• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Metode Kerja

2. Pengolahan dan Analisis Data

a. Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa pendapat (pernyataan) atau judgement sehingga tidak berupa angka akan tetapi berupa kata-kata atau kalimat (Effendy, 2010). Data kualitatif diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, analisis dokumen, diskusi atau observasi lapangan yang telah dituangkan dalam bentuk transkrip.

Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mengungkapkan efektivitas implementasi program PUGAR melalui indikator proses pencapaian tujuan PUGAR, yaitu (1) proses pembentukan KUGAR di Desa Losarang; (2) proses penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat sesuai dengan Rencana Usaha

Bersama (RUB); dan (3) proses pendampingan dan peningkatan teknologi usaha garam rakyat.

Selain dengan pendekatan kualitatif, digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur 6 (enam) hal pada responden, yaitu (1) Produktifitas tambak garam; (2) Pendapatan usaha garam; (3) kelayakan usaha garam; (4) Marjin keuntungan usaha garam; (5) Analisis kesenjangan (Gap analysis) dan (6) Efisiensi modal.

1) Produktifitas tambak garam rakyat

Produktifitas diperoleh melalui pembagian antara jumlah garam dalam satuan ton yang dihasilkan selama musim produksi garam dengan luas lahan dalam satuan Ha untuk menghasilkan garam tersebut, dirumuskan sebagai berikut :

Produktifitas = Jumlah Hasil Produksi Luas Lahan

Dalam penelitian ini akan dihitung produktifitas tambak garam rakyat sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR

2) Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha garam rakyat merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, yang dirumuskan sebagai berikut :

Pd = TR – TC dimana :

Pd : Pendapatan usaha TR : Total Penerimaan TC : Total Biaya

Total penerimaan (Total Revenue/TR) diperoleh melalui perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan yang dapat dijual dengan harga jual tertentu, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y x Py dimana :

Y : Jumlah produk yang dijual Py : Harga Y

Total biaya (Total Cost atau TC ) didapat penambahan biaya tetap produksi garam (Fixed Cost atau FC ) dan biaya tidak tetap produksi garam (Variable Cost atau VC). TC dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = FC + VC

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh penerimaan usaha petambak garam. Dalam penelitian ini akan dihitung penerimaan yang diperoleh sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR.

3) Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha garam dihitung dari Benefit Cost (B/C) ratio, dimana kelayakan usaha ditetukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila nilai B/C ratio < 1 maka usaha garam tidak layak untuk dilanjutkan.

Kelayakan Usaha = Pendapatan Total Biaya

Untuk menghitung kelayakan usaha juga dilaksanakan melalui perhitungan titik impas usaha (Break Even Point atau BEP). BEP terbagi menjadi 2 (dua) jenis analisis yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan harga satuan produk per kilogram sebagai perhitungan titik impas usaha dicapai pada jumlah produksi garam tertentu dan (2) titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha yang dapat dicapai pada harga garam tertentu per kg.

BEP Produksi = Total Biaya Harga Satuan Produk

BEP Harga Produksi = Total Biaya Total Produksi

Kelayakan usaha garam rakyat juga dihitung dari berapa luasan minimal tambak garam untuk memenuhi kebutuhan petambak garam. Nilai kebutuhan petambak garam diambil dari Upah Minimum Kabupaten Indramayu tahun 2011 Rp. 944.190,- (mencapai 100%

tingkat Kebutuhan Hidup Layak di Kabupaten Indramayu), yang merupakan keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 561/kep.1564-bangsos/2010 dan berlaku efektif tanggal 1 Januari 2011.

Luas Tambak Garam yang Layak = Upah Minimum Kabupaten Pendapatan Petambak per hektar

4) Marjin Keuntungan (Profit Margin)

Profit Margin usaha garam merupakan merupakan kemampuan

usaha garam untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan penjualan yang dicapai. Semakin besar marjin keuntungan petambak garam menandakan semakin baik kinerja usaha garam, karena meningkatkan kemampuan petambak dalam menghasilkan keuntungan dengan dibandingkan penjualan yang dicapai. Marjin keuntungan dihitung dengan rumus berikut :

Marjin Keuntungan = Keuntungan Usaha Garam Hasil Penjualan Garam

5) Analisa Kesenjangan (Gap Analysis)

Analisis kesenjangan terjadi karena adanya pertambahan nilai dari petambak untuk sampai ke konsumen seperti Gambar 3.2. Analisis kesenjangan adalah perbandingan harga jual garam di pasar dibandingkan pendapatan petambak per kg garam yang diproduksi, dimana dengan semakin jauh perbedaan harga di tingkat petambak dan harga di pasar, berarti komoditas garam tersebut masih dapat diberikan nilai tambah yang dilakukan oleh petambak untuk meningkatkan harga jual garam. Kesenjangan yang besar terjadi kaena distribusi yang panjang dari petambak ke konsumen. Analisis kesenjangan dihitung dengan rumus berikut :

Analisis Kesenjangan = Harga dipasar Pendapatan Petambak

Gambar 3.2 Alur pertambahan nilai garam (Rachman dan Imran, 2011)

6) Efisiensi Modal

Sebagian modal untuk melaksanakan produksi garam berasal dari BLM, maka diteliti efisiensi modal, dimana keuntungan yang diperoleh dalam usaha garam dapat mencapai persentase tertentu dari total biaya yang dikeluarkan. Efisiensi modal dihitung dengan menggunakan rumus :

Efisiensi Modal = Laba Bersih

Total Biaya x 100 %

b. Analisis SWOT

Analisis SWOT, yaitu analisis kekuatan-kelemahan dan peluang–

ancaman yang terbagi menjadi 2 (dua) bentuk matriks, yaitu Internal

Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal usaha garam yang berkaitan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weaknesses) yang dianggap penting. Sementara matriks EFE

digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal usaha garam yang yang berkaitan dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar lingkungan usaha garam tersebut mempengaruhi keberhasilan usaha garam yang dilaksanakan petambak. Pedagang Pengumpul Petambak Garam Perusahaan Garam Pasar Jasa Transportasi Distribusi Garam

Analisis data terhadap faktor-faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) usaha garam di Desa Losarang dilakukan melalui beberapa tahapan kerja, yaitu :

1. Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan sebagai faktor lingkungan internal dan peluang dan ancaman sebagai faktor lingkungan eksternal pada kolom pertama di masing-masing matriks (IFE dan EFE).

2. Memberikan bobot tingkat pengaruh kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman tersebut dengan jumlah bobot untuk peluang dan ancaman adalah 1 (satu), demikian pula jumlah bobot kekuatan dan kelemahan adalah 1 (satu). Masing-masing faktor internal dan eksternal dibandingkan dengan menggunakan skala perbandingan berpasangan 1-9 dari Saaty (1993).

3. Memberikan rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 yaitu skala 3-4 untuk atribut kekuatan dan peluang dan skala 1-2 untuk atribut kelemahan dan ancaman. Rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 tersebut ditentukan dengan cara membandingkan fakta yang ada (kondisi obyektif) dengan kinerja ideal maupun kondisi ideal yang diharapkan.

4. Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh skor terbobot.

5. Skor yang diperoleh selanjutnya dijumlahkan untuk menggambarkan total skor terbobot di masing-masing matriks (IFE dan EFE).

Pada akhirnya hasil gabungan total skor terbobot dari faktor-faktor internal dan eksternal akan menggambarkan 9 (sembilan) kuadran alternatif bentuk pengembangan strategi (Gambar 3.3), bila dikelompokkan akan menghasilkan 3 (tiga) bentuk strategi dasar, yaitu :

1. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy), kuadran-kuadran ini merupakan kondisi pertumbuhan usaha garam yang dilaksanakan petambak (kuadran 1, 2 dan 5) atau upaya untuk melakukan diversifikasi (kuadran 7 dan 8).

2. Strategi Stabilitas (Stability Strategy) adalah suatu bentuk strategi yang diterapkan tanpa harus mengubah arah strategi yang sedang berjalan atau sedang diterapkan (kuadran 4 dan 5).

3. Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy) adalah upaya untuk memperkecil/mengurangi usaha garam yang dilaksanakan petambak (kuadran 3 dan 6) atau upaya untuk menutup usaha/likuidasi (kuadran 9).

-- Total Skor Faktor Internal -- Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0 To ta l Skor Fak tor eks ter n al --Tinggi 3,0 I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Penciutan Rataan 2,0 IV Stabilitas V Pertumbuhan VI Penciutan Stabilitas Rendah 1,0 VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuidasi

Gambar 3.3. Matriks IE (Rangkuti, 2006)

Matriks SWOT akan menghasilkan 4 (empat) tipe strategi (Tabel 3.1) berikut :

1) Strategi S-O

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki usaha garam untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi S-T

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki usaha garam untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Strategi W-T

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 3.1 Matriks SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal Strengths (S) Menentukan 5-10 faktor kekuatan internal Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor kelemahan internal Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktor peluang eksternal

strategi S-O

Menciptakan strategi

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

strategi W-O

Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatan peluang Threats (T) Menentukan 5-10 faktor ancaman eksternal strategi S-T Menciptakan Strategi

menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

strategi W-T

Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2006

Terdapat 8 (delapan) tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan.

2) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan. 3) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan. 4) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan.

5) Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S – O.

6) Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W – O.

7) Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S – T.

8) Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W – T.

c. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petambak Anggota KUGAR

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model

pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level, dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki, sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis (Saaty, 1993). AHP menurut Budiharsono (2006) pada dasarnya didesain untuk menangkap persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai kepada suatu skala preferensi diantara beberapa kriteria atau alternatif. Analisis MAHP (Modified AHP) merupakan analisis AHP yang dimodifikasi untuk menjangkau dalam penentuan prioritas suatu kegiatan (Budiharsono, 2006). MAHP pada kajian ini menggabungkan AHP dengan penghitungan terhadap pencapaian indikator-indikator yang ditetapkan. MAHP digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petambak anggota KUGAR sebelum dan sesudah diimplementasikan- nya PUGAR sebagai indikator dampak yang ingin dicapai dengan diimplementasikannya PUGAR. Indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari 3 (tiga) hal, yaitu : (1) Peningkatan pendapatan; (2) Penyerapan tenaga kerja; (3) Peningkatan kesempatan berusaha (Husnan dan Suwarsono, 2008). Hirarki peningkatan kesejahteraan dari 3 (tiga) faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Hirarki penentuan efektivitas implementasi PUGAR dari peningkatan kesejahteraan petambak garam

Hirarki di atas menggambarkan secara grafik ketergantungan unsur-unsur dalam suatu masalah. Tingkat pertama adalah tujuan atau sasaran, sedangkan tingkatan kedua adalah peranan implementasi Pugar dalam pencapaian tingkat pertama. Penilaian dilakukan pada pasangan-pasangan unsur untuk menentukan prioritas. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan penilaian pada unsur tingkat kedua, dimana penilaian menjadi indikator dari kriteria yang ditetapkan.

Peningkatan pendapatan pada penelitian ini adalah perbandingan antara jumlah pendapatan yang diterima petambak garam pada satu musim usaha garam sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR, penyerapan tenaga kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di tambak garam sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR, sedangkan peningkatan kesempatan berusaha adalah perbandingan jumlah usaha yang timbul sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR. Musim usaha garam secara normal berlangsung selama musim kemarau, sehingga dengan diimplementasikannya PUGAR petambak dapat melaksanakan usaha garam sepanjang tahun, dapat memanfaatkan tambak garam untuk usaha lain di luar musim garam ataupun mempunyai usaha-usaha terkait dengan garam seperti pengolahan garam yodium, pembuatan garam untuk kesehatan dan lain-lain.

Peningkatan Kesejahteraan Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Peningkatan Kesempatan Berusaha

Penentuan bobot penilaian indikator dalam mengukur keberhasilan PUGAR dalam meningkatkan kesejahteraan petambak garam anggota KUGAR menggunakan bobot seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Bobot indikator penilaian peningkatan kesejahteraan Petambak Garam No. Kriteria Indikator Skor 1. Peningkatan

Pendapatan

Pendapatan tidak Meningkat 0 Pendapatan meningkat 0,1–5% 1 Pendapatan meningkat 5,1–10% 2 Pendapatan meningkat 10,1–15% 3 Pendapatan meningkat lebih dari 15% 4 2. Penyerapan

Tenaga Kerja

Tidak menyerap tenaga kerja 0 Menyerap tenaga kerja sebesar 0,1–5% 1 Menyerap tenaga kerja sebesar 5,1–10% 2 Menyerap tenaga kerja sebesar 10,1–15% 3 Menyerap tenaga kerja lebih dari 15% 4 3. Peningkatan

Kesempatan Berusaha

Tidak menimbulkan kesempatan berusaha 0 Meningkatkan kesempatan berusaha 0,1–5% 1 Meningkatkan kesempatan berusaha 5,1–10% 2 Meningkatkan kesempatan berusaha 10,1–15% 3 Meningkatkan kesempatan berusaha lebih dari 15% 4

Efektivitas implementasi PUGAR ditentukan dengan rumus berikut :

Nilai Kegiatan= Skor untuk kriteria ke-i ×Bobot kriteria ke-i

4 ×100

Keterangan pembobotan sebagai berikut : a. < 50 : tidak efektif b. 51–60 : kurang efektif c. 61–70 : cukup efektif d. 71–80 : Efektif

Dokumen terkait