• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 11 Bagan alir penelitian

4.3 Pembuatan Arang Aktif .1 Karakteristik Bahan Baku

4.3.3 Mutu Arang Aktif

4.3.3.2 Karakteristik sifat-sifat dasar arang aktif

Mutu arang aktif yang dihasilkan pada suatu proses, antara lain dapat diketahui melalui analisis sifat-sifat dasarnya yang meliputi parameter kadar air, zat terbang, abu, karbon terikat, daya jerap terhadap iodin, benzena dan kloroform. Data hasil karakterisasi sifat-sifat dasar arang aktif disajikan pada Tabel 47. Dari data Tabel 47 ditunjukkan bahwa arang aktif yang dihasilkan pada perlakuan dengan aktivator panas pada waktu 120 menit dan suhu 800 oC merupakan arang aktif yang sebahagian besar

karakteristiknya memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995), terutama dalam hal daya jerapnya terhadap larutan iodin. Kemampuan daya jerap arang aktif

terhadap larutan iodin sering kali dijadikan sebagai patokan utama untuk menilai kualitas suatu arang aktif terutama untuk penggunaannya sebagai adsorben.

Tabel 47 Karakteristik arang aktif hasil aktivasi arang sampah organik pasar

Kadar (%) Daya jerap

Perlakuan

Air Zat terbang Abu Karbon terikat (mg/g) Iodin Benzena (%) A1W1S1 2,36 19,32 15,56 65,12 546,76 8,75 A1W1S2 1,02 18,66 17,38 63,97 700,16 8,55 A1W2S1 1,28 17,82 12,55 69,63 339,56 8,12 A1W2S2 2,23 20,00 14,44 65,56 209,63 7,88 A2W1S1 0,98 12,77 14,86 72,38 616,94 14,99 A2W1S2 0,92 10,87 16,87 72,26 757,82 16,70 A2W2S1 1,19 10,49 14,95 74,56 504,82 15,87 A2W2S2 1,36 8,87 12,27 78,86 873,53 22,51 A3W1S1 1,53 14,43 21,81 63,76 459,73 5,05 A3W1S2 3,83 14,33 22,52 63,14 479,55 4,44 A3W2S1 1,76 13,74 19,02 67,24 306,04 5,87 A3W2S2 4,70 20,06 23,98 55,96 313,02 6,12 A4W1S1 1,45 16,13 26,25 57,62 323,25 5,46 A4W1S2 1,11 13,68 26,53 59,79 327,17 8,17 A4W2S1 4,82 17,34 20,36 62,31 309,32 11,87 A4W2S2 5,41 17,27 26,59 56,14 409,52 14,03 A5W1S1 2,46 7,08 9,78 83,14 308,49 7,99 A5W1S2 3,22 7,29 10,41 82,30 284,92 7,12 A5W2S1 3,34 8,30 9,89 81,81 324,76 5,98 A5W2S2 2,58 6,61 10,44 82,94 243,52 7,26 A6W1S1 3,22 8,66 9,84 81,50 338,28 9,75 A6W1S2 2,65 8,42 9,55 82,03 373,59 11,20 A6W2S1 1,71 6,30 12,61 81,09 438,74 8,97 A6W2S2 1,20 6,55 11,45 81,99 268,03 8,76 SNI 15 25 10 65 750 25

Keterangan: A1 = aktivator panas W1 = waktu aktivasi 60 menit A2 = aktivator steam (uap H2O) W2 = waktu aktivasi 120 menit A3 = aktivator basa KOH 0,5 M S1 = suhu aktivasi 700 oC A4 = aktivator basa KOH 1 M S2 = suhu aktivasi 800 oC A5 = aktivator asam H3PO4 0,5 M

1. Kadar air

Kadar air arang sebelum diaktivasi berkisar 2,46-3,09%. Kadar air arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 0,92-5,41% (Tabel 47), nilai ini memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995). Hasil ini masih lebih baik bila dibanding dengan kadar air arang aktif kulit kayu A. mangium, yaitu 8,39-15,19% (Pari et al. 2006). Kadar air tertinggi terdapat pada arang aktif yang diaktivasi dengan aktivator larutan KOH 1M pada suhu 800 oC selama 120 menit dan yang terendah terdapat pada

arang aktif yang diaktivasi dengan aktivator uap air pada suhu 800 oC selama 60 menit. Kadar air arang aktif yang dikehendaki harus bernilai sekecil-kecilnya karena akan mempengaruhi daya jerapnya terhadap gas ataupun cairan (Pari 1996). Kadar air yang terkandung dalam arang aktif dipengaruhi oleh jumlah uap air di udara, lama proses pendinginan, penggilingan dan pengayakan (Hendaway 2003). Arang aktif yang bersifat higroskopis mudah sekali menyerap uap air di udara karena strukturnya terdiri atas 6 atom karbon pada sudut heksagonal, memungkinkan uap air terperangkap di dalamnya dan tidak dapat dilepas pada kondisi pengeringan oven 105 oC.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa baik faktor aktivator, waktu, suhu, maupun interaksi aktivator-waktu, aktivator-suhu, dan interaksi aktivator-waktu-suhu memberi pengaruh yang nyata terhadap kadar air arang aktif, sedangkan interaksi faktor waktu dan suhu tidak nyata (Lampiran 1). Selanjutnya hasil uji BNT faktor tunggal (Lampiran 3a) menunjukkan bahwa faktor aktivator uap H2O

menghasilkan kadar air terendah yang nyata dibanding perlakuan lain. Faktor waktu aktivasi selama 60 menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kadar air terendah dibanding aktivasi selama 120 menit. Demikian juga halnya dengan aktivasi pada suhu 700 oC menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kadar air terendah dibanding

aktivasi pada suhu 800 oC. Faktor interaksi antara aktivator panas dengan waktu selama 60 atau 120 menit, atau antara aktivator uap H2O dengan waktu selama 60 atau 120

menit, atau antara aktivator larutan KOH 1M dengan waktu selama 60 menit, atau antara aktivator larutan H3PO4 1M dengan waktu selama 120 menit menghasilkan

arang aktif dengan kadar air terendah yang berbeda tidak nyata (Lampiran 3b). Faktor interaksi antara aktivator uap H2O dengan suhu 700 atau 800 oC, atau antara aktivator

panas dengan suhu 700 atau 800 oC, atau antara aktivator larutan KOH 0,5M dengan

suhu 700 oC, atau antara aktivator larutan H3PO4 1M menghasilkan arang aktif dengan kadar air terendah yang berbeda tidak nyata (Lampiran 3c). Faktor interaksi antara aktivator uap H2O dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, atau antara aktivator panas dengan suhu 800 oC selama 60 menit, atau antara aktivator panas

dengan suhu 700 oC selama 120 menit, atau antara aktivator larutan KOH 0,5M dengan suhu 700 oC selama 60 menit, atau antara aktivator larutan KOH 1M dengan suhu 700

atau 800 oC selama 60 menit, atau antara aktivator larutan H3PO4 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 120 menit menghasilkan arang aktif dengan kadar air terendah yang

tidak nyata (Lampiran 3d). Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa perlakuan pembuatan arang aktif terbaik dengan kadar air terendah, yaitu menggunakan aktivator uap H2O dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, atau aktivator panas dengan suhu 800 oC selama 60 menit, atau aktivator panas dengan suhu 700 oC selama

120 menit, atau aktivator larutan KOH 0,5M dengan suhu 700 oC selama 60 menit, atau aktivator larutan KOH 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 menit, atau aktivator larutan H3PO4 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 120 menit.

2. Kadar zat terbang

Kadar zat terbang arang sebelum diaktivasi berkisar 18,30-19,99%. Kadar zat terbang arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 6,30-20,06% (Tabel 47). Nilai kadar zat terbang arang aktif yang dihasilkan pada semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995) karena kadarnya kurang dari 25,00%. Arang aktif yang mengandung kadar zat terbang terendah terdapat pada aktivasi dengan aktivator larutan H3PO4 1M pada suhu 700 oC selama 120 menit, dan

yang tertinggi terdapat pada aktivasi dengan aktivator larutan KOH 0,5M pada suhu 800 oC selama 120 menit. Secara umum kadar zat terbang yang dihasilkan cenderung

meningkat seiring meningkat suhu dan waktu aktivasi. Tingginya kadar zat terbang ini menunjukkan bahwa permukaan arang aktif yang dihasilkan masih menempel senyawaan non karbon dan juga zat terbang yang berasal dari hasil interaksi antara karbon dengan uap air sebagaimana terbukti dari hasil identifikasi gugus fungsi dengan

FTIR (Gambar 25) dan dengan SEM (Gambar 35). Kadar zat terbang yang tinggi pada arang aktif tidak diinginkan karena senyawaan yang menempel pada permukaannya dapat mengurangi daya jerapnya baik terhadap larutan maupun gas-gas.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa faktor aktivator maupun interaksi aktivator-waktu, aktivator-suhu, dan interaksi aktivator-waktu-suhu memberi pengaruh yang nyata terhadap kadar zat terbang arang aktif, sedangkan faktor waktu dan suhu tidak nyata (Lampiran 1). Selanjutnya hasil uji BNT faktor tunggal (Lampiran 4a) menunjukkan bahwa faktor aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M berpengaruh tidak nyata terhadap kadar zat terbang terendah yang dihasilkan, sedangkan faktor lain berpengaruh nyata. Pada interaksi faktor aktivator larutan KOH 0,5 atau 1M dengan waktu 60 atau 120 menit dan antara aktivator larutan larutan H3PO4 1M dengan waktu 60 menit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kadar zat terbang terendah yang dihasilkan, sedangkan perlakuan lain berbeda nyata (Lampiran 4b). Pada interaksi faktor aktivator larutan KOH 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC, atau antara aktivator larutan larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan waktu 60 atau 120 menit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kadar zat terbang terendah yang dihasilkan, sedangkan perlakuan lain berbeda nyata (Lampiran 4c). Pada interaksi faktor waktu-suhu menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kadar zat terbang (Lampiran 4d). Pada interaksi faktor aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 120 menit, antara aktivator larutan KOH 0,5

atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kadar zat terbang terendah, sedangkan perlakuan lain berbeda nyata (Lampiran 4e). Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa untuk membuat arang aktif dengan kadar zat terbang terendah dapat dilakukan dengan aktivasi arang menggunakan aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 120 menit, antara aktivator larutan KOH 0,5 atau 1M dengan suhu

700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit.

Kadar abu dari arang sebelum diaktivasi berkisar 12,22-13,00%. Kadar abu arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 9,55-26,59% (Tabel 47). Nilai tersebut umumnya tidak memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995) karena kadar abu yang dihasilkan jauh di atas batas maksimum, yaitu kurang dari 10,00%, kecuali arang aktif hasil aktivasi dengan larutan H3PO4 0,5M pada suhu 700 oC selama 60 dan 120 menit atau larutan H3PO4 1M pada suhu 700 atau 800 oC selama 60 menit. Kandungan kadar abu yang terdapat pada arang hasil pirolisis pada berbagai perlakuan cenderung fluktuatif. Hal ini disebabkan karena komposisi bahan baku sampah organik pasar yang digunakan relatif tidak homogen. Kadar abu tinggi terdapat pada perlakuan aktivasi dengan larutan KOH 1M pada suhu 800 oC selama 120 menit dan yang terendah terdapat pada perlakuan aktivasi dengan larutan H3PO4 1M pada suhu 800 oC selama 60 menit. Tingginya kadar abu pada suatu arang aktif disebabkan oleh terjadinya reaksi oksidasi. Menurut Pari (2004), kadar abu yang besar dapat mengurangi daya jerap arang aktif baik terhadap larutan maupun gas-gas, karena kandungan mineral yang terdapat dalam abu seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium akan menyebar dalam kisi-kisi arang aktif, sehingga mengakibatkan kinerja arang aktif berkurang (Tanaike & Inagaki 1999; Benaddi et al. 2000).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa faktor aktivator, suhu, waktu maupun interaksi waktu, suhu, dan interaksi aktivator-waktu-suhu memberi pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar abu arang aktif, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan interaksi faktor waktu dan suhu (Lampiran 1). Selanjutnya hasil uji BNT faktor tunggal (Lampiran 5a) menunjukkan bahwa faktor aktivator larutan KOH 1M berpengaruh nyata terhadap kadar abu arang aktif yang dihasilkan. Faktor waktu aktivasi selama 60 menit berbeda nyata terhadap kadar abu arang aktif yang dihasilkan. Demikian juga halnya dengan faktor suhu aktivasi 800 oC berbeda nyata terhadap kadar abu arang aktif. Pada interaksi antara faktor aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan waktu 60 atau 120 menit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dalam menghasilkan kadar abu arang aktif yang relatif lebih rendah, sedangkan dengan perlakuan lain berbeda nyata (Lampiran 5b). Pada interaksi antara faktor aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC tidak menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kadar abu arang

aktif terendah yang dihasilkan, sedangkan dengan perlakuan lain berbeda nyata (Lampiran 5c). Pada interaksi antara faktor aktivator larutan KOH 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, antara aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, antara aktivator panas dengan suhu 700 oC selama 120 menit, dan antara aktivator uap H2O dengan suhu 800

o

C selama 120 menit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kadar abu arang aktif terendah yang dihasilkan, sedangkan dengan perlakuan lain berbeda nyata (Lampiran 5d). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa untuk menghasilkan arang aktif dengan kadar abu relatif rendah dapat dilakukan dengan aktivasi arang menggunakan aktivator larutan KOH 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, atau antara aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, atau antara aktivator panas dengan suhu 700 oC selama 120 menit, atau antara aktivator uap H2O dengan suhu 800 oC selama 120 menit.

4. Kadar karbon terikat

Kadar karbon terikat bahan baku arang sebelum diaktivasi berkisar 67,01-69,48%. Kadar karbon terikat yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 55,96–83,14% (Tabel 47). Nilai tersebut lebih separuh perlakuan memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995) karena kadarnya melebihi 65,00%, kecuali arang aktif yang dihasilkan pada perlakuan aktivator larutan KOH. Kadar karbon tertinggi terdapat pada aktivasi dengan aktivator larutan H3PO4 0,5M dengan suhu 700

o

C selama 60 menit dan yang terendah terdapat pada aktivasi dengan aktivator larutan KOH 0,5M dengan suhu 800 oC selama 120 menit. Rendahnya kadar karbon terikat menunjukkan sebagian atom-atom karbon teroksidasi menghasilkan gas CO dan/atau CO2 sehingga atom karbon yang tertata kembali membentuk struktur heksagonal berkurang. Arang aktif tersusun atas atom-atom karbon bebas yang berikatan secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar (Puziy et al. 2003). Pada aktivasi dengan aktivator uap H2O dan KOH, menunjukkan kecenderungan dengan semakin lamanya waktu aktivasi semakin berkurang kadar karbon yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya kadar abu yang dihasilkan. Akan tetapi kebalikannya pada perlakuan aktivasi dengan panas dan/atau larutan H3PO4 menunjukkan

kecenderungan peningkatan kadar karbon dengan semakin meningkatnya waktu aktivasi. Hal ini disebabkan kadar abu yang terbentuk pada arang aktif hasil aktivasi dengan kedua aktivator tersebut relatif lebih rendah berkisar 12,55-17,38% untuk aktivator panas dan 9,55-11,45% untuk aktivator H3PO4 (Tabel 47) dibandingkan dengan hasil aktivasi uap H2O dan KOH. Hasil ini berbeda dengan perlakuan aktivasi yang dilakukan oleh Williams & Reed (2003) bahwa kadar karbon semakin menurun akibat semakin meingkatnya waktu aktivasi.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa baik faktor aktivator, suhu maupun interaksi aktivator-waktu, aktivator-suhu, waktu-suhu dan interaksi aktivator-waktu-suhu memberi pengaruh yang nyata terhadap kadar korbon terikat arang aktif (Lampiran 1). Selanjutnya hasil uji BNT faktor tunggal (Lampiran 6a) menunjukkan bahwa faktor aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dapat menghasilkan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi yang berbeda nyata dengan aktivator lain. Faktor suhu aktivasi 700 oC menghasilkan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi yang berbeda nyata dibandingkan aktivasi dengan suhu 800 oC. Faktor interaksi antara aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan waktu aktivasi selama 60 atau 120 menit menghasilkan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi yang berbeda tidak nyata (Lampiran 6b). Faktor interaksi antara aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC menghasilkan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi yang berbeda tidak nyata (Lampiran 6c). Faktor interaksi antara waktu aktivasi baik selama 60 maupun 120 menit dengan suhu 700 atau 800 oC menghasilkan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi yang berbeda tidak nyata (Lampiran 6d). Faktor interaksi antara aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, atau antara aktivator KOH 1M dengan suhu 800 oC selama 120 menit menghasilkan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi yang berbeda tidak nyata (Lampiran 6e). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perlakuan terbaik pembuatan arang aktif dengan kadar karbon tertinggi, yaitu dengan cara aktivasi menggunakan aktivator larutan H3PO4 0,5 atau 1M dengan suhu 700 atau 800 oC selama 60 atau 120 menit, atau aktivator KOH 1M dengan suhu 800 oC selama 120 menit.

Daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin merupakan indikator penting dalam menilai kualitas suatu arang aktif. Daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin mempunyai arti bahwa arang tersebut mampu menyerap zat dengan ukuran molekul yang < 10 Ao atau memberikan indikasi bahwa arang tersebut memiliki jumlah pori > 10 Ao. Semakin tinggi daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin maka semakin baik

kualias arang aktif tersebut.

Daya jerap arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini terhadap larutan iodin berkisar 209,63-873,53 mg/g (Tabel 47). Nilai tersebut pada umumnya tidak memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995), kecuali arang aktif hasil aktivasi dengan uap H2O pada suhu 800 oC selama 60 atau 120 menit, karena batas minimal daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin adalah 750,00 mg/g. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin semakin menurun sesuai dengan meningkatnya waktu aktivasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendra & Pari (1995) yang memperoleh daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin yang terendah ditunjukkan pada arang hasil aktivasi selama 30 menit dibandingkan dengan aktivasi selama 90 menit yang mempunyai daya jerap lebih tinggi. Di samping itu, apabila hasil ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pari et al. (2006) yang memperoleh daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin berkisar antara 369-607 mg/g, maka kualitas arang aktif hasil penelitian ini relatif lebih baik.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa semua faktor baik tunggal maupun interaksinya memberi pengaruh yang nyata terhadap daya jerap arang aktif terhadap larutan iodin (Lampiran 1). Selanjutnya hasil uji BNT faktor tunggal (Lampiran 7a) menunjukkan bahwa aktivasi dengan uap H2O berbeda nyata dalam hal

menghasilkan arang aktif yang mempunyai daya jerap lebih tinggi terhadap larutan iodin. Faktor waktu aktivasi selama 60 menit menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap larutan iodin lebih tinggi yang berbeda nyata dibandingkan dengan waktu aktivasi selama 120 menit. Faktor suhu aktivasi 800 oC menghasilkan arang aktif

dengan daya jerap terhadap larutan iodin lebih tinggi yang berbeda nyata dibandingkan aktivasi dengan suhu 700 oC. Faktor interaksi antara aktivator panas dengan waktu

aktivasi selama 60 menit, atau antara aktivator uap H2O dengan waktu aktivasi selama

120 menit menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap larutan iodin tertinggi yang berbeda nyata (Lampiran 7b). Faktor interaksi antara antara aktivator uap H2O

dengan suhu aktivasi 800 oC menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap larutan iodin tertinggi yang berbeda nyata (Lampiran 7c). Faktor interaksi antara waktu aktivasi baik selama 60 menit dengan suhu 700 atau 800 oC, atau antara waktu aktivasi selama 120 menit dengan suhu 800 oC menghasilkan arang aktif dengan daya jerap

terhadap larutan iodin tertinggi yang berbeda nyata (Lampiran 7d). Faktor interaksi antara aktivator uap H2O dengan suhu 800 oC selama 120 menit menghasilkan arang

aktif dengan daya jerap terhadap larutan iodin tertinggi yang berbeda nyata (Lampiran 7e). Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa perlakuan terbaik pembuatan arang aktif yang mempunyai daya jerap terhadap larutan iodin tertinggi, yaitu dengan cara aktivasi arang menggunakan aktivator uap H2O dengan suhu 800 oC selama 120 menit.

6. Daya jerap benzena

Benzena merupakan senyawa aromatis sederhana yang bersifat nonpolar. Senyawa ini memiliki titik didih yang lebih rendah dari pada air, yaitu 80 oC, tidak berwarna, tidak larut dalam air, larut baik dalam kebanyakan pelarut organik, mudah terbakar dengan nyala yang berjelaga. Karakteristik daya jerap arang aktif terhadap benzena memberi indikasi akan kemampuan arang aktif dalam menjerap gas-gas yang bersifat nonpolar dengan ukuran molekul < 6 Ao.

Daya jerap arang aktif terhadap uap benzena yang dihasilkan pada pengamatan jam ke-24 berkisar 4,44-22,51% (Tabel 47). Nilai daya jerap arang aktif terhadap uap benzena tidak ada yang memenuhi persyaratan SNI-06-3730-1995 (BSN 1995), karena batas ambangnya minimal 25,00%. Nilai daya jerap arang aktif terhadap benzena tertinggi terdapat pada perlakuan aktivasi uap H2O dengan suhu 800 oC selama 120

menit dan yang terendah terdapat pada perlakuan aktivasi larutan KOH 0,5M dengan suhu 800 oC selama 60 menit. Rendahnya daya jerap arang aktif terhadap uap benzena

menunjukkan bahwa masih terdapatnya senyawaan nonkarbon yang menempel pada permukaan arang aktif terutama atom hidrogen dan oksigen sehingga permukaan arang

aktifnya lebih bersifat nonpolar. Apabila hal ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pari et al. (2006) yang memperoleh daya jerap arang aktif dari A. mangium terhadap uap benzena berkisar antara 9,22-16,20%, maka arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini relatif berkualitas sama.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa faktor aktivator, suhu, waktu maupun interaksi aktivator-waktu dan aktivator-suhu memberi pengaruh yang nyata terhadap daya jerap arang aktif terhadap uap benzena (Lampiran 1). Selanjutnya hasil uji BNT faktor tunggal (Lampiran 8a) menunjukkan bahwa aktivasi dengan uap H2O berbeda nyata dalam hal menghasilkan arang aktif yang mempunyai

daya jerap lebih tinggi terhadap uap benzena. Faktor waktu aktivasi selama 120 menit menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap uap benzena lebih tinggi yang berbeda nyata dibandingkan dengan waktu aktivasi selama 60 menit. Faktor suhu aktivasi 800 oC menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap uap benzena lebih

tinggi yang berbeda nyata dibandingkan aktivasi dengan suhu 700 oC. Faktor interaksi antara aktivator uap H2O dengan waktu aktivasi selama 120 menit menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap uap benzena tertinggi yang berbeda nyata (Lampiran 8b). Faktor interaksi antara antara aktivator uap H2O dengan suhu aktivasi 800 oC menghasilkan arang aktif dengan daya jerap terhadap uap benzena tertinggi yang berbeda nyata (Lampiran 8c). Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa perlakuan terbaik untuk pembuatan arang aktif dari sampah organik pasar yang mempunyai daya jerap terhadap uap benzena tertinggi, yaitu dengan cara aktivasi arang menggunakan aktivator uap H2O pada suhu 800 oC selama 120 menit.

4.4 Fraksinasi dan Bioassay Asap Cair