• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mencapai swasembada garam nasional telah dibentuk tim swasembada garam nasional dibawah koordinasi Kementerian Koordinator Perekonomian yang beranggotakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku koordinator tim bertanggungjawab pada 2 (dua) hal, yaitu menentukan arah pengembangan garam nasional dan mensinergikan kebijakan dan program lintas sektorat dalam pengembangan garam nasional.

KKP bertanggungjawab pencapaian swasembada garam untuk keperluan konsumsi dengan melaksanakan intensifikasi dan revitalisasi lahan produktif, peningkatan produksi dan mutu garam rakyat, pemberdayaan petambak garam, inovasi teknologi produksi dan mutu garam. Kemenperin bertanggung jawab pencapaian swasembada garam untuk industri melalui kegiatan peningkatan mutu garam untuk industri, pemenuhan kebutuhan garam untuk industri CAP dan non CAP, dan pengembangan garam industri dengan inovasi teknologi industri. Kemendag bertanggungjawab pada 2 (dua) hal, yaitu (1) Kebijakan pentarifan dan harga garam melalui penetapan harga dasar garam, kebijakan ini dipandang perlu karena selama ini garam konsumsi dalam negeri, tidak dapat bersaing dengan garam konsumsi impor karena petambak garam di negara pengekspor diberi subsidi oleh pemerintahnya (India dan Cina); (2) Kebijakan penentuan impor garam terutama untuk kebutuhan industri dengan mempertimbangkan keberadaan garam produksi nasional dan menjamin kecukupan garam untuk kebutuhan nasional.

Selain Kementerian yang tergabung dalam tim swasembada garam nasional, Kementerian lain ikut mendukung upaya pencapaian swasembada garam nasional sesuai tugas pokok dan fungsinya. Kementerian Keuangan mempunyai 3 (tiga) tugas pokok berkaitan dengan pencapaian swasembada garam, yaitu (1) mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan swasembada garam; (2) memfasilitasi permodalan usaha; (3) Melaksanakan pengawasan tataniaga garam impor bersama-sama dengan Kementerian Perdagangan. Tugas Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terkait swasembada garam ada

2 (dua) hal, yaitu (1) Bersama dengan KKP melakukan pemberdayaan usaha garam rakyat melalui pendekatan keorganisasian, disini kerjasama kelompok diantara petambak garam diharapkan dapat membentuk skala ekonomi usaha lebih besar yang berpeluang untuk berkembang; (2) Menciptakan iklim usaha yang mampu memotivasi berkembangnya Koperasi petambak garam ataupun organisasi kelompok kerja baru yang lain.

Kemendagri dan Pemda mempunyai 4 (empat) tugas pokok berkaitan swasembada garam, yaitu : (1) Melalui Pemda melakukan fasilitasi kemungkinan pembukaan lahan garam baru di daerah tersebut (Rencana Tata Ruang Wilayah dan Perijinan); (2) Memberikan dukungan pengamanan terhadap usaha garam rakyat dari kemungkinan terjadinya pencemaran air laut sebagai sumber bahan baku; (3) Memberikan dukungan berupa peningkatan prasarana dan sarana dasar secara kuantitas dan mutu bagi kegiatan pegaraman rakyat; (4) Melakukan pembinaan administrasi dan statistik usaha garam rakyat oleh Kepala Desa dan Camat setempat. Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Perindustrian melakukan pengawasan garam konsumsi dipasar memenuhi mutu garam berdasarkan SNI 01-3556-2000 (minimal 30 mg/Kg).

D. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat

Menurut Kusnadi (2009) pemberdayaan masyarakat nelayan diartikan sebagai usaha-usaha sadar yang bersifat terencana, sistematik dan berkesinambungan untuk membangun kemandirian sosial, ekonomi, dan politik masyarakat nelayan dengan mengelola potensi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan sosial yang bersifat berkelanjutan.

Diperlukan prasyarat/kondisi dan proses yang sistemik didalam pemberdayaan ekonomi rakyat terutama yang tergolong masyarakat miskin, seperti masyarakat pesisir. Prasyarat/kondisi yang dimaksudkan adalah (1) adanya kondisi pemberdayaan; (2) memberikan kesempatan agar masyarakat semakin berdaya; (3) perlindungan agar keberdayaan dapat berkembang; (4) meningkatkan kemampuan agar semakin berdaya, dan (5) fungsi pemerintah. Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat miskin dapat dilakukan secara bertahap melalui 3 (tiga) fase, yaitu (1) fase inisial, dimana pemerintah yang paling dominan dan rakyat

bersifat pasif; (2) fase partisipatoris, dimana proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat; dan (3) fase emansipatoris, masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan dirinya sehingga dapat melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam mengaktualisasikan dirinya (Soetomo, 2011).

Pada tahun 2009 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengimplemetasikan program pemberdayaan yang merupakan integrasi pemberdayaan pada masing-masing unit eselon satu dalam wadah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP). PNPM Mandiri-KP adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan.

PNPM Mandiri-KP tahun 2011 mempunyai 2 (dua) komponen program untuk mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan, yaitu Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (PB) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen PT) dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP) dan Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Ditjen KP3K). PUMP merupakan program pemberdayaan bagi peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat nelayan, pembudidaya serta pengolah dan pemasar ikan. Struktur pengorganisasian PNPM Mandiri-KP 2011 dapat dilihat pada Gambar 2.3.

PUGAR adalah kegiatan pemberdayaan yang difokuskan pada peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan bagi petambak garam dalam rangka mencapai Swasembada Garam Nasional melalui prinsip bottom-up, artinya masyarakat sendiri yang merencanakan kegiatan, melaksanakan dan melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan mekanisme yang ditentukan. Melalui PUGAR, masyarakat didorong untuk melaksanakan usaha garam, sehingga target produksi untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi iuntuk nasional akan dapat dicapai.

Gambar 2.3 Organisasi PNPM Mandiri-KP 2011 (KKP, 2011b)

Dalam kegiatan pergaraman, terdapat 4 (empat) isu strategik yang menjadi dasar perhatian dalam pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat, yaitu : (1) isu kelembagaan yang mengakibatkan lemahnya posisi tawar para petambak garam rakyat; (2) isu permodalan yang menyebabkan para petambak garam rakyat masih belum optimal dalam mengakses sumber permodalan baik dari bank maupun non bank sehingga para petambak garam rakyat terjerat pada bakul, tengkulak dan juragan; (3) isu regulasi yang menyebabkan lemahnya keberpihakan dan proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat, sehingga usaha garam rakyat menjadi tidak prospektif dan marketable; dan (4) isu tata niaga garam rakyat yang sangat liberalistik dengan tidak adanya penetapan standar kualitas dan harga dasar garam rakyat, sehingga terjadi penyimpangan harga yang sangat tinggi di tingkat produsen petambak garam dan pelaku pasar, serta terjadinya penguasaan kartel perdagangan garam di tingkat lokal.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi isu strategik tersebut dilakukan melalui 4 (empat) kegiatan PUGAR, yaitu (1) Pemetaan Wilayah Tambak; (2) Peningkatan Kapasitas Petambak Garam; (3) Fasilitasi Kemitraan dalam Usaha Garam Rakyat; (4) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat. Dalam implementasi program PUGAR tahun 2011 dikelola oleh organisasi yang

PNPM Mandiri-KP Tahun 2011 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Ditjen Perikanan Budidaya Pembudidaya Ditjen Perikanan Tangkap Nelayan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR)

Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Petambak Garam Sasaran

Penanggung- jawab

melibatkan beberapa pemangku kepentingan dengan susunan, tugas dan fungsi seperti termuat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kelembagaan PUGAR (KKP, 2011b)

Ket : TNP2K = Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TKPK = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

= Garis Komando = Garis Koordinasi

Pemerintah pusat adalah KKP yang bertindak sebagai penanggungjawab dan pembina program di tingkat nasional. Penanggung jawab kegiatan PUGAR adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (Dirjen KP3K) dengan penanggung jawab teknis Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha. Untuk melaksanakan PUGAR maka dibentuk Tim Kelompok Kerja (POKJA) PUGAR yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen KP3K yang mempunyai 5 (lima) tugas, yaitu (1) Menyusun rencana kebijakan; (2) Menyusun Pedoman Teknis PUGAR; (3) Melakukan koordinasi perencanaan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DITJEN KP3K

(KOORDINATOR POKJA PUGAR)

DINAS PROPINSI

DINAS KABUPATEN/KOTA

TENAGA PENDAMPING

KELOMPOK USAHA GARAM RAKYAT (KUGAR) TIM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN/K TKPK PROPINSI TKPK KABUPATEN/KOTA TNP2K KOPERASI

TIM PENGENDALI PUSAT (KOORDINATOR PNPM MANDIRI-KP)

dan pelaksanaan dengan Kementerian/ Lembaga terkait termasuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K); (4) Melakukan sosialisasi, pelatihan Tenaga Pendamping, lokakarya, supervisi, monitoring, evaluasi dan pengendalian kegiatan; dan (5) Melakukan verifikasi usulan Kabupaten/Kota calon lokasi dan penerima PUGAR tahun 2012.

Pemerintah Daerah adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi dan Kabupaten Kota yang menangani Program PUGAR. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi sebagai representasi KKP di daerah bertugas (1) Melakukan koordinasi, pembinaan, pendampingan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi PUGAR di wilayahnya; (2) Melakukan komunikasi dengan instansi terkait termasuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) tingkat provinsi; dan (3) Mengusulkan Kabupaten/Kota di wilayahnya sebagai calon penerima PUGAR tahun berikutnya berdasarkan hasil evaluasi dan ketentuan yang berlaku. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai penanggungjawab operasional program mempunyai 4 (empat) tugas, yaitu (1) Menyeleksi dan menetapkan lokasi sasaran, kelompok masyarakat sasaran, Konsultan Pelaksana, Tim Pemberdayaan Masyarakat, dan Tenaga Pendamping; (2) Melakukan sosialisasi, publikasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan; (3) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan TKPKD Kabupaten/Kota; dan (4) Mengajukan usulan proposal kegiatan PUGAR tahun berikutnya kepada Dirjen KP3K melalui Kepala Dinas Propinsi.

Tim Pemberdayaan Masyarakat dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Tim ini terdiri dari 5 (lima) orang, dengan Ketua berasal dari unsur dinas kelautan dan perikanan Kabupaten/Kota dengan anggota terdiri dari unsur dinas perindustrian dan/atau perdagangan, dinas koperasi, Koperasi LEPP-M3/koperasi pesisir/koperasi perikanan dan tokoh masyarakat. Tim Pemberdayaan Masyarakat bertugas untuk (1) Melakukan identifikasi, seleksi dan verifikasi terhadap calon lokasi sasaran dan calon penerima BLM, calon lokasi, dan Rencana Usaha Bersama (RUB) KUGAR mengacu pada kriteria pedoman teknis PUGAR; dan (2) Mengusulkan calon lokasi sasaran (nama Kecamatan dan Desa) dan calon penerima BLM dan

besarnya nilai BLM kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasarkan hasil verifikasi.

Koperasi berperan sebagai penyangga hasil produksi garam rakyat ditetapkan oleh dinas kelautan dan perikanan Kabupaten/Kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas yang membidangi urusan koperasi. Tugas koperasi dalam implementasi PUGAR adalah (1) Menyediakan sarana produksi dan permodalan bagi KUGAR; (2) Membeli garam hasil produksi KUGAR dengan harga yang sesuai; dan (3) Memfasilitasi kegiatan penanganan pasca panen, antara lain pengolahan garam, pengemasan dan pemasaran.

Tenaga Pendamping PUGAR di tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas 2 (dua) orang, yaitu (1) Tenaga Pendamping Kelembagaan dan (2) Tenaga Pendamping Teknis Pergaraman. Tenaga Pendamping PUGAR tidak diperkenankan berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Penyuluh Perikanan/Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK)/terikat kontrak kerja dengan Institusi lain.

Sebelum melaksanakan tugasnya, Tenaga Pendamping Kabupaten/Kota diberikan pelatihan teknis dan kelembagaan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM-KP). Tugas Tenaga Pendamping meliputi (1) Membuat rencana pendampingan kegiatan PUGAR; (2) Mendampingi KUGAR menyusun RUB; (3) Mempersiapkan KUGAR dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok dan penguatan kapasitas SDM petambak garam; (4) Mendampingi KUGAR dan memberikan rekomendasi kepada Bank dalam proses pencairan dana BLM dan penyusunan laporan hasil pemanfaatan BLM; (5) Membantu tugas Tim Pemberdayaan Masyarakat; (6) Melakukan pendampingan teknis produksi garam hingga penjualan hasil kepada koperasi; dan (7) Menyusun laporan tertulis perkembangan pelaksanaan kegiatan pendampingan setiap bulan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada dinas kelautan dan perikanan provinsi dan Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K).

KUGAR adalah kelompok melaksanakan yang kegiatan PUGAR yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Pembentukan KUGAR adalah usaha menyatukan petambak garam dalam satu hamparan lokasi untuk bergabung dalam usaha produksi garam secara bersama, sehingga melalui

KUGAR, petambak akan mempunyai posisi tawar yang lebih baik, dan dapat memutuskan hubungan dengan tengkulak/pengepul. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 2.5

Gambar 2.5 Kelompok usaha Garam Rakyat (KKP, 2011b) Keterangan : P1, P2 dan P3 = Petambak Garam

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) menurut pedoman pelaksanaan PUGAR (KKP, 2011b) adalah bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada kelompok guna melindungi dari kemungkinan atau dampak resiko sosial, berupa barang untuk peningkatan usaha petambak garam. BLM diwujudkan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu :

1. Peningkatan prasarana usaha garam rakyat melalui pembuatan/perbaikan saluran tambak, pembuatan/perbaikan galengan/tanggul, pembuatan/ perbaikan gudang sementara, pemadatan tanah, dan pembuatan meja jemur. 2. Peningkatan sarana usaha garam rakyat dengan pemberian pompa, kincir

angin, gerobak sorong, timbangan, bahan additif (garam solusi) dan peralatan tambak garam lain yang diusulkan petambak melalui kelompok. Bahan additif dan teknik tambak garam maduresee dalam PUGAR digunakan untuk meningkatkan mutu garam rakyat dan produktifitas garam rakyat

P1 P2 P3 KUGAR Penggarap Pengepul/ Tengkulak Koperasi/ Pedagang Besar PABRIK

menjadi 80 ton/Ha. Strategi pencapaian swasembada garam rakyat melalui PUGAR dapat dilihat dalam Gambar 2.6

Gambar 2.6 Alur PUGAR (KKP, 2011b) Musyawarah Desa Penentuan Petambak Penetapan KUGAR Penyusunan RUB Verifikasi TPM PEMDA KP3K Penyaluran BLM Produksi Garam Swasembada Garam Pendamping Teknis Pendamping Kelembagaan KOPERASI SARANA PRASARANA

Program PUGAR Tahun 2011 mempunyai 4 (empat) tujuan, yaitu (1) Membentuk sentra-sentra usaha garam rakyat di lokasi sasaran; (2) Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petambak garam rakyat dalam kelompok usaha garam rakyat; (3) Meningkatkan akses terhadap permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Petambak garam rakyat; dan (4) Tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 304.000 ton untuk mendukung Swasembada Garam Nasional.

Tercapainya tujuan PUGAR tahun 2011 dengan melihat pada 3 (tiga) indikator output PUGAR, yaitu (1) Terbentuknya 750 KUGAR; (2) Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Rp. 76.000.000.000,- (tujuh puluh enam miliar rupiah) sesuai dengan Rencana Usaha Bersama (RUB); dan (3) Tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 304.000 ton. Selain indikator output, PUGAR juga memiliki indikator outcome sebagai tujuan PUGAR 2011, yaitu (1) Meningkatnya pendapatan kelompok usaha garam rakyat sebesar 15%; (2) Terwujudnya kelompok usaha garam rakyat menjadi anggota koperasi yang berbadan hukum di 40 unit koperasi sebagai sentra usaha garam rakyat; (3) Meningkatnya kapasitas petambak garam rakyat melalui pelatihan dan pendampingan sejumlah 750 kelompok; dan (4) Meningkatnya produktifitas tambak garam rakyat dari 60 ton/Ha menjadi 80 ton/Ha.

Di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, PUGAR diimplementasikan dengan melibatkan 170 orang petambak yang tergabung dalam 17 KUGAR. BLM yang disalurkan Rp. 850.000.000,- untuk perbaikan sarana dan prasarana usaha garam milik petambak sesuai dengan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang sudah dibuat oleh KUGAR.

Dalam penyaluran BLM, pemilik lahan diberikan kesempatan untuk mendapatkan BLM dengan syarat menggarap lahan dan maksimal memiliki lahan 5 Ha dan tidak diperkenankan dana BLM untuk sewa lahan karena kurang efektif dalam pencapaian tujuan dan hanya untuk penunjang produksi.170 orang petambak penerima BLM sudah diverifikasi dan ditetapkan melalui SK Dirjen KP3K dan dipublikasikan di media cetak dan elektronik.

Dokumen terkait