• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.4. Karakteristik Petani Responden

Responden dalam penelitian ini baik petani Varietas Pandan Wangi maupun petani Varietas Unggul Baru merupakan anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra Sawargi. Beberapa karakteristik responden yang dianggap

penting meliputi status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani padi dan status kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani kedua varietas tersebut terutama dalam melaksanakan teknik budidaya padi. Karakteristik petani responden untuk kedua varietas padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Petani Padi Varietas Pandan Wangi dan Petani Padi Varietas Unggul Baru

Karakteristik Responden

Padi Varietas Pandan Wangi Padi Varietas Unggul Baru Jumlah petani % Jumlah Petani % 1. Status usaha a. Utama 30 100 30 100 b. Sampingan - - - - 2. Umur (thn) a. 30-43 9 30 12 40 b. 44-56 16 53,3 12 40 c. 57-70 5 16,7 6 20 3. Pendidikan a. SD 27 90 28 93,3 b. SLTP 2 6,7 - - c. SMU 1 3,3 2 6,7

4. Luas Lahan (ha)

a. ≤ 0,30 17 56,7 24 80 b. 0,31-0,60 8 26,7 4 13,3 c. > 0,60 5 16,7 2 6,7 5. Pengalaman Bertani (thn) a. 1-17 7 23,3 11 36,7 b. 18-34 19 63,3 14 46,7 c. 35-50 4 13,3 5 16,7 6.Status Kepemilikan Lahan a.Pemilik Penggarap 28 93,3 28 93,3 b.Penggarap 2 6,67 2 6,67 5.4.1. Status Usaha

Petani responden di daerah penelitian baik petani padi Varietas Pandan Wangi dan petani padi Varietas Unggul Baru menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama (100 %). Sebagian besar responden yaitu 73,3 persen dari 60

responden tidak memiliki mata pencaharian lain selain bertani. Sisanya yaitu 26,7 persen dari jumlah responden memiliki mata pencaharian sampingan. Namun pendapatan usaha yang diperoleh petani dari usaha sampingan tersebut masih dibawah tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertani padi. Adapun mata pencaharian sampingan yang dimiliki oleh sebagian petani responden seperti berdagang, beternak, memelihara ikan, menjahit, supir, buruh tani, buruh bangunan dan pedagang pengumpul beras.

5.4.2. Umur

Umur petani responden Pandan Wangi di daerah penelitian kebanyakan antara 44-56 tahun. Namun untuk petani responden Varietas Unggul Baru petani yang berumur antara 44-56 memiliki jumlah yang sama dengan petani yang berumur antara 30-43. Oleh karena itu secara keseluruhan, petani responden kedua varietas tersebut sebagian besar adalah orang-orang yang berusia produktif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi di daerah penelitian banyak dikembangkan oleh orang-orang yang masih berusia produktif. Biasanya, orang-orang yang masih berusia produktif memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usahanya karena pada usia tersebut terdapat dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, ada beberapa petani yang telah berusia lanjut (lebih dari 57 tahun) masih tetap bertani. Mereka menganggap bertani merupakan mata pencaharian pokok mereka yang telah turun temurun.

Di lain pihak banyak generasi muda tidak ingin bekerja pada sektor pertanian. Mereka menganggap bertani merupakan pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga besar, bukan pekerjaan yang cepat menghasilkan uang tunai dan pendapatan yang diperoleh tidak rutin. Hal tersebut dikarenakan pendapatan

dari usahatani diperoleh setelah panen yaitu beberapa bulan setelah tanam. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani juga tidak rutin setiap bulan, hanya diperoleh dua atau tiga kali dalam setahun. Oleh karena itu, mereka lebih tertarik menjadi tukang ojek, supir angkot atau bekerja di kota.

5.4.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden baik petani padi Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru pernah mengikuti pendidikan formal. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani tersebut masih rendah. Sebagian besar petani responden hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu 90 persen untuk responden petani Pandan Wangi dan 93,3 persen untuk responden petani Varietas Unggul Baru. Hanya sebagian kecil petani yang mencapai tingkatan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah menengah atas (SMA).

Biasanya orang yang hanya mengenyam pendidikan rendah lebih cenderung menggunakan teknologi tradisional baik cara maupun alat yang sudah turun temurun dalam mengembangkan usahanya. Hal ini terjadi karena orang-orang yang memiliki pendidikan rendah biasanya akan mengalami kesulitan dalam transfer teknologi. Penyebabnya orang tersebut merasa khawatir dengan resiko yang akan diterimanya jika menggunakan teknologi baru tersebut.

5.4.4. Luas Areal Usahatani Padi

Luas areal rata-rata usahatani padi Pandan Wangi di daerah penelitian adalah 0,39 hektar sedangkan padi Varietas Unggul Baru 0,31 hektar. Sebagian

besar responden petani Pandan Wangi memiliki luasan areal usahatani ≤ 0,3 hektar yaitu sebanyak 56,7 %. Demikian juga dengan petani Varietas Unggul baru yaitu sebanyak 80 %.

Hal tersebut terjadi karena sebagian besar petani di daerah penelitian tidak hanya menanam satu varietas padi pada semua lahan yang dimiliki. Oleh karena itu luas areal yang digunakan untuk menanam satu varietas padi cukup kecil. Selain itu lahan yang dimiliki sebagian besar petani merupakan lahan warisan dari orang tua mereka. Dengan demikian lahan yang dimiliki tidak luas karena luas keseluruhan lahan telah dibagi-bagi kepada beberapa orang pewaris.

5.4.5. Pengalaman dalam Usahatani Padi

Sebagian besar petani responden telah lama berprofesi sebagai petani padi. Bertani merupakan usaha turun-temurun dari orang tua mereka. Terutama petani Pandan Wangi menganggap bahwa bertani Pandan Wangi harus terus menerus dikembangkan agar komoditas unggulan daerah Kabupaten Cianjur tersebut tidak sampai punah. Rata-rata petani responden baik petani Pandan Wangi maupun Unggul Baru telah bertani selama 18-34 tahun.

Pengalaman yang cukup lama tersebut menjadikan petani lebih memahami usahatani yang mereka lakukan dengan lebih baik. Selain pemahaman secara praktek langsung dilapang, petani juga diberi petunjuk oleh petugas PPL (Petugas Penyuluh Lapang) mengenai teknik budidaya yang lebih baik lagi.

5.4.6. Status Kepemilikan Lahan

Sebagian besar responden yaitu 93,3 persen dari 30 responden petani Pandan Wangi merupakan petani pemilik penggarap. Demikian juga dengan

responden petani Varietas Unggul Baru yaitu 93,3 persen dari 30 responden merupakan petani pemilik penggarap. Oleh karena itu, sebagian besar petani responden kedua varietas tersebut menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usahataninya. Semua biaya seperti biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya lainnya berasal dari modal sendiri.

Berbeda dengan petani pemilik dan penggarap, petani penggarap pada awalnya mengeluarkan biaya untuk pembelian input usahatani seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Namun setelah panen biaya pembelian benih, pupuk dan pestisida dikurangi dari nilai penjualan hasil panen. Oleh karena itu kedua belah pihak baik petani penggarap maupun pemilik lahan tidak menanggung biaya-biaya tersebut. Namun untuk biaya tenaga kerja ditanggung oleh petani penggarap.

Dokumen terkait