• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK WISATAWAN KAMPOENG WISATA CINANGNENG

Karakteristik wisatawan Kampoeng Wisata Cinangneng yang diukur dalam penelitian ini meliputi usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, ragam tujuan kunjungan, dan jenis jangkauan geografis. Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang sedang berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng.

Usia

Usia adalah lamanya seseorang hidup, terhitung sejak dia dilahirkan hingga saat menjadi responden penelitian. Usia responden pada penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni usia dewasa awal (19–26 tahun), usia dewasa menengah (27–37 tahun), dan usia dewasa tua (≥ 38 tahun). Usia responden Kampoeng Wisata Cinangneng dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan kategori usia

Usia Jumlah Persentase (%)

Dewasa Awal 24 48

Dewasa Menengah 12 24

Dewasa Tua 14 28

Total 50 100

Berdasarkan Tabel 4 responden Kampoeng Wisata Cinangneng mayoritas tergolong dalam usia kategori dewasa awal (19–26 tahun), yakni berjumlah 24 orang atau sebesar 48 persen. Hal ini karena lebih banyak usia kategori dewasa awal yang ditemui pada saat penelitian berlangsung. Responden usia 19–26 tahun umumnya didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Selain itu, terdapat pula responden yang berprofesi sebagai guru sekolah swasta dan karyawan. Mereka adalah responden yang datang untuk melakukan pengamatan dan belajar mengenai kebudayaan tradisional Sunda. Selain berkaitan dengan belajar, responden usia dewasa awal umumnya berkunjung karena memenuhi suatu kegiatan dari kampus atau kantor mereka. Sementara, yang termasuk dalam kategori usia kategori dewasa menengah (27–37 tahun) dan usia dewasa tua (≥ 38 tahun) umumnya merupakan responden yang datang untuk rekreasi, bersosialisasi, serta program study tour dari sekolah, perusahaan, atau organisasi tertentu. Sifat wisatawan berkaitan dengan usia karena berdampak pada kegiatan wisata yang dilakukan. Kebutuhan dan keinginan wisatawan berubah seiring dengan perubahan usia (Ismayanti 2010). Selain itu, Sumarwan (2011) mengemukakan bahwa memahami usia konsumen, dalam hal ini ialah wisatawan, adalah penting karena konsumen yang berbeda usia akan mengonsumsi produk dan jasa yang berbeda.

Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau kesibukan utama yang dilakukan oleh responden untuk memperoleh pendapatan. Jenis pekerjaan pada penelitian ini terbagi menjadi lima kategori, yakni tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan), pelajar/mahasiswa, karyawan, guru sekolah, dan pekerjaan lainnya, seperti wiraswasta dan freelance. Jenis pekerjaan responden Kampoeng Wisata Cinangneng dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan kategori jenis pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Tidak Bekerja 8 18 Pelajar/Mahasiswa 14 26 Karyawan 10 10 Guru Sekolah 15 14 Lainnya 3 32 Total 50 100

Berdasarkan Tabel 5 responden Kampoeng Wisata Cinangneng mayoritas tergolong pada kategori jenis pekerjaan sebagai guru sekolah. Hal ini karena pada saat penelitian berlangsung banyak ditemui responden yang berprofesi sebagai guru sekolah. Guru sekolah yang datang berasal dari sekolah-sekolah swasta mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Guru tersebut berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng untuk menikmati wisata edukasi yang ada sekaligus menemani siswa- siswinya melakukan field trip atau study tour dalam rangka mengenalkan wisata edukasi kepada siswa-siswinya. Umumnya, para guru tersebut melakukan kunjungan ke Kampoeng Wisata Cinangneng pada saat hari kerja (weekdays). Mayoritas responden yang berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng yang berprofesi sebagai guru sekolah menunjukkan bahwa Kampoeng Wisata Cinangneng merupakan lokasi yang layak untuk melakukan wisata edukasi.

Berikutnya, sejumlah 14 orang atau sebesar 26 persen merupakan responden yang berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa. Mereka berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran, adanya event kampus, hingga mengantarkan mahasiswa dan mahasiswi asing dalam mengenal dan mempelajari kebudayaan tradisional Jawa Barat.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan tingkat pendidikan ini didasarkan pada jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden. Pendidikan rendah untuk mereka yang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/sederajat). Pendidikan sedang untuk mereka yang tamat Diploma

(DI/DII/DIII/Akademi). Pendidikan tinggi untuk mereka yang tamat Perguruan Tinggi (S1/S2/S3). Responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan kategori tingkat pendidikan

Berdasarkan Tabel 6 responden Kampoeng Wisata Cinangneng mayoritas tergolong dalam kategori pendidikan tinggi (tamat S1/S2/Sederajat), yakni sejumlah 34 orang atau sebesar 68 persen. Hal ini karena mayoritas responden merupakan guru sekolah yang telah selesai menempuh pendidikan sarjana. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhan yang harus dipenuhi, termasuk kebutuhan akan rekreasi. Tingkat pendidikan seseorang juga berkaitan dengan nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi (Sumarwan 2011). Selain itu, menurut Ismayanti (2010) latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan preferensi dalam pemilihan kegiatan wisata. Mereka yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan mempunyai variasi pilihan wisata, berminat untuk mendalami segala sesuatu, sangat fleksibel dengan perubahan, bersosialisasi dengan penduduk setempat, serta banyak meminta dan memiliki standar kebutuhan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan salah satu penuturan responden yang berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng.

“…seharusnya pengelola Kampoeng Wisata Cinangneng menyediakan tour guide yang bisa fasih berbahasa Inggris. Tiap kesini jadinya saya harus bawa mahasiswa saya untuk nerjemahin ke turis asing…” (NSR, Perempuan, 23 tahun)

Ragam Tujuan Kunjungan

Ragam tujuan kunjungan adalah variasi tujuan yang mendorong responden mengunjungi Kampoeng Wisata Cinangneng. Ragam tujuan kunjungan terbagi menjadi tiga kategori, yakni rendah (memiliki satu tujuan kunjungan), sedang (memiliki dua tujuan kunjungan), dan tinggi (memiliki tiga tujuan kunjungan). Responden berdasarkan ragam tujuan kunjungan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tamat SMA 11 22

Tamat DI/DII/DIII/Sederajat 5 10

Tamat S1/S2/Sederajat 34 68

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan kategori ragam tujuan kunjungan

Ragam Tujuan Kunjungan Jumlah Persentase (%)

Rendah 29 58

Sedang 18 36

Tinggi 3 6

Total 50 100

Berdasarkan Tabel 7 responden Kampoeng Wisata Cinangneng mayoritas tergolong dalam ragam tujuan kunjungan rendah, yakni sejumlah 29 orang atau sebesar 28 persen. Umumnya, sebagian besar responden yang datang ke Kampoeng Wisata Cinangneng memiliki satu tujuan kunjungan saja, seperti hanya rekreasi saja, belajar/study tour saja, atau lainnya. Hal ini seperti penuturan salah satu responden yang memiliki satu jenis tujuan kunjungan.

“…berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng dalam rangka belajar mengenai kebudayaan tradisional Jawa Barat, utamanya Sunda. Jadi, memang sekolah memiliki program yang mengenalkan anak-anak dengan alam dan lingkungan hidup. Anak-anak jaman sekarang kan nggak pernah tahu darimana asal beras, seperti apa kehidupan di desa. Disinilah tempatnya…” (MK, Laki-laki, 45 tahun)

Selain itu, terdapat pula responden yang datang ke Kampoeng Wisata Cinangneng dengan lebih dari satu tujuan kunjungan, hal tersebut seperti penuturan salah satu responden.

“…kebetulan kesini dalam rangka emang tugas dari kantor saya unttuk bawa mahasiswa asing kesini, sekalian belajar tentang kebudayaan Sunda juga, terus sekalian rekreasi. Udah rutin juga kok kesini…” (NSR, Perempuan, 23 tahun).

Ragam tujuan kunjungan ke Kampoeng Wisata Cinangneng terbagi menjadi tiga kategori, yakni rekreasi, belajar atau study tour, dan lainnya (bisnis, perjalanan insentif, bersosialisasi, mengenalkan kebudayaan tradisional Sunda kepada wisatawan asing). Jenis tujuan kunjungan, seperti bisnis, perjalanan insentif, dan bersosialisasi umumnya dimiliki oleh wisatawan yang memiliki profesi sebagai karyawan atau merupakan anggota perkumpulan suatu organisasi tertentu. Selain melakukan kegiatan yang ditawarkan oleh pihak Kampoeng Wisata Cinangneng, mereka juga mengadakan kegiatan lain yang diadakan oleh rombongan mereka sendiri, seperti acara kebaktian gereja dan acara perayaan ulang tahun. Berikut merupakan jumlah persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng terhadap ragam tujuan kunjungan.

Gambar 5 Persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng terhadap ragam tujuan kunjungan

Jenis Jangkauan Geografis

Jenis jangkauan geografis adalah wilayah atau lokasi yang menjadi tempat tinggal responden. Jenis jangkauan geografis terbagi menjadi tiga kategori, yaitu wilayah Bogor, wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, dan luar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Responden berdasarkan jenis jangkauan geografis dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan jenis jangkauan geografis

Jenis Jangkauan Geografis Jumlah Persentase (%)

Wilayah Bogor 11 22

Wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi 35 70

Luar wilayah Jabodetabek 4 8

Total 50 100

Berdasarkan Tabel 8 responden Kampoeng Wisata Cinangneng sejumlah 35 orang atau sebesar 70 persen mayoritas berasal dari wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Hal ini disebabkan oleh letak Kampoeng Wisata Cinangneng di Kabupaten Bogor yang cukup strategis sehingga dapat dijangkau oleh responden yang berasal dari wilayah sekitarnya, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sejumlah 11 orang atau 22 persen responden berasal dari wilayah Bogor, seperti Ciampea, Cibanteng, dan Dramaga. Hal ini disebabkan oleh letak papan reklame Kampoeng Wisata Cinangneng yang dapat dilihat oleh responden yang tinggal di wilayah tersebut sehingga membuat mereka ingin berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng. Kemudian, sejumlah 4 orang atau 8 persen responden berasal dari luar wilayah Jabodetabek, seperti Bandung dan Karawang. Menurut penuturan responden tersebut, di wilayah asal mereka tidak

terdapat obyek wisata serupa Kampoeng Wisata Cinangneng sehingga mereka memilih Kampoeng Wisata Cinangneng sebagai tempat tujuan mereka untuk melakukan kunjungan wisata. Menurut Ismayanti (2010) daerah asal wisatawan merupakan aspek penting dalam memahami karakteristik wisatawan karena hal tersebut berkaitan dengan kebudayaan, nilai, sikap, kepercayaan, dan sistem. Morissan (2010) juga mengemukakan bahwa kebiasaan konsumen, dalam hal ini wisatawan, berbeda-beda yang dipengaruhi oleh lokasi di mana mereka tinggal.

Keterdedahan Media Komunikasi Pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng

Keterdedahan media komunikasi pemasaran merupakan intensitas khalayak dalam menerima atau mengakses informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui media komunikasi pemasaran. Keterdedahan media komunikasi pemasaran terdiri atas ragam media sumber informasi dan frekuensi penerimaan pesan.

Ragam Media Sumber Informasi

Ragam media sumber informasi adalah variasi jenis media yang digunakan oleh responden sebagai sumber informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng. Kategori ragam media sumber informasi terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan ragam media sumber informasi

Ragam Media Sumber Informasi Jumlah Persentase (%)

Rendah 22 44

Sedang 24 48

Tinggi 4 8

Total 50 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa ragam media komunikasi pemasaran yang digunakan responden sebagai sumber informasi Kampoeng Wisata Cinangneng berada dalam kategori sedang, yakni sejumlah 24 orang atau sebesar 48 persen. Hal ini disebabkan oleh responden masih kurang mengetahui ragam media komunikasi pemasaran yang digunakan pengelola dalam menyampaikan informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng. Umumnya, responden dalam kategori sedang hanya menggunakan atau mengakses informasi melalui dua jenis media saja. Selain itu, responden mendapatkan informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng bukan dari media komunikasi pemasaran yang disediakan oleh pengelola melainkan dari cerita orang lain (word of mouth) baik dari rekan atau kerabat dekat sehingga informasi yang didapat kurang lengkap dan kurang update. Ragam media yang digunakan sebagai media komunikasi pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng terbagi menjadi lima kategori, yaitu media internet

(website), media personal (leaflet), media massa (media cetak dan media elektronik), media luar ruang (papan reklame), dan media word of mouth.

Gambar 6 Persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng terhadap ragam media sumber informasi

Gambar 6 menunjukkan bahwa jenis media yang digunakan oleh responden sebagai sumber informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng adalah media word of mouth. Word of mouth merupakan kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh wisatawan yang pernah berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng atau wisatawan yang pernah mendapatkan informasi melalui beragam media komunikasi pemasaran kemudian menyebarkan informasi yang didapat kepada orang lain. Prisgunanto (2014) menyatakan bahwa media komunikasi pemasaran dalam bentuk word of mouth sulit untuk diukur dan sulit diketahui apa saja informasi yang mereka dapatkan. Hal ini karena sebagian besar mereka hanya mendengarkan sehingga sulit untuk dicari sumbernya dan sulit untuk dibuktikan kebenarannya. Perkembangannya pun menjadi lambat karena mereka mendapatkan informasi yang kurang update. Kampoeng Wisata Cinangneng cukup terkenal di mata wisatawan melalui cerita keluarga atau kerabat dekat mereka yang memberi tahu mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng dengan fasilitas dan kegiatan yang menjadi daya tarik obyek tersebut. Ini terbukti dari jumlah persentase sebesar 38 persen responden mendapatkan informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui cerita dari rekan atau kerabat dekat mereka.

Hal ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa media word of mouth merupakan media komunikasi pemasaran yang efektif diantara media komunikasi pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng lainnya. Beberapa responden menuturkan bahwa media word of mouth menjadi media yang disukai bagi responden karena mereka menjadi tertarik dan ingin mengunjungi Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan pengalaman dan cerita dari rekan atau kerabat mereka yang sebelumnya pernah berkunjung.

…saya pertama kali tahu informasi tentang Kampoeng Wisata Cinangneng

dari senior saya yang udah lebih dulu pernah dateng kesini, saya dikasih

tau, katanya tempatnya bagus…” (MM, Perempuan, 42 tahun)

Pada urutan kedua, sebesar 35 persen responden menggunakan media internet sebagai sumber informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng. Internet merupakan jaringan global yang dapat menjadi media promosi efektif serta sebagai alat bantu pemasaran yang tangguh (Morissan 2010). Sebagian besar perusahaan, tak terkecuali Kampoeng Wisata Cinangneng telah memiliki situs web atau website sebagai media komunikasi pemasaran. Hal ini dimanfaatkan oleh pengelola agar dapat mempromosikan produknya kepada khalayak. Internet merupakan media yang paling tepat untuk menyampaikan informasi secara lengkap kepada khalayak (Morissan 2010).

Menurut beberapa responden website merupakan media yang disukai karena mudah untuk diakses kapan dan dimana saja, kalimat-kalimat yang mengandung persuasi, tidak saja sekedar informasi yang lengkap, jelas, dan mudah dipahami tetapi juga didukung dengan tampilan grafis, seperti foto dan gambar yang menarik. Website pada dasarnya tidak saja berfungsi sebagai media komunikasi yang memungkinkan perusahaan menyediakan informasi, mempengaruhi sikap, dan menciptakan kesadaran (awareness) kepada perusahaan dan produknya. Morissan (2010) mengemukakan bahwa terdapat keuntungan lain dari website, yaitu: pelanggan atau calon pelanggan akan dapat dengan mudah menentukan lokasi usaha atau nomor telepon perusahaan; penyampaian informasi yang cepat dan praktis mengenai suatu produk; mengurangi jumlah tenaga pemasaran karena staf penjualan tidak perlu harus membuat janji dengan calon pelanggan sekadar untuk menjelaskan produk; dan membangun hubungan dengan pelanggan melalui program seperti penawaran khusus, kuis, dan kontes secara online. Tidak hanya melalui website, sumber informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng didapat pula oleh responden melalui sebuah blog perjalanan.

…saya pertama kali googling dan nemunya dari situs

www.liburananak.com kalo nggak salah deh, terus saya coba cari informasi

lengkapnya di website Kampoeng Wisata Cinangneng…” (VP, Perempuan,

36 tahun)

Pada urutan ketiga, sebesar 13 persen responden menerima informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui media massa. Media massa yang umumnya digunakan oleh responden adalah media cetak melalui artikel di majalah dan program di stasiun televisi. Menurut pengelola Kampoeng Wisata Cinangneng pelaksanaan komunikasi pemasaran melalui media massa hanya berupa publisitas. Jumlah persentase tersebut termasuk lebih kecil dibandingkan dengan media word of mouth dan media internet. Menurut Prisgunanto (2014) hal tersebut disebabkan bahwa komunikasi pemasaran melalui media massa mainstream hanya memberi efek prososial yang sifatnya hanya menginformasikan sekilas saja. Efek yang ditimbulkan dari media massa hanya sepintas dan terkadang melenceng dari pesan yang dirancang dan dimaksud oleh produsen. Selain itu, pesan yang disampaikan melalui media massa hanya mencapai aspek kognisi (pengetahuan) saja. Pemahaman kognitif berkaitan hanya memahami

pengenalan di taraf mengetahui saja, bukan sepenuhnya terpengaruh dan mau melakukan apa yang disebutkan. Umumnya, responden yang menerima dan mengetahui informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui media massa cenderung mencari informasi lebih lanjut melalui website Kampoeng Wisata Cinangneng.

“…saya pertama kali tahu dari program berita yang sore-sore di RCTI itu mbak, begitu liat ternyata penasaran pengen tahu lebih lengkap infonya, terus saya langsung cari di websitenya kan di websitenya lebih lengkap…” (FS, Perempuan, 26 tahun)

Berikutnya, sebesar 8 persen responden menggunakan media luar ruang, yaitu papan reklame sebagai sumber informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng. Umumnya, responden yang menerima informasi melalui papan reklame adalah mereka yang berasal dari wilayah Bogor, seperti Ciampea, Cibanteng, dan Dramaga serta terdedah dengan papan reklame Kampoeng Wisata Cinangneng. Hal tersebut karena papan reklame hanya terletak di dua tempat, yakni di Jalan Raya Cibanteng dan di lokasi Kampoeng Wisata Cinangneng sehingga umumnya yang terdedah dengan media luar ruang adalah wisatawan yang tinggal tidak jauh dari lokasi Kampoeng Wisata Cinangneng. Oleh karena itu, penyampaian komunikasi pemasaran melalui media luar ruang, seperti papan reklame, spanduk, dan lainnya sebaiknya ditambahkan di kawasan Kota dan Kabupaten Bogor tidak sebatas di wilayah dekat lokasi Kampoeng Wisata Cinangneng saja.

…saya tahu informasi tentang Kampoeng Wisata Cinangneng dari papan

reklame yang di depan itu mbak, kebetulan pas lagi lewat. Terus saya

langsung aja cari tahu datang kesini…” (HI, Perempuan, 39 tahun)

Kemudian, sebesar 6 persen responden menerima informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui media personal berupa leaflet. Hal tersebut karena leaflet Kampoeng Wisata Cinangneng bersifat terbatas, hanya diberikan kepada calon wisatawan yang datang berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng, serta dibagikan pada acara-acara tertentu saja sehingga tidak banyak jumlah wisatawan yang mendapatkan leaflet tersebut. Bahkan, tidak jarang pula terdapat responden yang belum mengetahui bentuk leaflet Kampoeng Wisata Cinangneng. Oleh karena itu, penyampaian komunikasi pemasaran melalui media personal, seperti leaflet sebaiknya dilakukan dengan menyebarkan atau membagikan kepada mitra dari Kampoeng Wisata Cinangneng, seperti kelompok atau organisasi, sekolah, dan perusahaan.

“…belum pernah liat sih, emang ada ya leafletnya? Harusnya sih kalo ada bisa dibagiin ke mitra-mitranya, padahal kan bisa saya sebar ke temen- temen di kantor…” (NSR, Perempuan, 23 tahun)

Frekuensi Penerimaan Pesan

Frekuensi penerimaan pesan adalah banyaknya atau seberapa sering responden dalam menerima atau mengakses informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui beragam media komunikasi pemasaran dalam kurun waktu satu tahun. Kategori frekuensi penerimaan terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden Kampoeng Wisata Cinangneng berdasarkan frekuensi penerimaan pesan

Frekuensi Penerimaan Pesan Jumlah Persentase (%)

Rendah 21 42

Sedang 16 32

Tinggi 13 26

Total 50 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa frekuensi penerimaan pesan responden Kampoeng Wisata Cinangneng berada dalam kategori rendah, yakni sejumlah 21 orang atau 42 persen. Hal ini disebabkan oleh penyampaian informasi yang dilakukan oleh pihak Kampoeng Wisata Cinangneng melalui media komunikasi pemasaran belum dilakukan secara rutin dan belum aktif dalam menyampaikan informasi sehingga mengakibatkan beberapa responden belum mengetahui informasi lengkap mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng. Pengelola Kampoeng Wisata Cinangneng hanya rutin melakukan kegiatan komunikasi pemasaran melalui website, leaflet, dan papan reklame sehingga menyebabkan sempitnya jangkauan penyampaian informasi yang dilakukan oleh pengelola mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng. Sempitnya jangkauan penyampaian informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui beragam media komunikasi juga disebabkan oleh minimnya biaya yang tersedia.

Frekuensi penerimaan pesan termasuk dalam kategori rendah juga disebabkan oleh wisatawan yang mengaku kerap mendapatkan informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng melalui cerita dari rekan atau kerabat mereka (word of mouth) yang telah lebih dulu berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng. Selain itu, terdapat beberapa responden yang telah mengetahui media komunikasi pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng dan telah berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng lebih dari satu kali tetapi dalam mengakses informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng mereka termasuk dalam kategori rendah. Walaupun mereka menerima atau mengakses media komunikasi pemasaran hanya sekali atau dua kali, mereka sudah merasa tertarik dengan informasi yang disampaikan sehingga mereka terbujuk untuk melakukan kunjungan ke Kampoeng Wisata Cinangneng bahkan lebih dari sekali. Oleh karena itu, penyampaian informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng sebaiknya dilakukan secara rutin agar penerima informasi lebih dapat mengingat informasi mengenai Kampoeng Wisata Cinangneng sehinggga penerima informasi lebih tertarik untuk berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng.

EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN