• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

Bagan 3. 2 Proses Manajemen Kasus

104 Sumber: Materi Bimbingan Orientasi Peksos SPV PKH Tahun 2018

Dalam melakukan tahapan tersebut, seorang manajemen kasus harus memiliki pengetahuan yang luas, jejaring, serta komunikasi yang baik karena akan dihadapkan dengan berbagai pihak dalam upaya memfasilitasi klien untuk penyelesaian masalahnya.

Dalam praktiknya, form yang digunakan oleh Supervisor PKH dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan manajemen kasus yakni disusun sendiri oleh Supervisor dengan format penulisan yang berisikan Nama, Nomor Induk Kependudukan, Nomor Anggota PKH, alamat tempat tinggal KPM PKH, dan kondisi Biopsikososialnya. Dan untuk laporan setiap bulannya, akan dilaporkan Supervisor sesuai dengan kasus yang ditemukan dan format penulisan laporan yang disusun sendiri juga oleh Supervisor (terdapat di lampiran).

105 BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam pekerjaan sosial, adanya intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial profesional melalui pendekatan atau metode manajemen kasus merupakan suatu hal yang memenuhi kompleksitas untuk memberikan pelayanan dan penanganan kepada klien yang membutuhkan bantuan. Manajemen kasus menekankan pada sisi koordinasi yang kuat untuk mengasesmen serta memberikan pendampingan terkait isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat, salah satunya program bantuan sosial non-tunai pemerintah untuk keluarga yang memiliki pendapatan rendah atau di bawah Upah Minimum Rasio (UMR), yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) di Jakarta Timur. Pada skripsi ini, penulis melakukan penelitian mengenai program tersebut.

Penelitian ini menggunakan dua aspek yang menjadi komponen pokok pada manajemen kasus, yaitu aspek proses dan sistem. Didalam aspek proses sendiri, terdapat tahapan yang dapat dilihat melalui model minimalis, model komprehensif, dan model intervensi krisis. Dan pada aspek sistem, terdapat indikator dasar hukum dan standar pelayanan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan supervisi, dan Keluarga Penerima Manfaat. Berdasarkan pada hasil wawancara dan studi dokumentasi kepada para informan, berikut adalah informasi berdasarkan indikator yang penulis dapatkan.

106 A. Proses pada Manajemen Kasus

Proses yang dilakukan dalam manajemen kasus pada Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah Jakarta Timur dilakukan oleh Pendamping Sosial, Supervisor, dan Koordinator Kota, dilihat dari model manajemen kasus dengan melakukan beberapa proses atau tahapan pekerjaan sosial. Di bawah ini adalah hasil wawancara penulis terkait dengan indikator dari proses tersebut.

1. Kasus Penyalahgunaan Kartu Kesejahteraan Sosial (KKS) – PKH

Alur pelayanan yang dilakukan baik oleh Pendamping Sosial, Supervisor PKH, dan/ atau Koordinator Kota, antara lain:

a. Kontak awal dan identifikasi kasus

Penerimaan laporan kasus selalu lebih dahulu diketahui oleh pendamping yang didapatkan langsung dari KPM, seperti pernyataan di bawah ini:

Jadi kami sebagai pendamping selalu mendapatkan laporan lebih awal dari KPM, pada bulan Juli 2019 didapatkan kasus berupa penyalahgunaan kartu oleh oknum ketua kelompok. Lalu saya langsung berkoordinasi dengan supervisor untuk mengabarkan bahwa ada laporan dari KPM mengenai kasus tersebut. (Pendamping W, 22 April 2020)

Hal serupa juga dikatakan oleh Supervisor, yakni:

Setelah pendamping mendapatkan laporan dari KPM di wilayah dampingannya, maka pendamping langsung meneruskannya kepada supervisor. Dan

107 kami langsung mengunjungi rumah KPM untuk bertemu dan segera melakukan pendataan dengan membawa form-form yang sudah kami siapkan.

Tetapi sebelumnya, kami menggunakan teknik small talk kepada KPM untuk mengawali identifikasi kasus. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Kontak awal yang dilakukan oleh pendamping menggunakan beberapa teknik untuk mengawali penggalian masalah kepada KPM, yaitu seperti yang dikatakan oleh pendamping di bawah ini:

Meskipun kami sering bertemu dengan masing-masing KPM saat kegiatan FDS atau P2K2 berlangsung, namun tetap saja ketika melakukan home visit untuk khusus menangani sebuah kasus diperlukan beberapa teknik untuk penggalian masalah. Biasanya kami tidak serta merta langsung menanyakan ke masalah inti, tetapi bertahap pertanyaannya, sehingga nanti dengan sendirinya KPM akan menceritakan kasus yang dialaminya.

(Pendamping ID, 23 April 2020)

Dari pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa kontak awal dan identifikasi kasus penyalahgunaan dana bantuan sosial ini adalah dengan mempergunakan teknik small talk dan melakukan kegiatan home visit kepada KPM sebagai awal penggalian data atas laporan kasus kepada Pendamping dan Supervisor.

108 b. Assessment

Tahap ini merupakan penggalian masalah secara lebih mendalam yang dilakukan oleh Supervisor dan Pendamping Sosial, seperti yang dikatakan oleh supervisor di bawah ini, yaitu:

Pada tahap ini, kami menggunakan form yang memang kami rancang sendiri, dikarenakan belum adanya form khusus assessment yang dimiliki oleh PKH. Format di dalamnya seperti identitas KPM, waktu dan tempat kejadian, dan alur permasalahannya. Untuk pengisian form biasanya saya dibantu oleh pendamping, dan biasanya hanya form saja, kami belum menggunakan tools assessment dalam penanganan kasus pada KPM PKH. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu pendamping yang langsung menangani kasus ini, yakni:

Pada saat menangani kasus ini saya bersama dengan Supervisor mengunjungi langsung KPM ke kediamannya. Lalu kami melakukan pendataan dan menggali permasalahan lebih dalam dengan wawancara kepada korban yang kartunya disalah gunakan oleh ketua kelompoknya. (Pendamping W, 22 April 2020)

Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh pendamping CW,

Selama saya bertugas sebagai pendamping, saat proses assessment kami hanya menggunakan form yang ada dan tidak menggunakan tools assessment dalam pekerjaan sosial. (Pendamping CW, 14 Mei 2020)

109 Berdasarkan informasi di atas, bahwa Pendamping dan Supervisor melakukan proses assessment dengan hanya menggunakan form yang dimiliki oleh PKH Jakata Timur dengan format identitas KPM, waktu dan tempat kejadian, serta bagaimana alur permasalahannya. Yang mana pencatatan kasus tersebut dilakukan oleh Supervisor dengan bantuan Pendamping PKH.

c. Perencanaan Intervensi

Rencana intervensi yang dirancang oleh Supervisor dan pendamping untuk kasus penyalahgunaan kartu ini adalah sebagai berikut:

Jadi ketika sudah selesai melakukan assessment kepada KPM, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah rencana intervensi untuk menyelesaikan perkara kasus ini. Awal perencanaan adalah kami merumuskan siapa saja yang terlibat, yakni KPM yang menjadi korban, lalu KPM yang terindikasi sebagai pelaku, dan juga pendamping. Rencananya kami akan melihat melalui CCTV salah satu Bank yang digunakan oleh KPM untuk menarik dana bantuan PKH. Sehingga nantinya akan terlihat apakah pelaku benar mempergunakan kartu korban atau tidak. Dan apabila kartu tersebut benar digunakan oleh pelaku, maka akan kami teruskan kepada pihak berwajib. Paling tidak dalam kurun waktu 1 minggu hal ini sudah harus terungkap.

(SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Pendamping W juga mengatakan hal senada dengan pernyataan Supervisor, yaitu:

110 Saat melakukan rencana penyelesaian kasus ini, kami akan berkoordinasi dengan Bank yang digunakan oleh KPM untuk menarik dana bantuan.

Kami akan mengecek kebenaran dari KPM yang disinyalir sebagai pelaku, dan juga akan mencetak laporan transaksi selama waktu pengambilan dana.

(Pendamping W, 22 April 2020)

Disamping itu, pendamping sendiri menyatakan bahwa rencana intervensi memperhatikan beberapa hal, yakni:

Jadi hal-hal yang harus diperhatikan saat rencana intervensi dilakukan adalah apakah dapat terukur dengan jelas, apakah dapat membuat pelaku jera dengan perbuatannya, dan apakah penyelesaiannya itu dapat terselesaikan dengan tepat. (Pendamping ID, 23 April 2020)

Dari pernyataan informan di atas, perencanaan intervensi yang dilakukan adalah dengan memperhatikan apakah rencana tersebut dapat dengan tepat mampu diselesaikan dalam kurun waktu yang singkat, dan juga mengukur keberhasilan dari intervensi yang akan dilakukan oleh Pendamping dan Supervisor PKH.

d. Pelaksanaan Intervensi

Rencana intervensi dapat berubah sesuai dengan kondisi di lapangan, seperti pernyataan pendamping di bawah ini:

Perencanaan yang sudah kami rancang bersama dengan Supervisor dan KPM, dapat berubah sesuai

111 dengan kondisi yang ada di lapangan. (Pendamping W, 22 April 2020)

Hal serupa juga dikatakan oleh pendamping lain, yaitu:

Apabila KPM berubah pikiran saat kami akan mulai melakukan intervensi, misalnya KPM mengkonfirmasi dan mengatakan kejujuran yang telah ia lakukan, perencanaan yang sudah kami susun bisa saja menyesuaikan dengan kondisi tersebut. (Pendamping ID, 23 April 2020)

Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh Supervisor sebagai berikut:

Jadi ketika kami sudah merumuskan rencana intervensi, di tengah jalan terduga pelaku pada akhirnya meminta maaf, lalu mengakui bahwa dirinya memang benar telah menahan salah satu kartu KPM lain, menggunakan dana nya, dan berjanji akan mengembalikan hak dari korban. Dan rencana intervensi kami rubah dengan langsung mempertemukan antara pelaku dan korban dan menyelesaikan secara kekeluargaan. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Dari pernyataan informan di atas, maka pelaksanaan intervensi yang dilakukan pada kasus ini menyesuaikan dengan kondisi di lapangan, di mana pelaku pada akhirnya mengakui kesalahan dan berjanji akan mengembalikan dana yang disalahgunakannya.

Sehingga rencana intervensi yang semula sudah disusun oleh Pendamping dan Supervisor PKH diubah

112 dengan mempertemukan kedua beah pihak dan menyelesaikan kasus tersebut secara kekeluargaan.

e. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring yang dilakukan pada kasus ini yaitu mendampingi KPM setiap akan mengambil dana bantuan PKH di bank yang dituju, seperti pernyataan Supervisor di bawah ini:

Pendamping melakukan pendampingan selama kurang lebih 3 bulan kepada oknum ketua kelompok yang menyalahgunaan kartu salah satu angggotanya. Dengan cara mendampingi setiap pengambilan dana dan pengembaliannya kepada korban. Hingga uang anggota KPM yang digunakan oleh pelaku dikembalikan secara penuh.

(SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Hal ini juga diungkapkan oleh Pendamping W, yaitu:

Ya jadi selama proses monitoring saya melakukan pendampingan dengan memantau KPM yang menjadi pelaku ini ketika akan mencairkan dana bantuan dan juga saat melunaskan pembayaran yang sudah dijanjikan sebelumnya kepada KPM yang menjadi korban. Selama 3 bulan hal ini dilakukan, dan akhirnya pelunasan serta kasus ini telah selesai. (Pendamping W, 22 April 2020) Selain monitoring, evaluasi dari pelayanan yang sudah dilakukan juga dilaksanakan. Seperti yang dijelaskan oleh Koordinasi Kota di bawah ini:

Setelah proses semua dilakukan, selanjutnya kami akan melaksanakan kegiatan evaluasi yang rutin dilaksanakan setiap bulannya. Di kegiatan itu para

113 pendamping memaparkan hasil kinerja nya dan kami mengevaluasi perkembangan kasus seperti apa. (Koordinator Kota AT, 11 Mei 2020)

Evaluasi yang rutin dilakukan juga diutarakan oleh salah satu pendamping seperti di bawah ini:

Evaluasi selalu kami laksanakan dengan Korkot dan juga Supervisor. Evaluasi dijalankan setiap sebulan sekali setiap akhir bulannya. Hal yang kami lakukan adalah dengan melaporkan secara lisan dan tulisan apa saja yang sudah berjalan selama kami bertugas. Apabila ada kendala atau kesalahan yang menjadi kekurangan selama kami menjalankan pelayanan, maka akan dievaluasi dan diarahkan baik oleh Spv dan juga Korkot. (Pendamping ID, 23 April 2020)

Evaluasi juga dilakukan agar kasus tidak terjadi kembali seperti yang dijelaskan oleh Pendamping,

Dalam kasus ini, tentunya evaluasi juga dibutuhkan. Sehingga kasus serupa tidak akan terjadi kembali pada anggota-anggota KPM PKH yang lain. (Pendamping W, 22 April 2020)

Kesimpulan berdasarkan pernyataan informan di atas, adalah monitoring dilaksanakan selama proses pengembalian dana yang dilakukan oleh pelaku secara penuh, dan evaluasi dilakukan baik oleh Pendamping, Supervisor, dan Korkot setiap bulannya untuk menilai sejauh mana kinerja dari para SDM PKH, serta kasus-kasus serupa ini tidak terjadi kembali di dalam keanggotaan KPM PKH.

114 f. Terminasi

Kasus akan ditutup apabila sudah dianggap selesai dan proses demi proses telah dijalankan. Seperti pernyataan pendamping di bawah ini:

Sekitar Agustus 2019 penyelesaian kasus sudah selesai dengan mempertemukan antara korban dan pelaku, lalu pengembalian dana sampai semua hak KPM yang menjadi korban ini terbayarkan secara lunas. Sehingga kasus kami anggap sudah selesai.

(Pendamping W, 22 April 2020)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Supervisor di bawah ini:

Ya tentunya apabila kasus sudah tertangani dan sudah melewati tahap penyelesaian. Maka kami anggap itu sudah selesai. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan mempertemukan korban dan pelaku, sampai dengan pengembalian dana bantuan yang telah disalahgunakan oleh ketua kelompok, artinya kasus telah tertangani dan dinyatakan selesai oleh Supervisor PKH.

2. Penyalahgunaan Dana Bantuan Non-Tunai PKH oleh KPM

Kasus ini terjadi di salah satu KPM, proses pelayanan yang dilakukan oleh Pendamping dan Supervisor PKH, adalah sebagai berikut:

115 a. Kontak awal dan Identifikasi Kasus

Sama seperti kasus di atas, kasus penyalahgunaan dana bantuan PKH ini juga dilaporkan langsung oleh KPM kepada salah satu pendamping PKH, yakni:

Pada November 2019 kami mendapatkan laporan dari salah satu KPM di wilayah dampingan. Kasus yang dilaporkan adalah penyalahgunaan dana bantuan non tunai yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga. (Pendamping W, 22 April 2020) Laporan kasus ini diperkuat dengan pernyataan Supervisor PKH, yaitu:

Iya betul saya pernah mendapatkan laporan mengenai kasus tersebut. Kemudian dengan Pendamping melakukan home visit ke rumah KPM untuk melakukan pendekatan awal dengan Nenek yang menjadi anggota KPM PKH. Lalu mendata identitas diri nya, dengan form yang kami miliki.

(SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Senada dengan pernyataan di atas, pendamping lain juga menjelaskan mengenai proses awal dari tahapan ini, antara lain:

Biasanya jika diperlukaan, kami mendatangi langsung ke rumah KPM yang akan dilayani, dengan membawa form yang akan diisi untuk pendataan KPM. Awal nya memang kami tidak langsung menanyakan inti permasalahan, namun dengan obrolan yang sifatnya ringan, dan secara tidak langsung kami sambil menggali kasusnya.

(Pendamping ID, 23 April 2020)

Dari pernyataan di atas, kesimpulan yang diperoleh adalah sama seperti kasus pada point 1, bahwa pada

116 proses kontak awal dan identifikasi kasus ini, Pendamping dan Supervisor dapat melakukan home visit untuk langsung bertemu dengan KPM yang akan ditangani kasusnya. Dan di setiap proses ini, Supervisor telah menyiapkan form yang dapat diisi untuk identitas dari KPM yang telah melaporkan kasusnya.

b. Assessment

Setelah melakukan pendaatan, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan asesmen seperti yang dijelaskan di bawah ini oleh Pendamping, yaitu:

Kami melakukan wawancara lebih dalam biasanya pada tahap ini. Agar alur dari permasalahannya itu dapat kami ketahui dengan jelas. (Pendamping W, 22 April 2020)

Senada dengan pernyataan Pendamping W, pendamping lain juga menyatakan bahwa:

Biasanya ketika proses penggalian data dari kasus yang dilaporkan kami terus melakukan wawancara kepada KPM, sampai kami mengetahui dengan benar bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

(Pendamping CW, 14 Mei 2020)

Setelah dilakukan asesmen lebih dalam, spv menemukan informasi bahwa ternyata KPM lah yang menggunakan dana bantuan untuk membeli rokok, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

Selanjutnya kami mengasesment kasus klien dan juga anggota keluarganya yang lain. Awalnya

117 memang jawaban-jawaban dari KPM sedikit berbelit, lalu kami terus menanyakan lebih spesifik lagi sampai pada akhirnya ditemukan fakta bahwa dana bantuan ini digunakan oleh si Nenek untuk membeli rokok yang akan dikonsumsinya. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Berdasarkan pernyataan informan di atas, kesimpulan yang didapatkan dari proses assessment pada kasus ini adalah dengan wawancara mendalam dan spesifik kepada KPM mengenai kasus yang dialaminya, akan mendapatkan informasi dan fakta yang sebenarnya terjadi, seperti temuan yang didapatkan oleh Supervisor di atas.

c. Perencanaan Intervensi

Supervisor mengatakan bahwa pada saat bertemu dengan KPM belum merencanakan bagaimana rencana intervensi yang akan dilakukan. Seperti pernyataannya di bawah ini:

Pada saat kami bertemu dengan KPM dan keluarganya, belum sempat menyusun rencana intervensi yang akan dilakukan. Dikarenakan keluarga berkumpul di rumah Nenek, dan pada saat asesmen beliau sudah mengatakan perihal kebenaran dari penyalahgunaan dana bantuan.

(SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Hal serupa juga dikatakan oleh pendamping, yakni:

Untuk kasus ini, kami awal nya memang tidak mengira bisa langsung terselesaikan. Sehingga, ketika setelah selesai asesmen, kami langsung

118 memberikan pengertian dan pemahaman kepada anggota keluarga mengenai penggunaan dana bantuan yang tepat. (Pendamping W, 22 April 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini baik pendamping dan juga supervisor belum merencanakan intervensi, akan tetapi langsung melakukan intervensi dengan KPM dan anggota keluarga yang lain.

d. Pelaksanaan Intervensi

Pada kasus ini tidak terdapat rencana intervensi, dikarenakan kasus dapat tertangani dalam kurun waktu satu hari, seperti yang dijelaskan oleh Supervisor,

Dikarenakan pada saat itu tidak hanya ada si Nenek, tetapi juga terdapat anggota keluarga yang lain, maka kami langsung melakukan intervensi berupa pemahaman kepada kedua belah pihak bahwa bagaimana seharusnya dana bantuan itu digunakan, pembelian apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, dan jika di kemudian hari masih ditemukan kasus serupa, maka kami akan melakukan pencabutan keanggotaan PKH. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Hal senada juga diutarakan oleh pendamping mengenai intervensi yang telah dilakukan dalam kasus ini, yaitu:

Apabila permasalahan masih dapat diatasi dengan mempertemukan keluarga dan KPM juga masih mudah untuk diarahkan, maka kami melakukan

119 intervensi sebatas itu saja. (Pendamping W, 22 April 2020)

Dari pernyataan informan di atas, maka kesimpulan dalam tahapan intervensi pada kasus ini adalah dengan memberikan pemahaman kepada Nenek dan anggota keluarganya bahwa bagaimana mengelola dana bantuan, dana tersebut boleh dan tidak diperbolehkan untuk pembelian apa saja, dan KPM memahami akan hal itu, sehingga kasus pun selesai dalam waktu satu hari.

e. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring yang dilakukan terkait kasus ini yaitu pendamping rutin mengontrol dana yang masuk ke KPM digunakan untuk membeli keperluan apa saja, seperti pernyataan berikut:

Pendamping ketika Nenek ini mencairkan dana bantuannya, maka rutin mengontrol digunakan untuk membeli apa saja, sehingga akan terpantau dengan baik, dan di kemudian hari, KPM ini pun memang sebagaimana mestinya menggunakan dana bantuan untuk membeli keperluan sehari-hari, seperti sembako. (Pendamping W, 22 April 2020) Supervisor juga mengatakan hal serupa mengenai monitoring dan evaluasi pada kasus ini, yaitu:

Kami memang tidak dapat menyalahkan siapapun dalam hal ini, mungkin memang Nenek belum memahami dengan baik penggunaan dana yang seharusnya digunakan untuk keperluan seperti susu, beras, makanan sehari-hari, dan lain-lain, karena beliau termasuk ke dalam kategori lansia.

120 Maka dari itu, perlu adanya dampingan dari keluarga dan juga pendamping untuk mengingatkan Nenek ini agar dikemudian hari tidak mempergunakan dana bantuan untuk membeli sesuatu yang tidak baik untuk dirinya. Dan monitoring dengan mengecek penggunaan dana juga selalu dilakukan oleh pendampingnya. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Disamping itu, Koordinator Kota mengatakan bahwa,

Evaluasi yang kami lakukan terakait dengan kasus ini sama hal nya dengan kasus sebelumnya. Jadi, evaluasi itu selalu kami lakukan di setiap bulannya, laporan perkasus juga selalu dibuat oleh Pendamping dan juga Supervisor kemudian dipaparkan saat kegiatan eval berlangsung.

Sehingga kami semua mengetahui hal apa saja yang masih perlu diperbaiki dan tetap dijalankan.

(Koordinator Kota AT, 11 Mei 2020)

Kesimpulan berdasarkan pernyataan informan di atas adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan terkait kasus penyalahgunaan dana bantuan sosial oleh KPM yaitu melakukan pengecekan dana bantuan yang digunakan untuk membeli keperluan sehari-hari oleh KPM sehingga tidak dipergunakan untuk membeli barang yang tidak baik untuk dirinya. Dan untuk evaluasi, hal yang dilakukan yakni bersama dengan SDM PKH lain memaparkan hasil laporan kasus yang sudah dilakukan. Sehingga akan terlihat apa yang

121 menjadi kekurangan dalam memberikan pelayanan dan apa yang masih tetap dijalankan oleh Pendamping.

f. Terminasi

Tahapan terakhir ini dilakukan dengan kesepakatan Nenek dan keluarganya untuk menggunakan dana bantuan PKH sebagaimana mestinya, seperti yang dikatakan oleh Supervisor di bawah ini:

Pengakhiran kasus ini ditandai dengan kesepakatan dan komitmen Nenek beserta keluarga nya untuk menggunakan dana bantuan non tunai PKH untuk membeli bahan pangan sehari-hari dan tidak dipergunakan untuk membeli barang-barang yang bukan semestinya. (SPV PKH DTWP, 13 April 2020)

Pendamping pun juga mengatakan hal yang serupa, yakni:

KPM sudah berjanji bahwa dana akan diperuntukkan membeli beras, susu, lauk pauk, dan hal lain yang bermanfaat untuk dirinya. Bila di kemudian hari kasus tersebut terjadi kembali, maka kami akan menindaklanjuti dengan kemungkinan pemutusan keanggotaannya. (Pendamping W, 22 April 2020)

Pendamping lain mengatakan, bahwa tahapan penyelesaian kasus akan berakhir dengan selesainya kasus dan tidak menggunakan form khusus.

Selama ini penyelesaian kasus yang kami selesaikan pengakhirannya tidak menggunakan form khusus. Jika penanganan selesai, dan kasus terselesaikan dengan intervensi yang sudah

122 dilakukan, maka kami anggap itu telah terminasi.

(Pendamping ID, 23 April 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka kesimpulan dalam tahapan ini adalah terminasi pada tahapan pekerjaan sosial dalam PKH tidak menggunakan form khusus, namun apabila kasus telah selesai tertangani dengan baik, maka itu artinya sama saja dengan terminasi atau kasus telah ditutup.

3. Anak KPM yang Ingin Berhenti Sekolah

Tahapan yang dilakukan oleh Pendamping, Supervisor, dan Koordinator Kota untuk menyelesaikan kasus anak KPM yang ingin berhenti sekolah, antara lain:

a. Kontak Awal dan Identifikasi Kasus

Sama seperti kasus di atas, Pendamping mendapatkan laporan kasus dari salah satu KPM mengenai adanya anak dari KPM lain yang berencana ingin tidak melanjutkan sekolah, seperti yang

Sama seperti kasus di atas, Pendamping mendapatkan laporan kasus dari salah satu KPM mengenai adanya anak dari KPM lain yang berencana ingin tidak melanjutkan sekolah, seperti yang