Karakteristik petani yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah petani tanaman hias pengguna media internet. Karakteristik petani yang diteliti terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani, status kepemilikan lahan, alasan berusahatani, sumber pembelajaran, skala usahatani, luas lahan dan aksesibilitas media internet.
Usia
Usia adalah lama hidup petani yang dihitung berdasarkan tanggal lahir sampai dengan penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. Petani tanaman hias pada penelitian ini digolongkan menjadi tiga kategori kelompok usia, yaitu: muda (18-34 tahun), dewasa (35-50 tahun) dan tua (51-67 tahun). Dari total petani sebagian besar (54,29%) berusia dewasa. Petani berusia muda (31.403%) dan petani berusia tua sebanyak 14,29%.
Jumlah petani berusia tua pengguna media internet relatif sedikit. Petani berusia tua cenderung lebih memprioritaskan pengalaman sebagai sumber informasi. Sedangkan pada petani muda dan dewasa pengguna media internet, ketergantungan terhadap media internet sebagai sumber informasi relatif tinggi. Petani muda dan dewasa karena pengalamannya yang masih minim, berusaha untuk mendapatkan informasi dari media internet untuk mengembangkan usahataninya. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Soekartawi (2005) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.
Sedangkan menurut Rakhmat (2005), semakin tua usia seseorang, maka semakin melemah pula daya biologis, daya psikologis, tingkat kepekaan dan potensi-
potensi diri lainnya. Jika demikian maka kejenuhan atau stagnasi (leveling-off) di
sektor pertanian, sejatinya bukan hanya terjadi pada aspek fisik (lahan), tetapi juga terjadi pada aspek sumberdaya pelaku utamanya, yaitu, petani.
Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah identitas seksual yang melekat pada diri seseorang. Petani digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: laki-laki dan perempuan. Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori perempuan (57,14%) dan petani laki-laki (42.86%). Berdasarkan data anggota Perhimpunan Florikultura Indonesia cabang Bogor diketahui bahwa anggotanya sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.
Pada penelitian ini petani tanaman hias pengguna media internet didominasi perempuan yang berjumlah 19 orang dan petani laki-laki berjumlah 16 0rang.
Berdasarkan indepth interview dengan beberapa petani perempuan diperoleh
informasi bahwa mereka memilih berusahatani tanaman hias karena usaha ini tidak memerlukan lahan yang luas. Petani sudah dapat berusahatani dengan memanfaatkan kelebihan lahan di halaman depan, halaman belakang ataupun halaman di samping rumah.
Pendidikan formal
Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani petani tanaman hias pengguna media internet. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan rataan pendidikan terakhir petani dari data yang diperoleh di lapangan. Pada penelitian ini tingkat pendidikan formal dibedakan dalam empat kategori, yaitu: SLTA (48,57), Diploma (14,29%), Sarjana (25,71%), Pascasarjana (11.43%). Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori tingkat pendidikan formal (SMA).
Petani berpendidikan Pascasarjana cenderung menggunakan beberapa media massa sebagai sumber informasi. Hal ini karena petani memiliki keinginan untuk melengkapi informasi yang sudah diperoleh dari media internet dengan informasi dari media massa lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap praktek usahatani yang dilakukan. Menurut Soekartawi (2005) petani yang berpendidikan tinggi, relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya. Petani yang berpendidikan rendah relatif agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan seseorang yang semakin tinggi diharapkan dapat semakin mudah mengubah sikap dan perilakunya untuk bertindak rasional.
Pendidikan nonformal
Pendidikan non formal petani pengguna media internet dibedakan dalam dua kategori, yaitu: pernah mengikuti pendidikan nonformal dan tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal. Dari total petani, sebanyak 60% pernah mengikuti pendidikan nonformal berupa seminar dan pelatihan. Sedangkan petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal sebanyak 40%.
Petani yang pernah mengikuti pendidikan non formal merasakan manfaat dari penyelenggaraan pelatihan, diskusi dan sejenisnya. Pendidikan nonformal yang pernah dijalani petani sebagian besar merupakan hasil kerjasama beberapa organisasi tanaman hias dengan Kementerian Pertanian. Penyampaian materi
secara demokratis dan pola penyampaian yang learning by doing, participatory
learning dan problem solving learning dapat mempermudah penyerapan informasinya pada petani. Materi yang diberikan pada pelatihan meliputi teknik budidaya, pemasaran dan materi lain yang berhubungan dengan usahatani tanaman hias. Petani tanaman hias yang mayoritas berpendidikan SLTA merasakan benar manfaat dari pelatihan yang pernah diikuti. Petani mendapatkan tambahan informasi yang sangat bermanfaat dalam pengembangan usahataninya.
Pengalaman berusahatani
Pengalaman berusahatani adalah lamanya waktu yang telah dilalui petani tanaman hias pengguna media internet untuk berusahatani tanaman hias. Lama berusahatani diukur berdasarkan waktu yang telah dilalui petani dan dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: cukup berpengalaman (1-9 tahun), berpengalaman (10-19 tahun) dan sangat berpengalaman (20-27 tahun). Dari total petani, sebagian besar berada
pada kategori berpengalaman (51.403%). Petani cukup berpengalaman (42.8006%) dan petani sangat berpengalaman (5,71%) dalam berusahatani tanaman hias.
Aristoteles dan John Locke dalam Setiawan (2012) menjelaskan, pada saat lahir manusia tidak mempunyai warna mental. Warna mental diperoleh melalui pengalaman, yang merupakan satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Hal ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi. Leathers dalam Rakhmat menjelaskan bahwa pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu diperoleh lewat pendidikan formal, tetapi juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.
Petani tanaman hias yang sangat berpengalaman lebih mempergunakan pengalaman yang dimiliki dalam mengelola usahataninya. Hal ini disebabkan karena pengalaman telah berhasil membawa mereka keluar dari permasalahan dan dapat menjalani usahatani lebih dari duapuluh tahun. Petani sangat berpengalaman apabila diajak berdiskusi akan beribuagi pengalaman dengan petani yang cukup berpengalaman dan yang berpengalaman.
Petani yang cukup berpengalaman cenderung lebih memaksimalkan informasi yang diperoleh dari media internet dibandingkan petani yang pengalaman dan yang sangat berpengalaman. Hal ini terjadi karena para petani yang cukup berpengalaman masih harus belajar untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, petani yang cukup berpengalaman merupakan petani muda yang akrab dengan teknologi dan memiliki kepribadian yang teribuuka dan tidak malu atau gengsi untuk bertanya pada petani yang berpengalaman.
Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikanlahan adalah status kepemilikan lahan yang dipergunakan
petani tanaman hias pengguna media internet untuk berusahatani. Status kepemilikan lahan pada penelitian ini dibedakan dalam empat kategori, yaitu: milik sendiri (4), sewa (3), bagi hasil (2) dan dipinjamkan (1). Petani dengan status kepemilikan lahan milik sendiri sebanyak 40%, petani dengan status kepemilikan lahan sewa sebanyak 21.8005%, petani dengan status kepemilikan lahan bagi hasil sebanyak 2.8006% dan petani dengan status kepemilikan lahan dipinjamkan sebanyak 34,29%.
Soekartawi (2005) menjelaskan, telah dikenal baik bahwa pemilik-pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan usahataninya, bila dibandingkan dengan para penyewa. Para pemilik dapat membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya. Sedangkan penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan ia praktekkan.
Petani yang status kepemilikan lahannya dipinjamkan (34,29%) terkonsentrasi di jalan Semeru. Pemerintah Kota Bogor sejak awal tahun 2000 meminjamkan tanahnya pada masyarakat dengan tujuan untuk penghijauan dan memperindah wilayah jalan Semeru dan sekitarnya. Para petani yang mendapat pinjaman lahan lalu memfungsikannya sebagai sentra tanaman hias. Menurut Nurdi Basuki, Ketua II PFI (2012), kebijakan Pemerintah Kota Bogor meminjamkan tanah di wilayah jalan Semeru bermanfaat untuk menciptakan lapangan kerja dan menjaga lingkungan serta meminimalisir dampak pencemaran udara dari knalpot kendaraan bermotor.
Alasan berusahatani
Alasan berusahatani adalah penyebab petani tanaman hias pengguna media internet untuk berusahatani tanaman hias. Alasan berusahatani dibedakan dalam 3 kategori, yaitu: alasan untuk usaha, alasan ikut teman dan alasan sebagai hobi. Petani yang memiliki alasan berusahatani untuk usaha, penghasilannya dipergunakan sebagai mata pencaharian sebanyak 62.8006%. Petani yang memiliki alasan berusahatani karena ikut teman sebanyak 8,57%. Sedangkan petani yang memiliki alasan berusahatani untuk hobi sebanyak 28,57%.
Alasan petani memutuskan berusahatani tanaman hias dicapai melalui pertimbangan dan diskusi dengan keluarga, teman, orang yang lebih berpengalaman, pengamatan yang dilakukan dengan cara datang ke pameran tanaman hias dan mencoba memelihara dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Petani yang memiliki alasan berusaha tanaman hias untuk usaha sebelum memulai usahataninya cenderung lebih siap dalam perencanaan dibandingkan yang ikut teman dan sebagai hobi.
Sumber pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah individu yang memberikan informasi tentang
tanaman hias pada petani tanaman hias pengguna media internet. Sumber pembelajaran
dibedakan dalam lima kategori, yaitu: Penyuluh, Ketua Organisasi, Teman, Otodidak (belajar sendiri) dan Orang tua.
Petani yang menjadikan penyuluh sebagai sumber pembelajaran sebanyak 14,29%; Petani yang menjadikan Ketua organisasi sebagai sumber pembelajaran sebanyak 8,57%; petani yang menjadikan teman sebagai sumber pembelajaran sebanyak 54,29% dan petani yang menjadikan diri sendiri sebagai sumber pembelajaran sebanyak 20%. Sedangkan petani yang menjadikan orang tua sebagai sumber pembelajaran sebanyak 2.85%.
Peran teman sebagai sumber pembelajaran merupakan persentase tertinggi (54,29%). Petani berpendapat bahwa bertanya pada teman cenderung lebih nyaman dan menyenangkan serta dapat lebih teribuuka (tidak perlu menyembunyikan apapun termasuk masalah mendasar yang belum diketahui). Teman juga dianggap dapat memberikan dorongan semangat untuk mengembangkan usahatani di setiap keadaan. Petani usia muda cenderung lebih memilih teman sebagai sumber pembelajaran setelah media internet sebagai sumber informasi.
Peran orangtua juga dianggap cukup penting dalam mengelola dan mengembangkan usahatani tanaman hias. Petani yang menjadikan orang tua sebagai sumber pembelajaran menjelaskan bahwa sejak masih remaja, sang ayah telah mengajarkan tentang tanaman hias. Dengan mempraktekkan langsung, petani dapat memahami yang diajarkan ayahnya. Namun, setelah mengelola usahataninya secara mandiri dan lepas dari orangtua, petani juga memanfaatkan media internet sebagai sumber informasi, khususnya informasi tentang tanaman hias.
Sebagian petani juga menjadikan Ketua Organisasi sebagai sumber pembelajaran. Petani beranggapan pengalaman Ketua organisasi dalam berusahatani tanaman hias merupakan indikator keberhasilannya. Selain itu, hampir setiap kali memberikan jalan keluar dari suatu permasalahan, informasi yang diberikan Ketua Organisasi dianggap bermanfaat dan dapat membantu petani mengatasi masalah.
Peran penyuluh sebagai sumber pembelajaran juga patut diperhitungkan, terutama untuk masalah pengucuran dana bantuan dari Pemerintah yang disampaikan
melalui Dinas Pertanian. Menurut petani, kecenderungan yang terjadi, penyuluh jarang turun ke lapangan dan bertatap muka dengan petani untuk beribuagi pengalaman dan berdiskusi. Secara umum hubungan penyuluh dengan petani relatif akrab saat bertemu di lokasi usahatani atau di tempat penyelenggaraan suatu acara.
Skala usahatani
Skala usahatani adalah ukuran atau besaran usahatani tanaman hias yang dikelola para petani tanaman hias pengguna media internet, yaitu nilai rata-rata yang diperoleh dari usahatani tanaman hias. Pengelompokkannya sebagai berikut, yaitu: < 600ribu (rendah), 600ribu sampai 1 juta (sedang), >1juta (tinggi). Dari total petani, sebanyak 60% penghasilan dari usahataninya <600ribu (rendah). Petani yang penghasilan dari usahataninya 600ribu-1juta (sedang) sebanyak 20%. Petani yang penghasilan dari usahataninya >1juta (tinggi) sebanyak 20%.
Petani tanaman hias dengan rata-rata penghasilan <600ribu selain berusahatani tanaman hias ada yang membuka warung dan bekerja di Kelurahan untuk menambah penghasilannya. Petani perempuan dengan rata-rata penghasilan <600ribu memiliki suami yang bekerja di Instansi Pemerintah atau karyawan swasta yang penghasilannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya.
Petani dengan penghasilan sedang dan rendah selain berusahatani tanaman hias
juga membuka jasa pelayanan lanscape taman untuk perumahan, gedung dan pusat
peribuelanjaan serta pesta pernikahan. Selain itu, petani dengan skala usahatani sedang dan tinggi juga mengikuti pameran yang sesuai untuk menambah penghasilannya. Dalam berpameran, petani juga bekerjasama dengan petani berskala usahatani rendah untuk penyediaan tanaman hias.
Luas lahan
Luas lahan adalah luas keseluruhan luas tanah pertanian dalam meter persegi yang dipergunakan untuk berusahatani tanaman hias oleh petani tanaman hias pengguna media internet. Luas lahan dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
<300m2 (sempit), 300-600 m2 (sedang) dan >600m2 (luas). Petani yang memiliki luas
lahan <300 m2 sebanyak (45,71%). Petani yang memiliki lahan antara 300-600 m2
sebanyak (40%) dan petani memiliki lahan >600 m2 sebanyak (14,29%).
Menurut Sajogyo dalam Hapsari (2012) petani yang memiliki lahan pertanian kurang dari 0.5 ha terkategorikan miskin, sedangkan petani yang kepemilikan lahannya antara 0.5 ha-kurang dari 1 ha terkategorikan sebagai petani sedang dan petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 ha akan terkategorikan sebagai petani kaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hernanto dalam Tamba (2007) bahwa luas lahan garapan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan petani.
Petani tanaman hias pengguna media internet dalam penelitian ini sebagian besar
(45,71) memiliki lahan <300 m2. Apabila merujuk pada pendapat Sajogyo maka
sebagian besar petani merupakan petani miskin. Namun, pernyataan ini beribueda
dengan hasil penelitian di lapangan. Petani dengan luas lahan <300 m2 selain
mengandalkan pendapatan dari usahatani tanaman hias juga memiliki penghasilan lain, misalnya sebagai karyawan, pemilik warung atau mengkreditkan barang elektronik.
Kemunculan pertanian tanaman hias di daerah perkotaan berdampak pada teribuukanya peluang terhadap prospek pemasaran hasil pertanian sehingga menjadikan petani lebih kreatif. Pertanian tanaman hias yang muncul di perkotaan tidaklah beribuasis pada lahan seperti pada pertanian padi. Para petani di perkotaan tidak lagi berorientasi pada kuantitas produk, melainkan lebih berorientasi pada kualitas produk dan jasa (Wijayanti 2003).
Aksesibilitas petani terhadap media internet
Aksesibilitas adalah akses atau jalan masuk informasi tentang tanaman hias pada petani tanaman hias pengguna media internet. Aksesibilitas petani terhadap media internet dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: tinggi dengan selang skor (1.68- 2.00); sedang dengan selang skor (1.34-1.67) dan rendah dengan selang skor (1-1.33). Dari total petani, sebagian besar berada pada kategori aksesibilitas terhadap media internet tinggi sebanyak (51%); petani dengan aksesibilitas media sedang sebanyak (31%). Sedangkan petani dengan aksesibilitas media rendah sebanyak (18%).
Lokasi pertanian tanaman hias yang terletak di wilayah Kota Bogor dengan kondisi kemudahan akses transportasi, layanan pemerintahan dan lainnya memudahkan petani dalam mendapatkan jalan masuk (akses) terhadap media internet. Aksesibilitas dalam penelitian ini meliputi frekuensi, kepemilikan media internet, lamanya waktu mengakses dan tempat mengakses. Petani mengakses media internet pada waktu senggang usai mengurus dan merawat tanaman hiasnya. Beribueda dengan pertanian padi, tanaman hias memerlukan perawatan setiap hari dan harus selalu mendapat pengawasan secara intensif. Dalam satu bulan petani mengakses informasi usahatani tanaman hias dengan frekuensi 1-5 kali dengan waktu minimal 30 menit dan maksimal lebih dari satu jam. Saat mengakses informasi petani cenderung akan
membuka website Departemen Pertanian, google, yahoo, mailinglist PFI, email dan
jejaring sosial facebook dan website lain sesuai kebutuhan informasi petani. Dalam
Karakteristik petani dalam penelitian disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Deskriptif karakteristik petani tanaman hias Perhimpunan Florikultura
Indonesia
Karakteristik Kategori Jumlah
petani Persen (%) Usia (X1.10) 18-34 35-50 51-67 Muda Dewasa Tua 11 19 5 31.43 54.29 14.28 Jenis Kelamin (X1.20) Laki – Laki Perempuan 1 2 15 20 42.86 57.14 Pendidikan Formal(X1.300) SLTA D3 S1 Pascasarjana 1 2 3 4 17 5 9 4 48.57 14.29 25.71 11.43
Pendidikan Non Formal (X1.40)
Pernah Tidak Pernah Pernah Tidak pernah 21 14 60.00 40.00 Pengalaman (X1.50) 1 - 9th 10 - 19th 20-27th Cukup berpengalaman Berpengalaman Sangat berpengalaman 15 18 2 42.86 51.43 5.71
Status Kepemilikan Lahan(X1.60)
Milik Sendiri Sewa Bagi Hasil Meminjam 4 3 2 1 14 8 1 12 40.00 22.85 2.85 34.29 Alasan Berusahatani (X1.700) Usaha Ikut Teman Hobi 1 2 3 22 3 10 62.86 8.57 28.57 Sumber Pembelajaran (X1.800) Penyuluh Ketua Teman Belajar sendiri Orang Tua 1 2 3 4 5 5 3 19 7 1 14.29 8.57 54.29 20.00 2.86 Skala Usahatani < 600 ribu 600 ribu-1 juta >1 juta Rendah Sedang Tinggi 21 7 7 60.00 20.00 20.00 Luas Lahan < 300m2 300 – 600m2 > 600m2 Sempit Sedang Luas 16 14 5 45.71 40.00 14.29 Aksesibilitas Media (X1.101) Tinggi Sedang Rendah 1.68 – 2.00 1.34 - 1.67 1.00 - 1.33 18 11 6 51.00 31.00 18.00 TOTAL 35 100