• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

Bagan 6. 1 Tipe Kasus, Proses, dan Model

No Kasus Proses atau

162 digunakan oleh Program Keluarga Harapan (PKH) untuk memberikan pelayanan dan penanganan kasus yang dialami oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) khususnya di wilayah Jakarta Timur, dengan menekankan pada upaya koordinasi yang dilakukan kepada banyak pihak penyedia layanan.

Seperti pada bagan di atas, bahwa ketiga kasus di dalam penelitian ini telah melaksanakan rangkaian dari proses atau tahapan pekerjaan sosial, dan juga termasuk ke dalam model yang terdapat di dalam manajemen kasus.

Selain proses, komponen pendukung pada manajemen kasus adalah sistem. Sistem menjadi pelengkap bagi tahapan pekerjaan sosial yang dijalankan, sehingga pelayanan yang diberikan akan berjalan lebih maksimal. Di dalam sistem,

163 terdapat sub aspek berupa dasar hukum dan standar pelayanan, SDM dan supervisi, dan Keluarga Penerima Manfaat. Dari ketiga komponen tersebut, terlihat bahwa semua aspek memainkan perannya untuk mendukung tahapan dari proses manajemen kasus. Sehingga menjadi dasar dan aturan dalam menerapkan praktik pekerjaan sosial baik untuk melindungi, mendampingi, dan memberikan pelayanan terbaik bagi KPM PKH.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil pada penelitian skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan saran kepada pihak-pihak terkait mengenai manajemen kasus pada PKH di Wilayah Jakarta Timur, antara lain:

1. Untuk Direktorat Jaminan Sosial Keluarga (Dit. JSK) a. Sebagai pelaksana dari Program Keluarga Sosial,

diharapkan Dit. JSK menyusun suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) khusus manajemen kasus pada PKH terkait pelayanan dan form yang dibutuhkan;

b. Mampu menyelenggarakan kegiatan berupa pelatihan manajemen kasus terkhusus bagi para pendamping sosial PKH; dan

c. Diharapkan dapat menambah jumlah SDM PKH, sehingga dapat lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kepada para KPM yang berjumlah hingga puluhan ribu di wilayah Jakarta Timur.

164 2. Untuk Koordinator Kota, Supervisor, dan Pendamping

Sosial

a. Mengusulkan kepada Dinas Sosial Jakarta Timur dan Dit. JSK terkait dengan format laporan yang digunakan pada saat proses atau tahapan dalam manajemen kasus;

b. Mempergunakan instrument asesmen pada saat penggalian masalah bersama dengan KPM agar lebih tepat dalam merencanakan intervensi; dan

c. Ketika dihadapkan dengan jumlah KPM yang lebih banyak, maka diharapkan SDM PKH mampu mengembangkan keterampilan kepemimpinan agar memaksimalkan kinerjanya pada saat melakukan kegiatan pertemuan.

165 DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. R. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Agusta, Ivanovich. 2003. “Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Kualitatif.” Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Litbang Pertanian, Bogor, 10.

Barker, R. L. 1995. The Social Work Dictionary. Washington DC:

NASW Press.

Barlian, Eri. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Padang: Sukabina Press.

Cheng, Tyrone, Celia Lo, and Bethany G Womack. 2019.

“Working Alliances Promote Desirable Outcomes: A Study of Case Management in the State of Alabama in the USA.” British Journal of Social Work, 148.

databoks.katadata.co.id. 2020, 2020.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/08/23/ber apa-jumlah-penerima-bantuan-program-keluarga-harapan.

DFID. 2005. Social Transfer and Chronic Poverty: Emerging Evidence and the Challenge Ahead. London: DFID Practice Paper.

166 Dinata, Rendiansyah Putra, and Bambang Shergi Laksmono. 2018.

“Case Management for Child in Conflict With Law.”

ASEAN Social Work Journal 6, No. 1: 73.

Ferreira, F. H. G, and D Robalino. 2010. Social Protection in Latin America Achievement and Limitations. Amerika Latin: The World Bank Policy Research Working Papers 5305.

Halim, Akbar. 2010. Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak. Jakarta: Direktorat Pelayanan Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial.

Haryanto. 2009. DIKTAT BAHAN KULIAH REHABILITASI DAN PEKERJAAN SOSIAL. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Husmiati. 2012. “Asesmen Dalam Pekerjaan Sosial: Relevansi Dengan Praktek Dan Penelitian.” Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kemensos RI 17, No.

03: 177.

Jones, Richard N. 2011. Teori Dan Praktik Konseling Dan Terapi.

4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kadushin, Alfred. 1976. “Social Work Supervision.” Sage Publication.

Kementerian Sosial RI. 2014. “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia.” In , 90. Bandung: Balai Besar

167 Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS).

Kirst-Ashman, Karen K, and Jr. Grafton H. Hull. 2010.

Understanding Generalist Practice. 6. United States of America: Brooks Cole Cengage Learning.

Malcolm, Payne. 2005. Modern Social Work Theory. 3. Palgrave Macmillan.

Maryami, Ami, Fajar Suryaman, Rendiansyah Putra Dinata, and Tata Sudrajat. 2018. Modul Pelatihan Manajemen Kasus Pekerja Sosial Dan Pendamping. Jakarta: Yayasan Sayangi Tunas Cilik Partner of Save The Children.

Moleong, Lexy J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nainggolan, Togiaratua. 2012. Program Keluarga Harapan Di Indonesia: Dampak Pada Rumah Tangga Sangat Miskin Di Tujuh Provinsi. Jakarta: P3KS Press (Anggota IKAPI).

Nilamsari, Natalina. 2014. “Memahami Studi Dokumentasi Dalam Penelitian Kualitatif.” Wacana XIII, No. 2: 181.

O’Connor. 1990. “A Social Work Practice Model of Case Management: The Case Management Grid.” Oxford University Press, 444.

Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH). 2011.

Jakarta: Kementerian Sosial RI.

168 Rapp, R. C, W Van Den Noortgate, E Broekaert, and W Vanderplasschen. 2014. “The Efficacy of Case Management With Persons Who Have Substance Abuse Problems: A Three-Level Meta-Analysis of Outcomes.”

Journal of Consulting and Clinical Psychology, 605–18.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Scott, Z. 2012. Topic Guide on Social Protection. Birmingham:

Governance and Social Development Resource Center.

Simmel, Cassandra. 2014. “Case Management Toolkit: A User’s Guide for Strengthening Case Management Services in Child Welfare.” USAID, 14.

Sudaryono. 2018. Metodologi Penelitian. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R

& D. Bandung: ALFABETA, CV.

Suharto, Edi. 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.

Bandung: ALFABETA, CV.

Supriyanto, Raditia Wahyu, Elsa Ryan Ramdhani, and Eldi Rahmadan. 2014. Perlindungan Sosial Di Indonesia:

Tantangan Dan Arah Ke Depan. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat, Kementerian PPN/Bappenas.

169 Tristanto, Aris. 2020. puspensos.kemsos.go.id, 2020.

http://puspensos.kemsos.go.id/en/Publikasi/topic/609.

Van Ginneken, W. 1999. Social Security for the Excluded Majority: Case Studies of Development Countries. Geneva:

ILO.

Walsh, Joseph, and Valerie Holton. 2008. Comprehensive Handbook of Social Work and Social Welfare, Social Work Practice. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc, Hoboken.

Zaelani. 2012. “Komitmen Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional.” Journal Legislasi Indonesia 9, No. 2: 192.

LAMPIRAN Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Koordinator Kota

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Gedung SKKT Malaka Jaya Hari, Tanggal : Senin, 11 Mei 2020

Waktu Wawancara : 13.30 WIB B. Identitas Informan

Nama : Arief Trihandoyo

Jenjang Pendidikan : S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial

Pertanyaan Jawaban

1. Apa tugas utama yang dilakukan oleh seorang Koordinator Kota pada PKH?

Tugas utamanya adalah membina pendamping, lalu memetakan KPM, kemudian menjembatani ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang yang berkaitan dengan PKH. Kalo dulu tahun 2010 sampai dengan 2015 disebut Diklat, begitu 2016 sampai sekarang namanya Bimbingan Pemantaoan

(Bimtap), itu pembekalan awal mereka untuk menjadi pendamping PKH. Begitu dalam perjalanannya ada program P2K2, pendamping ini juga dibekali dengan Diklat P2K2.

2. Standar pelayanan seperti apa yang diterapkan oleh PKH dalam melaksanakan pelayanan kepada KPM?

Pelayanan kepada KPM dalam Pandemic Covid-19 itu menyarankan ke pendamping memonitoring KPMnya, apabila pencairan dana harus menggunakan masker, jaga jarak, menggunakan sarung tangan apabila ke ATM untuk mengambil uang, setelah itu cuci tangan atau mandi, dan semua kegiatan harus sesuai protokol Covid-19. Nah itu, pelayanan kita untuk sementara seperti itu.

Disamping itu harus Santun, Integritas, dan Profesional (SIP) yang sudah diberlakukan Kementerian Sosial, yang mana kami terapkan dalam setiap kegiatan PKH.

3. Bagaimana bentuk koordinasi yang dilakukan oleh Korkot kepada sistem sumber yang dibutuhkan oleh KPM?

Kerjasama maupun koordinasi yang dilakukan adalah menjembatani antara Pendamping Sosial PKH yang bertugas dengan sistem yang dibutuhkan untuk KPM. Jika seandainya di tengah jalan pada saat proses tersebut dilakukan tidak disetujui oleh pihak yang dituju, maka saya melaporkan hal demikian kepada Koordinator Wilayah, lalu misalkan sampai di situ belum ada persetujuan juga maka lanjut ke Koordinator Regional, dan kalau Koreg pun juga tidak ada titik terang, maka akan kami buatkan laporan langsung ke Kementerian Sosial bahwa terdapat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menolak, tidak menyetujui, atau mempersulit KPM PKH.

4. Kasus seperti apa yang pernah ditemukan pada KPM PKH Jakarta Timur?

Kami pernah menemukan tiga kasus tahun 2018-2019. Yaitu Kasus penyalahgunaan kartu oleh oknum ketua kelompok,

penyalahgunaan dana bantuan oleh anggota keluarga, dan anak KPM yang berencana untuk tidak melanjutkan sekolahnya.

5. Bagaimana proses yang dilakukan saat Korkot menerima laporan kasus?

Sebelumnya pasti saya mendapatkan laporan kasus itu dari Supervisor yang kemudian dapat kami proses bersama apabila ada kendala di dalamnya, atau membutuhkan bantuan Korkot untuk langsung berkoordinasi dengan pihak yang dituju atau sistem sumber di luar PKH. Dan mendampingi setiap kasus yang sedang ditangi baik oleh Pendamping maupun SPV.

6. Bagaimana koordinasi yang dilakukan dengan pihak atau lembaga sosial lain?

Korkot bersama dengan SPV melakukan upaya mediasi dan negosiasi kepada lembaga sosial, seperti PKBM dan juga melaporkan hasilnya ke Dinas Sosial Jakarta Timur pada saat menangani kasus anak yang berencana putus sekolah, agar ia tetap mendapatkan dana bantuan sosial PKH ini.

7. Dasar hukum apa yang melatarbelakangi

berjalannya PKH?

Dasar hukum untuk

melaksanakan Program Keluarga Harapan sendiri adalah yang utama mengenai pedomannya yaitu SK Dirjen Nomor 12/LJS.SET.OHH/09/2016 tentang Pedoman Umum PKH,

lalu ada PMK No.

228/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas PMK No.

254/PMK.05/2015 Tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga, Peraturan Presiden No.63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai, dan juga Perjanjian Kerjasama dengan Bank Himbara, yakni BNI, BRI, BTN dan Mandiri untuk koordinasi mengenai pengambilan dana bantuan.

8. Apakah terdapat evaluasi terkait laporan kegiatan yang sudah pendamping dan SPV lakukan?

Iya, ada.

9. Seperti apa kegiatan evaluasi yang dilakukan?

Setelah proses semua dilakukan, selanjutnya kami akan melaksanakan kegiatan evaluasi yang rutin dilaksanakan setiap bulannya. Di kegiatan itu para pendamping memaparkan hasil kinerja nya dan kami mengevaluasi perkembangan kasus seperti apa.

10. Bagaimana pelaksanaan manajemen kasus yang telah dilaksanakan oleh SDM PKH?

Koordinator kota dengan supervisor PKH melakukan kolaborasi atau kerjasama terkait dengan kegiatan supervisi dan juga manajemen terkait kasus yang ditemukan pada KPM.

Manajemen yang dilakukan korkot yaitu, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan sesuai dengan kebijakan PKH untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dan untuk supervisi, hal yang saya lakukan hampir sama dengan monev pelayanan.

Yakni memantau dan menilai kinerja yang telah dilakukan dari tiap-tiap SDM PKH.

Lampiran 2

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Peksos Supervisor

A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Gedung SKKT Malaka Jaya Media Wawancara : Telepon seluler (daring) Hari, Tanggal : Senin, 13 April 2020 Waktu Wawancara : 13.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Dea Triantara W. P Jenjang Pendidikan : D4 Pekerja Sosial SKTS

Pertanyaan Jawaban

1. Sejak kapan metode manajemen kasus dijalankan dalam PKH?

Manajemen Kasus khusus nya dalam praktek Pekerjaan Sosial di PKH baru terlaksana sejak 2018 sejak adanya Jabatan Baru pada struktrus organisasi PKH yaitu Pekerja Sosial Supervisor.

2. Mengapa manajemen kasus menjadi metode pelayanan dan penanganan yang penting dalam PKH?

Pelaksanaan ManajemenKasus atau Praktek Pekerjaan Sosial dalam keberlangsungan PKH dirasa sangat penting. PKH

yang umumnya adalah masyarakat tidak mampu secara financial merupakan salahsatu ketidakberfungsian sosial keluarga tersebut dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terutama orang tua yang seharusnya bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan, tapi banyak yang tidak mampu untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Dari satu permasalahan itu, bisa muncul permasalahan baru seperti anak putus sekolah, akhirnya anak menjadi tidak berfungsi sosialnya sebagai pelajar.

Dan/atau permasalahan lainnya, timbulnya kekerasan, stress/depresi, dan lain-lain.

3. Kasus apa saja yang paling sering memerlukan pelayanan dan penanganan

dengan metode

manajemen kasus?

Dari beberapa kasus yang terjadi di PKH Jakarta Timur, yang paling memerlukan metode MK adalah kasus KDRT, itu agak rumit, banyak sebab akibat didalamnya,

sehingga proses penanganan pun harus hati-hati, dan di analisa dengan baik.

4. Apa saja standar pelayanan yang terdapat di dalam manajemen kasus pada PKH?

Setau saya SOP dalam menjalankan MK pada praktek peksos PKH, masih menjadi PR bagi pemegang kebijakan.

Karena pelayanan yang diberikan masih berdasarkan keterampilan Peksos di masing-masing kota/kab.

Sehingga standart pelayanan akan berbeda-beda.

5. Apa saja prinsip yang ditekankan dalam manajemen kasus pada PKH?

Dikarenakan SOP yang secara formal belum ada, maka kami

khusus nya SPV

mempraktekan Prinsip-prinsip dasar pekerja sosial, seperti prinsip kepercayaan, tidak

men-jundge, self

Pertama terkait pelaksanaan P2K2, pembahasan potensi-potensi yang ada pada kelompok P2K2 jika bisa dikembangkan, maka bisa

menjadi kelompok usaha, pembahasan kasus-kasus secara kelompok seperti misalnya tentang ATM, Bansos, Kesehatan, dain lain-lain yang sifatnya komunitas untuk sama-sama mencari langkah yang akan dilakukan, dan terakhir pembahasan kasus

yang lebih ke

casework/individu.

dari bahasan-bahasan itu, dilakukan penentuan siapa untuk melakukan apa, dimana, kapan, sehingga jadwal bisa terstruktur dengan baik.

Tapi dalam prosesnya jadwal bisa berubah jika ada hal-hal nya tidak terduga karena beberapa hal.

7. Dari kasus yang ditemukan, seperti apa dan bagaimana proses dari manajemen kasus yang dilaksanakan?

Pendamping menemukan kasus berdasarkan pengaduan, atau karena saat pemutahiran data ditemukan anak yang tidak bersekolah. Kedua, pendamping koordinasi dengan SPV. Ketiga,

Asesmen sistem sumber oleh SPV, Pendamping, dan KPM.

Ketiga, penentuan langkah-langkah intervensi (seperti, mencari informasi, advokasi ke sekolah, dan lain-lain oleh pendamping, jika diperlukan konseling untuk KPM oleh SPV). Keempat, menentukan kelanjutan sekolah oleh kpm, bersama-sama kpm mengakses sistem sumber, dan lain-lain).

Dan kelima, terminasi.

8. Bagaimana bentuk laporan yang diberikan terkait penyelesaian dari kasus yang telah ditangani

bersama dengan

Pendamping PKH kepada Korkot atau pejabat struktural lainnya?

Laporan tentang kasus ada pada laporan bulanan SPV. Ada atau tidak nya kasus, supervisor wajib membuat laporan setiap bulan nya yang mencakup, P2K2, graduasi, dan kasus yang ditangani, secara tertulis kepada JSK melalui kordinator wilayah (provinsi).

9. Salah satu tanggung jawab yang dilakukan oleh Korkot dan Supervisor PKH adalah melakukan

KPM PKH berhak mendapatkan program komplementer lainnya jika KPM tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan

mediasi, fasilitasi dan advokasi pada KPM terkait penyaluran bantuan PKH dan program komplementer lain. Lalu seperti apa proses itu dilakukan dan bagaimana hal itu dapat dinilai berhasil?

bantuan. Kedua, kami akan asesmen terlebih dahulu, contoh untuk bansos pangan maka pendamping akan menyisir data KPM PKH yang tidak mendapatkan bansos pangan.

Ketiga, Korkot dan supervisor akan mencoba kordinasi dengan koordinator terkait untuk mengadvokasi KPM yang tidak mendapatkan bansos pangan (begitu juga dengan bansos komplementer lainnya).

Keempat, dari data hasil asesmen, setelah dilakukan advokasi dan sebagainya, selanjutnya data tersebut bisa

meng-akses bansos

komplementaritas.

10. Bagaimanacara yang dilakukan oleh Supervisor dan Pendamping PKH untuk membangun self determination atau penentuan nasib sendiri sehingga KPM mampu

Dilakukan saat pertemuan kelompok. Bisa dengan menggunakan FGD, MPA, dan lain-lain. Materi-materi tentang kessos yang disampaikan menggunakan bahasa sederhana agar KPM bisa paham. Proses

mengetahui kebutuhan dari permasalahannya?

ini tentu tidak bisa dilakukan hanya satu kali, karena pada dasarnya kegiatan membangun self determination ini adalah pengubahan perilaku dan pikiran seseorang agar menjadi lebih terbuka serta terampil menganalisa permasalahan.

Lampiran 3

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Pendamping Sosial PKH A. Tempat dan Waktu Wawancara

Tempat Wawancara : Rumah Pendamping Media Wawancara : Telepon seluler (daring) Hari, Tanggal : Rabu, 22 April 2020 Waktu Wawancara : 19.00 WIB

B. Identitas Informan

Nama : Wardiyaningsih Jenjang Pendidikan : S1 Ilmu Komunikasi

Pertanyaan Jawaban

1. Sebelum menjalankan tugas sebagai Pendamping PKH, pelatihan seperti apa yang anda dapatkan sebelumnya?

Sebelum direkrut jadi pendamping itu ada bimtap, dan bimtek. Yang diberikan dari Kementerian Sosial, mengenai materi umum pedoman Program Keluarga Harapan, lalu kewajiban dan sanksi-sanksi yang diberikan kepada KPM, dana pa saja program yang ada di dalam PKH.

2. Apa saja hal yang diperlukan atau dipersiapkan saat akan melakukan

pendampingan?

Mempersiapkan kebutuhan teknis saat penyampaian materi, bahan atau materi itu sendiri, dan psikologis pendamping juga perlu dipersiapkan agar apa yang disampaikan kepada KPM itu dapat dengan mudah dipahami.

3. Layanan seperti apa yang diberikan dalam akses pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial?

Di dalam pertemuan kelompok itu kita dikasih modul atau materi, materi itu nanti kita sampaikan ke KPM. Ada modul pola asuh keluarga, ekonomi, kalo untuk kesejahteraan sosial itu ada disabilitas dan lansia.

Kalau misalkan di ekonomi kita jelaskan bagaimana caranya mengelola keuangan, bagaimana caranya mereka mendapatkan pendapatan keluarga, kemudian kalo di pola asuh keluarga itu kita berikan materi atau semacam penyuluhan bagaimana orangtua itu bersikap kepada

anak yang masih balita atau menjelang dewasa.

4. Bagaimana prosedur yang Pendamping lakukan ketika ditugaskan untuk menangani sebuah kasus?

Ketika mendapati kasus yang terjadi pada KPM, maka hal yang dilakukan pertama kali adalah harus meyakini bahwa saya adalah pendamping mereka. Mereka bisa menceritakan permasalahan apa saja yang sedang dihadapi, dan saya siap untuk membantunya.

Karena ada tipe KPM yang memang tertutup, sehingga pendekatan dan penggalian tersebut tidak dilakukan sekali-duakali. Lalu, setelah mereka sudah mulai terbuka, dan

menceritakan apa

permasalahannya, selanjutnya saya dalami dulu penyebabnya.

Baru setelah itu saya jelaskan bahwa yang dia butuhkan adalah pertolongan melalui pelayanan yang akan dilakukan oleh pendampingnya. Dan setelahnya, kami mulai jelaskan