• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata keterangan (adverbia) adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, sifat,

keterangan yang masing-masing menduduki suatu jabatan atau fungsi dalam

kalimat (Keraf, 1984:71), sedangkan kata keterangan menurut Kridalaksana

(2007:81) adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau

preposisi dalam konstruksi sintaksis.

(195) Soeda tiga malem ampir tida dapet tidoer sama sekali, ampir tenga malem Sarina telah djadi poeles di pangkoean iboenda. (hal 138)

(196) Ia belom dengar orang poekoel titir dari itoe pemboenoehan. (hal 366)

istrinja soedah hampir mati. (hal 177)

(198) “Tadi pagi-pagi, koetika meriam di kota baroe boenji ada satoe orang, maoe bitjara padakoe, tapi akoe piker, baik kita orang doea denger apa kabar ia maoe sampeken.” (hal 183)

(199) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi lemas. (hal 153)

Padanan kata tidak, belon, hampir, dan mau dalam kalimat (195), (196),

(197), (198), dan (199) adalah kagak, belon, ampir, dan mu

(195a) Ude tige malem kagak dapet tidur ame sekali, Sarine telah pules di pangkuan ibunda.

(196a) Ia belon denger orang pukul kentongan dari pembunuan ntu.

(197a) Dengan ati berdebar, tuan Kramer masuk ke dalem rume dimane bininye ude ampir mati.

(198a) “Tadi pagi ketika meriem di kota baru bunyi, ade atu orang mu bicare pade aye, tapi aye piker, kite denger ape yang mu ia sampekan.

(199a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

3.5 Kata Benda (Nomina)

Kata benda adalah nama dari semua benda, dan segala yang dibendakan

(Keraf, 1984:62). Menurut Kridalaksana (2007:68), kata benda adalah kategori

yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan

partikel tidak, dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

Contohnya sebagai berikut:

(200) Barang siapa melihat siksa-an jang kedjam itoe atawa mendenger soeara Rossina pada ketika itoe, meskipoen berhati keras nistatja soedah mendjadi lemas. (hal 153)

(201) Roemahnja si Bohong ada berderet dengen roemahnja si Tjonat. (hal 192)

(202) Toean Briot itoe waktoe ada doedoek di roemahnja iang amat mesum adanja, pakei tjelana dan telandjang badan. (hal 386)

(203) “Alie! kata Sarina, “kau ada seorang baek dan omonganmoe poen patoet. (hal 124)

(204) Saja harep nona soeka berpikir doeloe. (hal 179)

(205) “Akoe poenja iboe.” (hal 59)

(206) Sabermoela di tjeritaken, adalah satoe roemah ketjil di desa Poerwo di tanah Djawa Wetan, poenjanja seorang Djawa, bernama Niti Atmodjo, joeroetoelis fabriek goela, dan roemah itoe ada terdiri di bawah satoe boekit, iang adanja di pinggir kali, iang tiada dalem aernja. (hal 377)

(207) Sarina keabisan akal. (hal 133)

(208) “Mana si Rossina?” (hal 152)

(209) “Sekarang nona ada di tangankoe, dan kerna saja ada amat tjinta pada nona, maka itoe saja harep nona akan soedi djadi istrikoe.” (hal 178)

(210) Boeat apa? Biar akoe simpen sendiri, jika akoe serahken sekarang akoe koeatir kaoe bikin hilang itoe oewang. (hal 201)

(211) Hatinja soedah senang kerna ia piker si Saipa soedah ada jang piara dan kantongnja sekarang soedah penoeh. (hal 216)

(212) Hadji Salihoen tanja kepada ma Boejoeng, hal ichwal keidoepannja itoe Njai Dasima dan Toeannja. (hal 274)

(213) Ratoe bersama-sama anaknja pada tjari akal aken membinasa-in Goesti, dan aken membinasain itoe anak moeda jang dia orang sangka anaknja nona Suzanna. (hal 85)

(214) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti, mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala pembrontak. (hal 131)

(215) Njonja Van der Ploegh moelai koewatir, djangan-djangan achirnja Rossina dapet bikin birahi djoega soeaminja. Kerna ini, maka njonja Van der Ploegh pikir, baek si Rossina lekas dibriken soeami. (hal 149)

(216) Di tiker ia soeroeh bawa roepa-roepa makanan, jang ia maloe makan di hadepan soewaminja, seperti roejak, doerean dan sebaginja. (hal 157)

(217) Toean W. soeda dapet dari dianja satoe anak prampoean terlaloe bagoes, namanya Nanci, jang Toean W. terlaloe sajang sekali, maka toean W. tiada rasa roegi boeat beliken dan kasi Njainja simpen segala roepa barang- barang, jaitoe toesoek konde Roos, Peniti Intan, Selepai, dan koentji-koentji mas. (hal 270)

(218) Di loer tjelananja ia ada pakei lagi satoe kain saroeng, akan tetapi, ini kain oedjoeng bawahnja ada terangkat di balik ka atas dan di selepken dalem angkin peroetnja. (hal 300)

(219) Dalem sakedjap mata prampoean ini soedah di pegang oleh itoe tiga orang, moeloetnja di toetoep dengen satoe sapoetangan hingga ia tiada bisa

bertereak. (hal 322)

(220) “Akoe tiada ada soedara”. (hal 62)

(221) Dia boewang dirinja di koersi dengan memegang itoe potret di tangannja jang satoe, dan itoe doewit-doewitan di tekepnja di medja. (hal 63)

(222) “Akoe djoega ada poenja meriam; tetapi kendatipoen ilang akoe poenja benteng-benteng masih djoega soesah moesoeh itoe madjoe sebab akoe soeda ambil atoeran lebi doeloe.” (hal 82)

(223) Baek, Raden Cartadria. (hal 119)

(224) Apol lantes dapat tjemboeroean hati serta ia terkah djangan-djangan

kombali njonjanja soedah siksa pada istrinja hingga ia brangkali soedah lari, barangkali ia telah di boenoeh dan maijitnja soedah diboeang dimana-mana. (hal 162)

(225) Satoe boedak jang ada djaga di roemahnja toean Kramer dalem sekedjap mata soedah tergletak mati dengen berloemoeran darah, di toesoek oleh si Djojo. (hal 176)

(226) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(227) Koetika itu djoega ia telah boeka tali tjelananja laloe iket hidoeng si

Doengkoel dan tiada berapa lama ia soedah toentoen kerbo itoe, ambil satoe djalan simpang ka kali Mentjere. (hal 195)

(228) Sebelonnja tjerita teroes, perloelah di tjeritaken doeloe dari njonja Kong Hong Nio, bagimana ia soedah djadi saorang hartawan. (hal 310)

(229) Besok paginja dia berdoea pegi ka Pekodjan, dan tanja Goeroe disitoe, apa misti bikin boeat mendapet keampoenan dosa besar, ibarat boenoe orang. (hal 290)

(230) Dengen kaget akoe liat di atap ada satoe obor jang sedeng menjala, maka sigrah djoega akoe pandjet ka atas, troes ambil dan boeang itoe obor ka bawah. (hal 241)

(231) Girangnja Tio Sing Sang tatkala itoe kita tiada bisa tjerita lagi, maka Tio Sing Sang sigrah mengoetjap banjak sjoekoer pada Toehan Jang Maha Koeasa jang soedah atoerken djalannja hingga bisa ketemoe jang di tjari, iaitoe kekasihnja dan moesoehnja. (hal 259)

(232) Besok paginja Toean W, tjerita kepada Njainja jang semalem dia soeda mengimpi satoe oelar itam besar soeda lilit badan Njainja. (hal 273)

(233) Ia denger lagi seperti ada binatang berdjalan di tengah glagah. (hal 360)

(234) “Ach, ajandakoe!” berkata Robert seperti orang jang mabok meliat segala kabesaran bagei dirinja. (hal 87)

(235) Ia ini tentoe lebih soeka trima Pangeranmoe dari orang Olanda. (hal 54)

(236) Kaloe dia maoe berdami dengan Compagnie, biar dia bitjaraken halnja seperti Soenan djangan dia bitjarain hal ini sama oetoesan orang Tjina, tetapi sama pemarentah besar sendiri. (hal 54)

(237) Dia bawa sa-orang pembesar negrinja, atawa pangeran Mangkota, iaitoe Mas Pengantin aken doedoek di sebelahnja dan doeloe-doeloe orang liat Kiai Hemboong, atawa Raden Amirang Koesoema dia poenja mertoewa. Tetapi sekarang jang ada doedoek di sitoe sa-orang asing tiada terkenal serta pakejannja poen sederhana sadja pakejan itam dan poetih. (hal 74)

(238) Malem Senin dari itoe tanggal djoega, 28 Desember 1721, G.G

Zwaardecroon ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra.

(hal 133)

(239) Disatoe tempat di dalem keboen itoe Raden dapet liat, toean roema sedeng djalan moendar-mandir zonder kerdja satoe apa dan lakoenja ada sedeng keras berpikir. (hal 118)

(240) Di pinggir laoet, deket moeara Antjol, toean! Di sitoe ada satoe tempat jang koelilingnja di pager dengan poehoen-poehoen bamboe. (hal 167)

(241) Kemaren malam ada orang di kolong tempat tidoerkoe memegang keris.

(hal 86)

(242) Inget? Itoe soedah njata sekali, sedeng saban djika akoe seboet namamoe moekanja djadi merah dan bersorot manis. (hal 237)

(243) Pada besok harinja satoe kawanan soldadoe brangkat ka Moeara Antjol aken mengepoeng kawanan perampok jang ada di tempat itoe. (hal 177)

(244) “Djadi kau tiada nanti kawin sama saja adan tiada nanti toeroet saja lari, kaloe tiada dapet permisie dari toean.” (hal 128)

(245) Menoeroet pendengaran Alie, bilang blas riboe orang telah berdjandji atawa bermoefaket dengen Pieter Elberveld, jang soeda pastiken, pada 1 Januari 1722 nanti moelai djadi radja di poeloe Djawa. (hal 135)

(246) Dari ini beklahian di dalem roema, Samioen pikirken berhari-hari, sebab dia soeda djadi takoet boeat oeroesin hartanja, serta dia rasa soesa boeat boeang Njonja Hajati, sebab dilarang oleh Manja, dan Njonja Hajati soeda taoe semoea resia djahatnja Samioen dari perkara menadah barang glap.

(hal 290)

(247) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

Zwaardecroon ada trima banjak tetamoe dalem astananja di Jacatra. (hal 133)

(249) Tjoema ada satoe perkata-an jang dia tiada bisa loepa iaitoe apa jang didengarnja di Soerabaija. (hal 64)

(250) Di tenga sawah ia brenti sakoetika lamanja, aken melepasken tjapenja kamoedian ia brangkat menoedjoe ke Betawi, mengikuti djalan besar. (hal 206)

(251) Di itoe djaman ada idoep satoe pemboenoe jang soeda tersohor brani, dan koeat dan banjak orang, serta djoega Politie Islam takoet kepada dianja, maka perboeatannja jang djahat orang tiada brani boeka, tambahan orang tiada brani tangkap sama dia, sebab orang takoet kakoeatannja dan balesannja. (hal 291)

(252) Kawan-kawannja itoe orang toea, jang ada dalem itoe kamar, jang taroe kepertjajaan pada Pieter Elberveld sebagi orang soetji dan sakti, mendenger itoe perkataan-perkataan dari itoe orang toea kapala pembrontak. (hal 131)

Dalam bahasa Betawi, kata suara, rumah, celana, kata, nona, ibu, tanah,

Sarina, Rossina, istri, uang, Saipa, Dasima, Suzanna, kepala, suami, durian, kunci,

kain, mata, saudara, kursi, meriam, Cartadria, mayat, darah, hari, hidung, cerita,

tanya, atap, musuh, ular, tengah, bagai, Belanda, damai, hitam, Jakarta, kebun,

laut, malam, merah, Muara, nanti, pulau, rahasia, sungai, senin, Surabaya, sawah,

sebab, dan taruh dalam kalimat (200), (201), (202), (203), (204), (205), (206),

(207), (208), (209), (210), (211), (212), (213), (214), (215), (216), (217), (218),

(219), (220), (221), (222), (223), (224), (225), (226), (227), (228), (229), (230),

(231), (232), (233), (234), (235), (236), (237), (238), (239), (240), (241), (242),

(243), (244), (245), (246), (247), (248), (249), (250), (251), dan (252) berpadanan

dengan kata suare, rume, celane, kate, none, enyak, tane, Sarine, Rossine, bini,

duit, Saipe, Dasime, Suzanna, kepale, laki, duren, konci, kaen, mate, sodara, korsi,

meriem, Cartadrie, mayit, dara, ari, idung, cerite, tanye, atep, musu, uler, tenga,

bage, Belande, dame, item, Jakarte, kebon, laot, malem, mera, Muare, ntar, pulo,

rasia, sunge, senen, Surabaye, sawa, lantaran, dan taro.

(200a) Barang sape meliat siksaan yang kejam ntu atau mendengar suare Rossine pade waktu ntu meskipun berhati keras, niscaya ude jadi lemes.

(201a) Rumenye si Bohong berderet dengan rumenye si Conet.

(202a) Tuan Briot duduk di rumenye, pake celane dan telanjang badan. (203a) “Alie, kate Sarine ente baek dan omongan ente pun patut.” (204a) Aye arep, none berpikir dulu.

(205a) “Aye punye enyak.”

(206a) Awalnye diceritakan, ade atu rume kecil di desa Purwo di tane Jawa Timur, punyanye seorang Jawa, yang bernama Niti Atmodjo – sekretaris pabrik gula. Rume ntu ade di bawah bukit, pinggir kali, dan kagak dalem aernye. (207a) Sarine keabisan akal.

(208a) “Mane si Rossine?”

(209a) “Sekarang, none ade di tangan aye dan aye amat cinte pade none, maka aye arep none mau jadi bini aye.”

(210a) Buat ape? Biar aye simpen ndiri. Jika aye serahkan sekarang, aye kuatir ente bikin ilang duit ntu.

(211a) Atinye ude seneng karena ie piker, si Saipe ude ade yang jaga dan kantongnye sekarang ude penuh.

(212a) Haji Salihun tanye kepade Buyung tentang keidupannye Nyai Dasime dan tuannye.

(213a) Ratu bersame anaknye cari akal binasain Gusti, dan akan membinasain anak mude yang die sangka anaknye none Suzanne.

(214a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu. (215a) Nyonye Van der Plugh mule khawatir, jangan-jangan Rossine dapet bikin birahi lakinye, karena ni nyonye Van der Plugh berpikir, baeknye si Rossine lekas dibrikan laki.

(216a) Di tiker, ia suruh bawa makanan yang ia malu makan di adepan lakinye, seperti rujak, duren, dan sebagenye.

(217a) Tuan W. ude dapet atu anak prempuan bagus namanye Nenci, yang Tuan W. sayang sekali, maka tuan W kagak rugi buat belikan dan kasi Nyainye segala rupa barang, yaitu tusuk konde, peniti inten, selepa, dan konci mas. (218a) Di luar celananye, ade pake atu kaen sarung, akan tetapi ukung bawah kaennye terangkat ke atas dan diselipkan dalem perutnye.

(219a) Dalem sekejap mate, prempuan ni ude dipegang oleh tige orang ntu, mulutnye ditutup dengan atu sapu tangan hingga ia kagak bisa bertreak. (220a) “Aye kagak ade sodara”.

(221a) Die buang dirinye di korsi dengan memegang potret ntu di tangannye yang atu, dan duit-duitan di taronye di meja.

(222a) “Aye juge punye meriem, tetapi meskipun ilang, aye masi punye benteng suse untuk musu ntu maju, sebab aye ude ambil aturan lebi dulu. (223a) Baek, Raden Cartadrie.

(224a) Apol cemburuan serta ia terka, jangan-jangan nyonyenye ude siksa bininye hingga lari, ato barangkali ia telah dibunu dan mayitnye ude dibuang dimane-mane.

(225a) Atu budak yang jaga di rumenye tuan Kramer dalem sekejap mate ude tergletak mati dengan berlimuran dara ditusuk oleh Joyo.

(226a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(227a) Ketika ntu ia ude buka tali celananye lalu iket idung si Dungkul, dan kagak berape lame ia ude tuntun kebo ntu ambil jalan simpang ke kali Mencere. (228a) Sebelonnye cerite, perlu diceritakan dulu dari nyonye Kong Hong Nio, begimane ia jadi seorang yang memiliki banyak duit.

(229a) Besok pagi, die berdue pegi ke Pekojan, dan tanye guru, ape musti dapet ampunan dosa besar bunuh orang?

(230a) Dengan kaget, aye liat di atep ade atu obor yang sedang menyala, dan aye panjat ke atas trus ambil dan buang obor ntu ke bawah.

(231a) Senengnye To Sing Sang waktu ntu kagak bisa cerite lagi, maka Tio Sing Sang mengucap syukur pade Tuhan Yang Maha Kuasa yang ude atur jalannye hingga bisa ketemu yang dicari, yaitu kekasihnye, dan musunye. (232a) Besok paginye, Tuan W cerite kepade Nyainye, semalem die ngimpi atu uler item besar ude lilit badan Nyainye.

(233a) Ia denger lagi seperti ade binatang berjalan di tenga glagah.

(234a) “Ah, ayahanda aye!” Robert berkate seperti orang yang mabok meliat kebesaran bage dirinye.

(235a) Ia tentu lebi suka trime Pangeran ente dari pade orang Belande. (236a) Kalo die mau berdame dengan Kompeni, jangan bicarain hal ni ame utusan orang Cina, tetapi ame Dewan Hindia.

(237a) Die bawa seorang pembesar negrinye (Pangeran Mahkota) yaitu Mas Pengantin yang akan duduk di sebelanye, dan dulu orang liat Kiai

duduk di situ seorang asing kagak terkenal yang pekeannye sederhana, hanya pake item dengan puti.

(238a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(239a) Di atu tempat di dalem kebon ntu, Raden dapet liat tuan rume sedang jalan mondar-mandir kerja dan berpikir keras.

(240a) Di pinggir laot deket muara Ancol, tuan! Di situ ade atu tempat yang sekelilingnye di pager dengan pohon-pohon bambu.

(241a) Kemaren malem, ade orang di kolong tempat tidur aye megang keris. (242a) Inget? Ntu ude nyata jika aye sebut nama ente, mukenye jadi mera dan bersorot manis.

(243a) Esok arinye, atu kawanan serdadu brangkat ke Muare Ancol untuk mengepung kawanan perampok yang ade di tempat ntu.

(244a) “Jadi, ente ntar kawin ame aye dan ikut aye, kalo kagak dapet ijin dari

tuan.”

(245a) Menurut pendengaran Ali, ribuan orang ude berjanji ato bermufakat dengan Pieter Elberveld, yang pade 1 Januari 1722 ntar mule jadi raje di Pulo Jawa.

(246a) Di dalem rume, Samiun pikirkan berhari-hari buat urusin hartanye serta die rasa suse buat buang Nyonye Hayati, sebab dilarang Ma’nye, dan Nyonye Hayati yang ude tau semua rasia jahatnye Samiun dari perkara menadah barang gelap.

(247a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi sakit, kekurangan makan dan minum.

(248a) Malem Senen tanggal 28 Desember 1721, Gubernur Jendral Zwaardecroon trime banyak tamu di dalem istananye di Jakarte.

(249a) Cume ade atu perkataan yang die kagak bisa lupe yaitu ape yang didengernye di Surabaye.

(250a) Di tenga sawa ia brenti sejenak untuk melepaskan capenye, kemudian ia brangkat menuju Betawi mengikuti jalan besar.

(251a) Di jaman ntu ade atu pembunu yang terkenal brani, kuat, serta Polisi Islam takut kepadanye, maka perbuatannye yang jahat, orang kagak brani buka, dan kagak brani tangkep die lantaran orang takut kekuatannye dan balesannye.

(252a) Temen orang tua -yang taro kepercayaan pade Pieter Elberveld itu sebage orang suci dan sakti-, mendengar perkataan dari kepale pembrontak ntu.

3.6 Kata Sambung (Konjungsi)

Kata sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian

kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat (Keraf, 1984:78). Kata sambung

(konjungsi) menurut Kridalaksana (2007:102) adalah kategori yang berfungsi

untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu

menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Contohnya sebagai

berikut:

(253) Bapa, kaloe akoe terima permoehoenannja papa, maka sama djoega seperti

akoe berchijanat sama negrikoe. (hal 103)

(254) Djalannja meliwatken rawah dan tanah batjek, dan bebrapa soengei dan empang misti diliwatnja atawa dipasangin djembatan hingga bebrapa orang mendjadi sakit, ka koerangan makan dan minoem. (hal 96)

(255) Ia minta pada si Djojo soepaja ia dianter poelang karoemah orang-toeahnja sertapoen ia berdandji aken kasih oewang peneboes padanja, aken tetapi sia-sia saja. (hal 178)

(256) “Ja!” sahoet si Siman. (hal 181)

Kata kalau, atau, supaya, dan ya dalam kalimat (253), (254), (255), dan

(256) memiliki padanan kalo, ato, supaye, bage, dan ya dalam bahasa Betawi.

(253a) Bapa, kalo aye trime permohonannye babe ame juge seperti aye

berkhianat ame negri aye.

(254a) Jalannye melewati rawa dan tane becek, beberape sunge, dan empang musti dilewatinye ato dipasangin jembatan hingga beberape orang jadi sakit, kekurangan makan dan minum.

(255a) Ia minta si Joyo supaye ia dianter balik ke rume orang tuanye serta berjanji akan kasi duit penebus padenye, tetapi sia-sia aje.

(256a) “Ye!” sahut si Siman.

3.7 Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kata yang memberi keterangan atau yang menerangkan

nama benda (Keraf, 1984:64). Kridalaksana (2007:59) berpendapat bahwa kata

sifat adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung