1. Potensi Tambak Garam Desa Losarang
Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi Garam rakyat di Jawa Barat yang menjadi target PUGAR. Desa Losarang akan terlihat sibuk di musim kemarau antara pertengahan bulan Juni-Oktober setiap tahunnya. Desa seluas 966,2 Ha yang terletak pada posisi 108° 9´108° 13´ BT dan 6° 21´ 6° 22´ LS, dengan batas wilayah sebelah Barat berbatasan dengan Desa Santing, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Muntur dan Desa Cemara, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Krimun dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jumbleng.
Menurut data GIS (Geographic Information System) dari survei pemetaan tambak Garam yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun 2010, wilayah Losarang 966,2 Ha mempunyai potensi lahan Garam 580,70 Ha (60,1%) dimana 319,50 Ha merupakan lahan produktif Garam dan 261,20 Ha masih dapat dikembangkan lagi. Pada musim kemarau para petambak Garam dapat dengan mudah memproduksi Garam, dengan mengandalkan sinar matahari di lahan dekat pantai dengan air laut sebagai bahan utama. Berdasarkan kepemilikan lahan, Petambak Garam di Desa Losarang dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu Petambak Garam yang melaksanakan usaha Garam pada lahan milik sendiri dan petambak Garam yang melaksanakan usaha Garam pada lahan milik orang lain atau lahan Desa melalui sistem sewa dan atau bagi hasil.
Mata rantai usaha Garam rakyat di Desa Losarang terdiri 5 (lima) komponen, yaitu (1) Petambak Garam, orang yang melaksanakan usaha Garam pada lahan milik sendiri dan atau pada lahan milik orang lain; (2) Buruh tambak Garam, orang yang bekerja pada tambak Garam dan dibayar oleh petambak Garam, untuk 1 (satu) Ha lahan Garam dibutuhkan 2 (dua) orang Buruh tambak yang dibayar Rp. 50.000,00Rp. 70.000,00/orang/hari; (3) Buruh angkut hasil Garam yang di Desa Losarang disebut “pengojek”,
yaitu orang yang mengangkut Garam dari tambak ke pinggir jalan/gudang, dalam 1 (satu) Ha lahan Garam dibutuhkan paling tidak 2 (dua) orang pengojek yang dibayar borongan Rp. 30,00Rp. 70,00/Kg tergantung jauh dekatnya tujuan Garam diangkut; (4) Pengepul yaitu orang yang mengumpulkan hasil usaha Garam petambak dan menjual kepada pedagang besar, usaha pengolah Garam atau usaha yang membutuhkan Garam dan (5) Usaha pengolah Garam, dimana paling dekat adalah usaha perebusan Garam dan pembuatan Garam beryodium di Desa Santing, Kecamatan Losarang yang berbatasan dengan Desa Losarang
Desa Losarang, Kecamatan Losarang yang terletak pada pantai Utara pulau Jawa mempunyai suhu udara cukup tinggi (22,9–300C). Tabel 4.1 menunjukkan data klimatologi Kecamatan Losarang yang berasal dari pengukuran di Stasiun Pengamat Meteorologi dan Klimatologi Cirebon tahun 2001-2010.
Tabel 4.1 Data Klimatologi Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Sukapura Cirebon, 2011
Bahan baku utama Garam adalah air laut dengan kadar NaCl minimal 2 oBe (dua derajat baume) yang tidak tercemar air dari daratan baik berupa air limbah rumah tangga dan industri maupun air tawar dari aliran sungai. Dari 31 Daerah Aliran Sungai yang melalui Kabupaten Indramayu, Desa Losarang hanya dilewati 1 (satu) aliran sungai yaitu sungai Tuan, yang berjarak 3 (tiga) km dari saluran utama masuknya air laut ke tambak Garam. Panen Garam rakyat di Desa Losarang secara normal dapat berlangsung selama 4,5 bulan dimulai pada bulan Juli sampai dengan pertengahan Nopember, dengan siklus produksi pada bulan Juli (5%), Agustus (15%), September (30%), Oktober (35%) dan Nopember (15%).
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Suhu Udara (°C) 21,6 21,2 24,5 24,7 24,8 24,7 24,6 25,0 24,9 25,7 25,4 25,1
Suhu Udara Maksimum (°C) 26,3 25,7 29,7 29,8 30,0 29,7 29,7 30,1 30,4 30,7 30,1 29,5
Suhu Udara Minimum (°C) 18,8 18,6 21,4 21,8 21,6 21,4 21,0 21,2 21,1 21,7 21,8 21,3
Curah Hujan (mm) 386,8 298,1 316,6 185,3 119,4 81,2 35,4 14,9 22,3 70,7 169,2 244,2
Sinar Matahari (%) 42,0 32,1 50,3 54,4 56,3 59,2 61,6 64,1 61,9 61,8 53,7 48,0
Kelembaban Udara (%) 70,5 69,1 77,6 78,5 78,4 76,1 78,2 76,2 72,7 73,2 76,2 77,6
Bulan Rataan
September–Oktober merupakan masa panen raya Garam saat musim kemarau tanpa hujan berlangsung.
Rataan tambak garam di Desa Losarang menggunakan sistem polikultur. Bandeng atau Udang didepositkan pada saat memulai penjemuran Garam di kolam penampungan air muda. Masa budidaya Bandeng adalah pada bulan Desember. Bibit Bandeng 5-8 cm biasanya ditabur sebanyak 5.000-7.000 ekor/Ha jika kondisi kemarau dan 3.000 ekor/Ha jika musim hujan. Hasil panen Bandeng dari sistem polikultur ini mencapai 0,5-1 ton/Ha. Bulan Februari sampai Mei merupakan masa budidaya Udang. Air kolam tambak ikan dikuras, lumpur dikuras dari caren (kolam penampungan) dan dilakukan pengapuran saat caren kering. Air kemudian diisi hingga ketinggian 60 cm lalu bibit udang ditebar. Bibit yang diternak adalah Udang Vaname PL-7 (Post Larva 7 hari), benur disebar sebanyak 150.000 ekor/ha. Pada saat umur udang 3 (tiga) bulan, rataan jumlah panen 1,5 ton/Ha.
Selesai usaha pembesaran udang, lahan kemudian dimanfaatkan sebagai lahan tambak garam dengan menurunkan ketinggian air tambak, dan melakukan persiapan usaha Garam. Untuk menaikkan muka air dari saluran tersier ke kolam penampungan (caren) dibutuhkan pompa air dan kincir angin.
Lahan Garam seluas 1 (satu) Ha di Desa Losarang, rataan mempunyai 20-25 petak meja kristal dengan ukuran 3 m x 15 m sebagai tempat pembentukan kristal Garam. Dengan 20-25 meja kristal, setiap hari Petambak dapat melakukan panen 3-4 petak meja Garam secara bergantian selama musim Garam berlangsung. Saat cuaca panas dan angin bertiup kencang, Petambak akan mendapatkan Garam 2.100-2.800 kg/hari. Rataan Gudang Garam di Desa Losarang berukuran 10 m x 20 m dengan kapasitas tampung 300 ton Garam. Tahun 2010 ketika hujan terjadi sepanjang tahun, lahan tambak tidak menghasilkan Garam. Petambak yang mempunyai modal, melaksanakan usaha tambak Bandeng dan Udang secara terus menerus sepanjang tahun 2010. Petambak yang tidak memiliki modal, menjadi buruh tani dan membiarkan tambak menjadi lahan kosong.
2. Usaha Garam Rakyat Di Desa Losarang
Usaha garam rakyat di Desa Losarang dimulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran garam ke Pedagang/Pengepul/Industri pengolahan garam, dengan penjelasan berikut :
a. Persiapan Lahan
Proses produksi Garam dimulai persiapan lahan produksi garam (Gambar 4.1 dan 4.2) dengan melakukan pengeringan lahan yang dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 tergantung ketersediaan tenaga kerja. Tenaga kerja pada masa persiapan lahan digunakan untuk perbaikan tanggul, saluran tambak, penyiapan areal penguapan/peminihan dan penyiapan meja kristalisasi Garam. Untuk luas lahan 1 (satu) Ha dengan tenaga kerja 2 (dua) orang, perbaikan tanggul dan saluran tambak diperlukan waktu kurang lebih 1-2 minggu. Penyiapan areal peminihan dan meja kristal dilakukan dengan cara memasukkan air laut keseluruh areal tambak sehingga mencapai ketingian 30 cm. Setelah 3 (tiga) hari terendam air laut, kolam peminihan dan meja kristal dikeringkan selama 1 (satu) hari.
Untuk memperoleh kualitas tanah meja kristalisasi yang baik sebelum melakukan pelepasan air tua (air laut 25 oBe) tanah tersebut terlebih dahulu diperlakukan “Kesap dan Guluk” (biasanya dilakukan 2 kali untuk memperoleh kualitas kekerasan tanah yang memenuhi syarat). Kesap dilakukan dengan tujuan untuk membuang lumpur dan lumut yang menempel pada permukaan tanah sedangkan Guluk bertujuan untuk mengeraskan landasan permukaan tanah.
Pembuatan meja kristal di tahun 2011, membutuhkan waktu yang lebih lama. Ketika lahan tidak digunakan untuk tambak garam pada tahun 2010, tanah lahan menjadi rusak, kurang sesuai untuk usaha garam karena tidak dapat menampung air (poros/air akan cepat terserap masuk ke tanah). Untuk pembuatan 2-3 petak meja kristal yang biasa selesai dalam waktu 1-2 hari, pada tahun 2011 diperlukan waktu 3-4 hari. Pembuatan meja kristal membutuhkan waktu lebih lama karena setelah proses pengerasan lahan yang pertama, tanah
harus dibasahi lagi untuk kemudian di keraskan kembali, proses ini berlangsung sampai 4 (empat) kali. Untuk penyiapan lahan Garam dengan memakai 2 (dua) orang tenaga kerja diperlukan waktu 30-45 hari. Penyiapan lahan Garam dapat dipersingkat menjadi 15-20 hari dengan menggunakan 5 (lima) orang tenaga kerja, hanya saja diperlukan modal yang lebih besar untuk persiapan lahan Garam
b. Pembuatan Garam
Pembuatan dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap penguapan sehingga air laut mencapai konsentrasi yang diinginkan, dimana cairan dengan konsentrasi tinggi, yang disebut air tua, siap mengkristal. Tempat penguapan ini disebut peminihan (evaporator). Air tua yang siap dikristalkan ditampung dalam kolam penampungan. Tahap kedua adalah tahap pengkristalan, dimana air tua dalam kolam penampungan akan dialirkan ke meja kristalisasi, yaitu tempat penguapan air tua, sehingga kristal Garam akan terbentuk.
Proses produksi dimulai dari mengalirkan air laut dengan tingkat kekentalan 2oBe (dalam 1 (satu) liter terlarut 2 (dua) gram NaCl) dari saluran sekunder dalam kolam penampungan. Dari Kolam penampungan, air laut dialirkan dengan menggunakan kincir angin atau mesin pompa ke kolam peminihan 1 (satu) sehingga mempunyai kekentalan 4 oBe (Gambar 4.3), untuk tahap awal proses ini memerlukan waktu 2 (dua) hari. Untuk menjadikan air laut 2oBe (air muda) menjadi air laut 20 oBe (air tua) Gambar 4.1 Proses Perendaman lahan Gambar 4.2 Proses Pengerasan Lahan
diperlukan waktu 10 hari, setelah adanya air muda dan air tua di penampungan, proses ini bisa berlangsung terus menerus setiap hari.
Untuk lahan Garam seluas 1 (satu) Ha, terdapat 6 (enam) kolam peminihan dan dibutuhkan waktu 10 hari untuk menjadikan air laut dengan kepekatan 2 (dua) oBe menjadi air tua dengan kepekatan 20 oBe (derajat baume) dimana dalam 1 (satu) liter air laut terkandung 20 gram NaCl. Air laut tua ditampung dalam kolam penampungan dengan kepekatan 2025 o
Be, jika terlalu tinggi Garam yang terbentuk akan terasa pahit karena mengandung Garam-garam magnesium. Untuk menjaga kepekatan air tua, dialirkan air muda dengan kepekatan 2 (dua) oBe ke kolam penampungan air tua setiap 5 (lima) hari atau jika diperlukan. Proses pengaliran air tua ke meja kristal dilaksanakan pada siang hari. Pembentukan kristal Garam di meja kristalisasi memerlukan waktu 4-10 hari, tergantung cuaca di tambak garam, karena kristal Garam tidak akan terbentuk jika terkena air hujan (Gambar 4.4). Di Desa Losarang pembentukan kristal Garam dilakukan selama 5-7 hari.
c. Proses Panen Garam
Setelah 5-7 hari kristal Garam dipanen dengan cara dikais yang dalam bahasa setempat disebut “dikerik” (Gambar 4.5). Saat proses pengaisan, permukaan kristal Garam dalam kondisi terendam air tua sedalam 5 (lima) cm. Garam mutu baik dihasilkan dengan kondisi seluruh permukaan kristal tenggelam tidak boleh ada yang menyembul
Gambar 4.4 Proses kristalisasi Garam Gambar 4.3 Proses memasukkan Air
ke permukaan, karena ketika permukaan kristal Garam menyembul kepermukaan akan terjadi kristalisasi setempat dengan cepat, sehingga akan ikut terendapkan berbagai Garam magnesium dan kalium.
Rataan jumlah meja kristal dalam lahan seluas 1 (satu) Ha adalah 22-30 petak berukuran 3 m x 15 m. Proses pengaliran air tua dilaksanakan secara bertahap 3-4 petak setiap hari, sehingga nantinya petambak akan dapat panen Garam setiap hari. 1 (satu) petak meja kristal menghasilkan 300-700 Kg Garam, sehingga saat cuaca bagus, 1 (satu) Ha petambak akan menghasilkan 2.100-2.800 Kg Garam setiap harinya. Sisa air Garam yang mempunyai kepekatan 29 oBe dibuang, karena banyak mengandung Garam magnesium dan akan mempengaruhi kandungan NaCl yang dihasilkan pada proses panen berikutnya. Setelah pengeringan selama 2 jam, petak kristalisasi dapat digunakan untuk proses kristalisasi beriktnya. Hasil panen Garam kemudian dibawa ke tempat pencucian Garam atau tempat pengumpulan dengan menggunakan ember (Gambar 4.6).
Pencucian kristal Garam dilakukan untuk meningkatkan kandungan NaCl dengan mengurangi/menghilangkan unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya. Air pencuci Garam adalah air laut tua (Brine). Semakin bersih air pencuci Garam dari kotoran akan menghasilkan Garam cucian lebih baik atau bersih. Setelah Garam dicuci kemudian Garam ditiriskan dengan menggunakan alas dari bambu atau bisa disebut dengan istilah gribig, namun kebanyakan
Petambak menggunakan alas dari Garam produksi pertama. Metode pembuatan Garam ini dikenal sebagai metode Maduris karena Garam langsung diproduksi diatas tanah. Metode Maduris tidak membuat meja garam permanen/semi permanen yang terbuat dari kristal garam, sehingga ketika harga Garam kurang menguntungkan, petambak dapat melakukan alih fungsi lahan menjadi tambak Ikan atau Udang.
Pencucian Garam oleh petambak didesa Losarang jarang dilakukan karena Garam yang dihasilkan biasanya langsung dijual ke pengepul atau pabrik pengolah Garam. Pencucian garam juga tidak dilakukan karena menambah biaya produksi, namun tidak meningkatkan harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan harga mutu tinggi jika dijual pada periode yang sama. Pencucian Garam biasa dilakukan oleh petambak yang akan menyimpan Garam di gudang terlebih dahulu sebelum dijual ke pasar. Penggunaan zat tambahan akan menjadikan Garam lebih padat dan kompak sehingga ketika dicuci, Garam dengan zat tambahan hanya akan mengalami penyusutan 5%, lebih rendah dari pada Garam non zat tambahan yang akan mengalami penyusutan sebesar 10% ketika dicuci. Proses pencucian untuk luas lahan 1 (satu) Ha membutuhkan saringan seluas 1 x 2 m yang harganya Rp. 12.000,00. Petambak membutuhkan waktu kurang lebih 3 (tiga) jam untuk mencuci 1 (satu) ton Garam.
Gambar 4.7 Pencucian Garam dengan air tua Gambar 4.8 Tempat pengumpulan Garam hasil pengaisan
Pola lahan Garam secara umum di Desa Losarang dapat dilihat pada Gambar 4.9
c. Pemasaran Garam.
Di Desa Losarang, mutu Garam tidak berpengaruh pada harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan Garam mutu bagus jika dijual pada periode yang sama. Kekurangan modal membuat garam tidak pernah disimpan di gudang. Petambak langsung menjual garamnya kepada pengepul, bahkan ketika Garam Gambar 4.9 Pola lahan Tambak Garam Rakyat
Kolam Penampungan Air Laut (Air Muda) 2 OBe 4 OBe Kolam Peminihan 1 6 OBe Kolam Peminihan 2 8 OBe Kolam Peminihan 3 10 OBe Kolam Peminihan 4 12 OBe Kolam Peminihan 5 S alura n Air Tua 1 5 O Be 20 OBe
Kolam Penampungan Air Tua
Meja Kristalisasi Kincir
masih berada di tambak Garam. Pengepul menetapkan harga yang sama untuk semua harga Garam yang dibelinya. Garam mutu baik, oleh Pengepul dicampur dengan Garam mutu rendah sebelum dijual ke Pedagang besar/usaha yang membutuhkan Garam (Gambar 4.10 dan 4.11).
Harga tertinggi tahun 2010 mencapai Rp. 1750,00 /kg atau 5 (lima) kali dari harga dasar Garam bermutu 1 (satu) yang ditetapkan oleh Pemerintah Rp. 350,00 /Kg pada saat itu. Tingginya harga Garam tahun 2010, dikarenakan kegagalan produksi Garam akibat turunnya hujan sepanjang tahun 2010. Meskipun pada tahun 2010 Petambak Garam di Desa Losarang tidak menghasilkan Garam, penjualan Garam dilakukan oleh Petambak Garam yang masih mempunyai Garam sisa produksi tahun 2009. Garam ini tersimpan dalam gudang-gudang petambak (Gambar 4.12 dan 4.13)
Gambar 4.10 Garam mutu baik dicampur Garam mutu rendah
Gambar 4.11 Garam pengepul siap dijual
Gambar 4.12 Pengemasan dan Pengangkutan Garam
Tahun 2011 harga Garam mencapai Rp. 1.200,00/Kg pada bulan Juni 2011. Bulan Agustus harga Garam turun menjadi Rp. 600,00-Rp. 800,00/Kg sebelum akhirnya turun menjadi Rp. 350,00/Kg pada bulan Oktober dan Nopember ketika panen raya Garam berlangsung. Kondisi ini masih lebih baik dibanding tahun 2009 ketika petambak hanya menerima Rp. 150,00-Rp.350,00 selama musim Garam.
Industri pengolahan Garam konsumsi terdekat adalah usaha perebusan Garam di Desa Santing, Kecamatan Losarang. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri lokal, Garam Desa Losarang juga digunakan sebagai bahan baku pabrik pengolahan Garam di Bandung dan Jakarta dengan biaya angkutan Rp. 100,00/Kg. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolah Garam di Cirebon, Garam di Desa Losarang dikirim ke Cirebon dengan biaya angkutan Rp. 50,00/Kg.
Selain untuk Garam konsumsi, Garam Desa Losarang juga dijual ke pabrik cat dan tekstil di Jakarta, pabrik lem dan kertas di Cikampek dan pabrik kayu lapis di Lampung. Garam di Desa Losarang juga digunakan bahan baku industri pembuatan pupuk di Cirebon dan Lampung. Untuk perkebunan kelapa sawit diperlukan 1 (satu) Kg Garam untuk 1 (satu) pohon kelapa sawit per tahun, sama juga untuk pohon pisang. Untuk pupuk sawah, diperlukan 300 kg Garam untuk 1 (satu) Ha lahan sawah. Penggunaan Garam untuk perkebunan/ pertanian karena garam merupakan senyawa yang terbentuk dari senyawa asam kuat (HCl) dan Basa kuat (NaOH) yang terkandung dalam air laut, sehingga untuk tanah tertentu yang bersifat asam/basa dapat dinetralisir dengan penggunaan Garam.
Tahun 2009 Petambak di Desa Losarang mendapat pesanan Garam cair dengan harga Rp. 4.000,00/l, lebih menguntungkan dari penjualan garam kristal. Untuk menghasilkan 1 (satu) Kg kristal Garam dibutuhkan ± 4 (empat) liter air laut tua, air laut tua dalam kondisi steril inilah yang dijual sebagai garam cair.