• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAUL F. KNITTER

B. Karya-Karyanya

Karya-karya intelektual Knitter yang berupa buku kurang lebih berjumlah 15 buah, sedangkan yang berbentuk artikel berjumlah sekitar 5311

Selain itu, No Other Name? A Critical Survey of Christian Attitudes

toward World Religions (1985) juga termasuk karya monumentalnya, merupakan

survey kritis mengenai sikap Kristen terhadap agama-agama lain. Buku ini ditulis setelah Knitter merasa perlu dan harus melampaui inklusivisme Rahner dan Küng. . Karya-karya intelektual Paul F. Knitter yang terpenting terutama yang berkaitan dengan pluralisme dan dialog antar-agama adalah, Towards a Protestant Theology of

Religions (1974), merupakan karya pertama Knitter yang berupa disertasi

mengenai teologi agama-agama dalam sudut pandang Protestan. Hal ini menjadikannya sebagai orang Katolik pertama yang mendapatkan gelar Doktor Teologi dari Departement of Protestant Theology dari University of Marburg.

Ada pun The Myth of Christian Uniqueness: Toward a Pluralistic

Theology of Religions (1987), merupakan kumpulan tulisan mengenai tinjauan

para teolog terhadap pluralisme. Buku ini diedit oleh Kintter dan John Hick, ia

10

Paul F. Knitter, artikel diakses pada 03 Juni 2010 dari

11

Untuk lebih jelas, lih Paul F. Knitter, dalam Union Theological Seminary of New York

sendiri menulis dalam buku tersebut sebuah judul, yaitu “Toward Liberation of Religions” yang merupakan konsep awal teologi korelasional dan bertanggung jawab global, perpaduan antara teologi agama-agama dengan teologi pembebasan.

Pada 1990, Knitter menulis sebuah buku yang berjudul Buddhist Emptiness and Christian Trinity Essays and Explorations (1990). Buku tersebut merupakan editan Knitter bersama Roger Corless. Pada tahun yang sama ia bersama John B. Cobb, Jr., Monika Hellwig, dan Leonard Swidler menulis buku yang berjudul Death or Dialogue: From the Age of Monologue to the Age of Dialogue (1990), yang berisi tentang perkembangan dan pentingnya dialog antar-agama. Selain itu, ia juga menulis mengenai pluralisme dan tantangan terhadap teologi agama-agama yang dikarang oleh beberapa teolog dengan judul Pluralism and Oppression: Theology in World Perspective (1990) diedit oleh Knitter pada tahun yang sama.

Buku Knitter yang cukup populer, diterbitkan dalam berbagai bahasa, salah satunya berbahasa Indonesia adalah One Earth Many Religions: Multifaith Dialogue and Global Responsibility (1995). Buku tersebut diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia pada 2008 dengan judul Satu Bumi Banyak Agama: Dialog

Multi-Agama dan Tanggung Jawab Global. Buku ini berisi mengenai hubungan antar

agama yang tidak hanya pada tataran intelektual dan spiritual, akan tetapi berbagai agama yang berbeda bersama-sama menaggapi penderitaan eko-manisiawi dalam praksis pembebasan, dimulai dengan dialog yang korelasional.

Selanjutnya Jesus and the Other Names: Christian Mission and Global Responsibility (1996), merupakan tantangan kristologi Kristen mengenai misi dan

respon Gereja/Kristen terhadap dunia global. Buku ini merupakan kelanjutan dari

One Earth Many Religions dan lebih menitikberatkan pada masalah kristologi. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Menggugat Arogansi Kekeristenan oleh penerbit Kanisius, 2005.

Setahun kemudian, Leonard Swidler dan Paul Mojzesmenjadi editor buku

The Uniqueness of Jesus: A Dialogue with Paul Knitter (1997), buku ini berisi tentang lima Thesis Knitter terhadap keunikan Yesus beserta tanggapan dari para teolog. Pada 2005, Knitter mengedit buku mengenai eksplorasi antar-agama dengan dengan judul The Myth of Religious Superiority.

Karya terakhir Knitter sebelum ia mengeluarkan buku Without Buddha I Could Not Be A Christian: A Personal Journey of Passing Over and Passing Back

pada awal 2009 adalah Introducing Theologies of Religions (2002). Buku tersebut merupakan revisi dari No Other Name? A Critical Survey of Christian Attitudes toward World Religions (1985), berupa deskripsi mengenai model sikap Kristen terhadap agama-agama lain dengan tambahan satu model baru yang disebut model pemenuhan (teologi korelasional).

42

BAB IV

TEOLOGI KORELASIONAL DAN TANGGUNG JAWAB GLOBAL

Pada bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana pergeseran paradigma teologi Knitter, diawali dengan paradigma eksklusif dengan perspektif kristologi eklesiosentris ketika ia bergabung dengan SDV, kemudian inklusif-kristosentris, dan akhirnya pluralis yang teosentris saat pengaruh mereka yang berkeyakinan lain dan mereka yang menderita semakin kuat. Namun menurut Knitter, pergeseran tersebut belum memadai dan harus dilanjutkan.

Knitter telah menggabungkan dua teologi yang berbeda, teologi agama-agama dan teologi pembebasan, yang disebut sebagai teologi korelasional dan tanggung jawab global. Hal ini membuat Harvey Cox memberikan apresiasi penuh terhadap langkah Knitter dalam menyatukan teologi yang tampak berbeda tersebut, bahwa

keprihatinan terhadap mereka yang menderita (Suffering Others) dan terhadap

mereka yang berkeyakinan lain (religious Others) merupakan keprihatinan bersama,

keduanya saling membutuhkan dan akan timpang dan tidak efektif jika salah satunya

ditiadakan.1

Alasan Knitter menggabungkan teologi agama-agama dengan teologi

pembebasan adalah pertama, agama berperan penting dalam menghasilkan

1

Harvey Cox dalam “Pengantar”, Paul F. Knitter, Menggugat Arogansi Kekeristenan, terj. M. Purwatman (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 14-15.

transformasi sosial dan politik. Pembebasan ekonomi, politik, dan sosial merupakan tugas yang sangat berat bagi satu bangsa, budaya, maupun agama. oleh karena itu, gerakan pembebasan membutuhkan bukan hanya satu agama, tetapi berbagai agama dalam suatu kerja sama lintas budaya, antar agama dalam praksis pembebasan.

Kedua, dialog antar agama tidak hanya terjadi di tataran teologis. Namun juga mengharapkan aksi berbagai agama terhadap penderitaan yang dialami manusia, seperti kemiskinan dan ketidakadilan, serta terhadap penderitaan bumi yang

diakibatkan oleh ulah manusia sendiri2

Adapun unsur-unsur penting dalam teologi korelasional dan

bertanggungjawab secara global yang penulis bahas adalah pemahaman tentang agama-agama lain, pemahaman tentang kesetiaan kepada Kristus dan titik temu (konvergensi) agama-agama, kesemuanya itu berujung atau tertuju pada dialog antar-agama dan tanggung jawab global.

.

Dokumen terkait