• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak Ada Kartel Karena Faktanya Terdapat Banyak Pilihan Obat Sehingga Pembeli Obat Mempunyai Daya

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2010 (Halaman 131-136)

Homogeneity of Variance Test for C

I NDIKATOR INDIKATOR K ARTEL Y ANG D INYATAKAN T IM P EMERIKSA DALAM LHPL A DALAH T IDAK T ERBUKTI ;

29 DILSO SHO 79 VASONER HRS

34.5.2.4 Tidak Ada Kartel Karena Faktanya Terdapat Banyak Pilihan Obat Sehingga Pembeli Obat Mempunyai Daya

Tawar yang Kuat;--- 34.5.2.4.1 Tim Pemeriksa dalam LHPL halaman 68

menyatakan bahwa kartel tidak akan berjalan secara efektif dan bahkan tidak akan terjadi apabila pembeli mempunyai daya tawar yang kuat;--- 34.5.2.4.2 Pembeli akan mempunyai daya tawar yang kuat

apabila terdapat banyak pilihan atau alternatif produk yang dapat dibeli pada pasar bersangkutan. Sebaliknya, pembeli cenderung kurang mempunyai daya tawar yang kuat apabila dalam pasar bersangkutan tersebut tidak ada alternatif atau pilihan produk (pasar monopoli);--- 34.5.2.4.3 Oleh karena itu, pembeli dalam perkara ini jelas mempunyai daya tawar yang kuat karena terdapat banyak pilihan obat yang dapat dibeli oleh pembeli obat atau yang dapat diresepkan oleh dokter. Sesuai yang telah kami jelaskan, terdapat 85 merek obat yang berada dalam pasar bersangkutan yang dapat dipilih oleh pasien atau dokter untuk mengobati penyakit hipertensi;--- 34.5.2.4.4 Dengan banyaknya alternatif atau pilihan tersebut, dengan mudah pembeli akan berpindah kepada produk pesaing lain apabila kualitas dan harga produk yang ditawarkan oleh Terlapor I/Pfizer Indonesia tidak sesuai dengan kehendak dari pembeli tersebut;--- 34.5.2.4.5 Hal ini pun didukung data dari IMS yang

memperlihatkan bahwa penjualan obat generik cukup tinggi dibandingkan dengan branded generik terlebih lagi dengan originator sebagaimana kami kutip sebagai berikut:---

34.5.2.4.6 Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa tidak ada kartel dalam perkara ini karena faktanya kedudukan atau daya tawar pembeli relatif tinggi;---- 34.5.2.5 Tidak Ada Kartel Karena PT Anugrah Argon Medika Bukan Agen Dari Terlapor I/Pfizer Indonesia Dan Terlapor II/Dexa Medica;--- 34.5.2.5.1 Berdasarkan teori Tim Pemeriksa, adanya agen penjualan yang sama akan memfasilitasi berdirinya kartel. Tim Pemeriksa menuduh bahwa PT. Anugrah Argon Medica (AAM) merupakan agen penjualan bersama Terlapor I/Pfizer Indonesia dengan Terlapor II/Dexa Medica;--- 34.5.2.5.2 Tuduhan tersebut tidak benar dan tidak berdasar karena PT. Anugrah Argon Medica sama sekali bukan agen penjualan Terlapor I/Pfizer Indonesia dan Terlapor II/Dexa Medica. Hal ini terbukti berdasarkan Pasal 11 ayat 1 Distribution Agreement tahun 1996 sebagaimana kami kutip sebagai berikut: “Nothing in this Agreement shall be construed to constitute the Distributor the agent of the Principal for the purpose of binding the Principal as principal to any representation, commitment or agreement made by the Distributor, in connection with the promotion, sales or distribution of the Products and the Distributor shall incur no expenses for the account of the Principal, without the prior written approval of the Principal. ”

halaman 133 dari 256

Terjemahan resminya adalah sebagai berikut:

“Tidak ada suatu ketentuan apapun dalam Perjanjian ini yang dapat ditafsirkan bahwa Distributor adalah agen dari Prinsipal untuk keperluan yang mengikat Prinsipal sebagai prinsipal terhadap perwakilan, komitmen atau perjanjian yang dibuat oleh Distributor, dalam kaitannya dengan promosi, penjualan dan distribusi Produk, dan Distributor tidak akan mengeluarkan biaya apapun atas tanggungan Prinsipal, tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari Prinsipal.”

Berdasarkan penjelasan di atas terbukti tidak ada kartel dalam perkara ini karena AAM bukan agen bersama dari Terlapor I/Pfizer Indonesia dan Terlapor II/Dexa Medica;--- 34.5.2.6 Tidak Ada Kartel Karena faktanya Tidak Ada Pertukaran

Informasi;--- 34.5.2.6.1 Tim Pemeriksa dalam LHPL menyatakan bahwa

pertukaran informasi merupakan indikator adanya kartel. Tim Pemeriksa selanjutnya menuduh Terlapor I/Pfizer Indonesia dan Terlapor II/Dexa Medica melakukan kartel karena terdapat pertukaran informasi yang difasilitasi oleh PT. Anugrah Argon Medica;--- 34.5.2.6.2 Tuduhan Tim Pemeriksa tersebut adalah tidak

berdasar karena Terlapor I/Pfizer Indonesia tidak pernah melakukan pertukaran informasi (baik secara langsung atau pun melalui AAM) mengenai kegiatan produksi dan pemasaran Norvask dan Tensivask dengan Terlapor II/Dexa Medica;--- 34.5.2.6.3 Selain itu, AAM sebagai Distributor juga tidak melakukan pertukaran informasi karena berdasarkan Distribution Agreement, AAM mempunyai kewajiban untuk menjaga kerahasiaan mengenai produk yang dipasarkan AAM. Pasal 13.3 dari Distribution Agreement tahun 1996 menyatakan:----

“The Distributor hereby agrees to protect all secret information relating to the Products against competitor’s interest either directly or indirectly arising.”

Terjemahan resminya adalah sebagai berikut:

“Distributor dengan ini sepakat untuk melindungi semua informasi rahasia yang terkait dengan Produk terhadap kepentingan pesaing yang muncul secara langsung maupun tidak langsung.”;--- 34.5.2.6.4 Berdasarkan penjelasan di atas sudah seharusnya

Terlapor I/Pfizer Indonesia dinyatakan tidak melanggar Pasal 5 dan 11 UU Persaingan Usaha dalam perkara ini;--- 34.6 TERLAPOR I/PFIZER INDONESIA TIDAK MELANGGAR PASAL 16 UU PERSAINGAN USAHA;--- 34.6.1 Tim Pemeriksa dalam LHPL pada halaman 60 menyatakan bahwa

Terlapor I/Pfizer Indonesia melanggar Pasal 16 UU Persaingan Usaha berkaitan dengan adanya Supply Agreement. Pernyataan Tim Pemeriksa ini adalah salah dan tidak berdasar;--- 34.6.2 Pasal 16 UU Persaingan Usaha menyatakan:--- “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”;--- 34.6.3 Berdasarkan ketentuan di atas terdapat beberapa unsur yang harus dibuktikan dalam menentukan adanya pelanggaran terhadap Pasal 16 UU Persaingan Usaha, yaitu:--- 34.6.3.1 Perjanjian antara pelaku usaha dengan pihak lain di luar negeri;-- 34.6.3.2 Mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat;--- Unsur-unsur di atas bersifat kumulatif (bukan alternatif). Dengan demikian, tidak terpenuhinya salah satu unsur mengakibatkan tuduhan pelanggaran terhadap Pasal 16 UU Persaingan Usaha menjadi tidak terbukti ;--- 34.6.4 Unsur Adanya Perjanjian Dengan Pihak Lain Di Luar Negeri Tidak Terbukti ;--- 34.6.4.1 Tim Pemeriksa dalam LHPL halaman 60 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian dalam perkara ini adalah

halaman 135 dari 256

Supply Agreement antara Pfizer Overseas LLC dan Terlapor II/Dexa Medica ;--- 34.6.4.2 Terlapor I/Pfizer Indonesia bukan merupakan pihak dalam

Supply Agreement sebab para pihak dalam perjanjian tersebut adalah Pfizer Overseas LLC dengan Terlapor II/Dexa Medica. Hal ini secara lengkap kami jelaskan pada halaman sebelumnya dalam Pembelaan ini ;--- 34.6.4.3 Terlapor I/Pfizer Indonesia juga tidak dapat dianggap sebagai

pihak dalam perjanjian tersebut. Terlapor I/Pfizer Indonesia BUKAN bagian dari teori KPPU tentang satu kesatuan ekonomi (single economic entity) dengan Pfizer Overseas Inc dan/atau Pfizer Overseas LLC. Hal ini karena: (i) secara hukum tidak ada dasar hukum single economic entity dalam ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia; dan (ii) secara faktual Terlapor I/Pfizer Indonesia merupakan entitas hukum yang terpisah dan mandiri dari Pfizer Overseas Inc maupun Pfizer Overseas LLC ;--- Adanya hubungan kepemilikan saham secara tidak langsung BUKAN bukti sebagai satu kesatuan ekonomi karena masing- masing pihak mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Dalam hal ini, Terlapor I/Pfizer Indonesia sama sekali tidak mempunyai hak dan kewajiban apapun dalam Supply Agreement sebab Terlapor I/Pfizer Indonesia bukan pihak dalam perjanjian tersebut. Supply Agreement sepenuhnya merupakan persoalan antara Pfizer Overseas LLC dengan Terlapor II/Dexa Medica ;--- 34.6.4.4 Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa unsur ”adanya

perjanjian dengan pihak lain di luar negeri” adalah tidak terbukti ;--- 34.6.5 Unsur Mengakibatkan Praktik Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat Tidak Terbukti ;--- 34.6.5.1 Terlapor I/Pfizer Indonesia tidak pernah melakukan praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Hal ini secara lengkap kami jelaskan sebelumnya dalam Pembelaan ini ;--- 34.6.5.2 Tim Pemeriksa dalam LHPL juga telah salah menafsirkan ketentuan-ketentuan dalam Supply Agreement sebab Supply

Agreement bukan bukti pelanggaran terhadap UU Persaingan Usaha. Secara lengkap hal ini telah kami jelaskan sebelumnya dalam Pembelaan ini. Dengan demikian, Supply Agreement tidak mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat apapun ;--- 34.6.5.3 Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa unsur-unsur Pasal 16 UU Persaingan Usaha TIDAK TERPENUHI/TIDAK TERBUKTI sehingga sudah seharusnya Majelis Komisi menyatakan bahwa Terlapor I/Pfizer Indonesia tidak melanggar Pasal 16 UU Persaingan Usaha ;--- 34.7 TENTANGTUDUHANPENYALAHGUNAANPOSISIDOMINAN;--- 34.7.1 LHPL SALAH KARENA TERLAPOR I/PFIZER INDONESIA TIDAK

MELANGGAR PASAL 25AYAT (1)HURUF (A)UUPERSAINGAN USAHA;---

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2010 (Halaman 131-136)