sensori penampakan minuman serbuk

effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat terlihat nilai

penampakan yang tertinggi terdapat pada effervescent mix B (31,3 %) dan D (36,3 %) dengan nilai mendekati 4 (agak kental). Kekentalan pada minuman

effervescent ini dikarenakan adanya penambahan Na-alginat yang pada konsentrasi tertentu akan membentuk gel. Hal ini dipengaruhi oleh nilai viskositas dari Na-alginat yang digunakan.

(5) Aroma

Aroma suatu produk dapat dinilai dengan mencium bau yang dihasilkan dari produk tersebut. Aroma pada minuman dapat mempengaruhi kesegaran dari minuman tersebut. Flavor (rasa dan aroma) dapat disengaja ditambahkan dalam berbagai jenis sesuai dari kebutuhan minuman itu sendiri. Bahan flavor dapat diperoleh dari sari buah-buahan, tumbuhan, atau yang lainnya. Bahan tersebut dapat diproses, dicampur menjadi senyawa yang tepat untuk menjadi formula yang dibutuhkan (Winarno 1997). Aroma pada minuman effervescent memiliki nilai berkisar mendekati 2 (sedikit beraroma jeruk).

Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap parameter aroma (α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix tidak memiliki pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata sensori aroma minuman serbuk effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat terlihat nilai aroma yang tertinggi terdapat pada

effervescent mix B (31,3 %) dan D (36,3 %) dengan nilai mendekati 2 (sedikit beraroma jeruk). Aroma jeruk pada minuman effervescent didapatkan dari penambahan jeruk lemon, sedangkan adanya aroma lain dikarenakan aroma khas dari Na-alginat. Penambahan bahan-bahan lain pada pembuatan minuman serbuk

effervescent seperti asam sitrat, asam tartarat, dan natrium bikarbonat dapat mengurangi aroma Na-alginat yang kurang disukai oleh konsumen.

(6) Rasa

Rasa pada minuman effervescent memiliki nilai berkisar antara mendekati nilai 2 (agak manis, sedikit berasa jeruk) hingga mendekati nilai 3 (agak manis, berasa jeruk sedang). Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap parameter rasa (α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix tidak memiliki pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata sensori rasa minuman serbuk effervescent

bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat terlihat nilai rasa yang tertinggi terdapat pada effervescent mix B (31,3 %) dengan nilai mendekati 3 (agak manis, berasa jeruk sedang).

Rasa asam merupakan ciri khas dari minuman bersoda karena adanya asam sitrat dan asam tartarat yang akan bereaksi dengan natrium bikarbonat untuk membentuk gas CO2. Rasa asam minuman effervescent ini lebih kuat dibandingkan

dengan rasa manis yang dihadirkan dari sukrosa. Penambahan pemanis sukrosa tidak memberikan rasa manis pada effervescent karena kemanisan sukrosa sama dengan 1,00 (Winarno 1992), untuk itu ditambahkan pemanis buatan berupa aspartam yang penggunaanya sesuai ketentuan untuk memberikan rasa manis pada minuman ini.

(7) Hedonik

Pengujian Hedonik atau penerimaan umum dilakukan untuk mengetahui respon dari panelis terhadap tingkat kesukaan dari minuman serbuk effervescent

bercitarasa jeruk lemon dengan penambahan Na-alginat yang dihasilkan. Kesukaan ini meliputi efek effervescent, efek sparkle, penampakan, kekentalan,

aroma, dan rasa. nilai rata-rata sensori hedonik minuman serbuk effervescent dapat dilihat pada Gambar 8.

Huruf-huruf pada histogram yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05)

Gambar 8. Histogram nilai rata-rata sensori hedonik minuman serbuk

effervescent bercitarasa jeruk dengan penambahan Na-alginat, n=2.

Uji hedonik pada minuman effervescent memiliki nilai berkisar antara mendekati nilai 3 (agak tidak suka) hingga mendekati nilai 4 (agak suka). Hasil pengujian Kruskal Wallis terhadap uji hedonik (α=0,05) menunjukkan bahwa penambahan effervescent mix tidak memiliki pengaruh yang nyata. Berdasarkan histogram nilai rata-rata uji hedonik terlihat panelis lebih menyukai produk minuman effervescent dengan formulasi effervescent mix C (33,8 %) dengan penilaian mendekati 4 (agak suka).

Berdasarkan uji sensori ini terdapat beberapa hal yang kurang disukai oleh para panelis terhadap minuman effervescent diantaranya yaitu aroma khas dari rumput laut yang disebabkan penambahan Na-alginat dengan konsentrasi cukup tinggi (5 %), rasa yang agak asam dan sedikit kental. Penelitian utama ini dilihat dengan adanya perlakuan penambahan konsentrasi Na-alginat yang berbeda-beda dalam minuman effervescent ini.