• Tidak ada hasil yang ditemukan

Areal IUPHHK-HA PT Salaki Summa Sejahtera (PT SSS) merupakan ex areal IUPHHK-HA PT Tjirebon Agung seluas ± 70.000 ha sesuai SK IUPHHK No. 195/Kpts/Um4/1973 dan berakhir 31 Agustus 1993. Setelah masa pengelolaan PT Tjirebon Agung selesai, PT SSS mengajukan permohonan pada areal IUPHHK tersebut seluas ± 48.000 ha. Berdasarkan Surat Rekomendasi dari Bupati Kepulauan Mentawai No.552.11/392/Perek-2000 tanggal 9 November 2000, PT SSS mendapat persetujuan pencadangan areal IUPHHK seluas ± 48.000 ha, serta rekomendasi dari Gubernur Sumatera Barat No. 525.26/1465/Perek-2000 tanggal 20 November 525.26/1465/Perek-2000. Dalam perkembangan terakhir, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.136/VIII/KP-4.2.1/2001 telah dihitung ulang secara planimetris pencadangan areal seluas ± 49.440 ha yang merupakan areal yang bebas dari kepemilikan perusahaan atau tidak tumpang tindih dengan perusahaan lain. Berdasarkan kajian AMDAL yang telah disahkan Gubernur Sumatera Barat, dan telah dipenuhinya seluruh kewajiban administrasi perolehan IUPHHK, diterbitkanlah SK IUPHHK melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No.413/Menhut-II/04 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Alam a.n. PT Salaki Summa Sejahtera di Provinsi Sumatera Barat seluas ± 48.420 ha.

Berkaitan dengan pemberian IUPHHK PT SSS yang terletak di Utara Pulau Siberut dan berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Taman Nasional Siberut, Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan dan Areal Kebun, Badan Planologi Kehutanan melalui surat No. 136/VIII/KP-4.2.1/2001 tanggal 9 Februari 2001, menegaskan perlunya lahan seluas 3.190 ha dengan lebar koridor 1 km karena belum dilakukan tata batas sebagai kawasan penyangga (buffer zone) bagi Taman Nasional Siberut. Dengan telah selesainya penataan batas bagi kawasan penyangga Taman Nasional Siberut, disusul dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No.654/Menhut-II/2010

tanggal 22 November 2010, maka sejak saat itu lebar koridor dikurangi menjadi 500 m dan luas areal kerja PT SSS berubah menjadi 47.605 ha (PT SSS 2011).

3.2. Letak dan Luas

Areal keja IUPHHK-HA PT Salaki Summa Sejahtera termasuk ke dalam kelompok hutan S. Sigep – S. Sikabaluan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis areal kerja PT SSS terletak antara 000 95‟ sampai dengan 010 15‟ LS dan antara 980 40‟ sampai dengan 990 15‟ BT. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemeintahan, PT SSS terletak di dalam wilayah Kecamatan Siberut Utara dan Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.

Batas areal kerja PT SSS adalah:

Sebelah Utara : Areal Penggunaan Lain (APL) dan Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) dan APL

Sebelah Selatan : Taman Nasional Siberut, Hutan Produksi dan IUPHHK-HA Koperasi Andalas Madani Universitas Andalas, Sumatera Barat Sebelah Barat : Samudera Indonesia

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Kepulauan Mentawai 2001-2010 maupun dalam revisi RTRWK Tahun 2004, lokasi areal kerja PT SSS berstatus hutan produksi tetap (HP), demikian pula status lahan di sekitarnya yaitu Taman Nasional Siberut tidak mengalami perubahan fungsi maupun batas-batas kawasan (PT SSS 2009).

3.3. Topografi dan Tanah

Berdasarkan deliniasi Citra Radar (DEM SRTM) dengan interval kontur 1:25.000, konfigurasi lapangan areal kerja PT SSS sangat bervariasi, mulai dari datar hingga sangat curam. Lapangan dengan topografi datar (0-8%) sebanyak

11%, landai (8-15%) 34%, agak curam (15-25%) paling luas yaitu 39%, curam (25-40%) sebanyak 14%, dan sangat curam (> 40%) hanya sedikit yaitu 2%.

Jenis tanah yang paling luas di areal kerja PT SSS adalah ultisol (podsolik merah kuning) sebanyak 37%, selanjutnya jenis oxisol (latosol) 32%, dan sisanya adalah jenis aluvial sebanyak 31%. Jenis tanah ultisol tergolong peka terhadap erosi tanah. Dari segi status kesuburan tanahnya, tingkat kesuburannya bervariasi dari rendah hingga sedang (PT SSS 2009).

3.4. Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt & Ferguson atau Af-Am Koppen, areal kerja PT SSS beriklim basah (tipe A), yaitu iklim tropis dengan curah hujan tanpa bulan kering yang merata sepanjang tahun. Dari data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Secincin-Padang Pariaman (data pengukuran Sikakap) diperoleh nilai Q = 2,65% dan IH (Intensitas Hujan) = 18,24 mm/hh, dengan curah hujan rata-rata sebesar 386,21 mm per bulan dengan tingkat minimum yang terjadi pada bulan Juni (269,4 mm per bulan) dan maksimum pada bulan November (478,3 mm per bulan) (PT SSS 2009).

3.5. Penataan Areal Kerja

Areal kerja PT SSS terdiri atas empat bagian yang dipilah-pilah sesuai fungsinya masing-masing. Keempat bagian tersebut adalah: kawasan lindung, areal tidak efektif untuk produksi, kawasan sosial, dan areal efektif untuk produksi. Pemilahan keempat bagian tersebut tersaji pada Tabel 4. Areal efektif yang luasnya 35.939 ha terdiri atas hutan primer 447 ha, non-hutan 2.734 ha, dan LOA 32.758 ha, sehingga dengan menghilangkan non-hutan maka luas areal efektif untuk produksi adalah 33.205 ha.

3.6. Kondisi Vegetasi

Kondisi penutupan lahan pada areal kerja PT SSS dengan luas total 47.605 ha terdiri dari hutan primer seluas 455 ha (0,96%), hutan bekas tebangan (LOA) 42.457 ha (89,19%) dan areal tidak berhutan (NH) 4.693 ha (9,86%).

Tabel 4 Penataan Areal kerja PT Salaki Summa Sejahtera

No. Peruntukan Areal Luas Keterangan Ha %

1. Kawasan Lindung 8.818 18,52

-Sungai dan sempadan sungai 2.441 5,13 Sungai besar -Sempadan pantai 387 0,81

-Zona penyangga TN Siberut 1.620 3,40 Lebar 500 m dari batas HL (sdh tatabatas)

-KPPN 3.333 7,00

-Lereng E (>=40%) 1.037 2,18 2. Areal Tdk Efektif 1.411 2,96

-Petak Ukur Permanen (PUP) 600 1,26 Bukan pengurang areal efektif seluas 500 ha -Tegakan Benih 577 1,21

-Sarana prasarana 734 1,54 Sekitar 2% dari areal efektif

3. Kawasan Sosial 1.437 3,02 4. Areal Efektif (5-1-2-3) 35.939 75,49 5. Luas Total 47.605 100,00

Sumber: RKU PHHK-HA pada Hutan Produksi Berbasis IHMB periode tahun 2012-2021 PT Salaki Summa Sejahtera (2011)

Areal hutan primer berada di bagian selatan (Blok Sotboyak) dekat kawasan penyangga Taman Nasional Siberut. Areal LOA sebagian besar merupakan areal ex PT Tjirebon Agung. Berdasarkan hasil survei IHMB, potensi tegakan LOA tersebut secara umum masih cukup baik, dimana potensi tegakan LOA bagian barat (Blok Tiniti) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bagian timur (Blok Malancan).

Formasi hutan di areal kerja PT SSS merupakan hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest) yang didominasi jenis-jenis anggota suku Dipterocarpaceae terutama dari marga Dipterocarpus (keruing) dan Shorea

(meranti). Oleh karena itu tipe hutan demikian biasa juga disebut sebagai Hutan Dipterokarpa Campuran (Dipterocarps mixed forest). Jenis-jenis Dipterokarpa yang dominan dan bernilai komersial tinggi antara lain: Dipterocarpus elongatus

Korth. (koka), Dipterocarpus hasseltii Blume (garau, elagan), Dipterocarpus retusus Blume (mong), dan Shorea pauciflora King (katuka).

Selain ekosistem hutan hujan dataran rendah, di dalam areal PT SSS juga dijumpai ekosistem hutan rawa, ekosistem hutan mangrove, dan ekosistem muara sungai. Ekosistem hutan rawa terletak di desa Tiniti, yaitu di hulu Sungai Simabae, sedangkan ekosistem hutn mangrove berada di kawasan Tanjung Bulanbalu. Di hutan rawa air tawar ditemukan sagu (Metroxylon sagu), sebagiannya hasil budidaya masyarakat sebagai sumber pangan. Di dalam komunitas mangrove yang banyak tumbuh di sekitar muara sungai ditemukan jenis-jenis: bakau (Rhizophora apiculata, R.mucronata), tancang (Bruguiera gymnorrhiza), pedada (Sonneratia alba), nipah (Nypa fruticans), dan teruntum (Lumnitzera littorale). Jenis lainnya yang juga tumbuh di sekitar muara sungai adalah nibung (Oncosperma tigillaria), durian (Durio carinatus), dan beringin (Ficus benjamina). Keberadaan pohon durian dan beringin ini bernilai ekonomis bagi penduduk karena menyediakan nektar bagi pakan lebah madu. Selain jenis-jenis tersebut, beberapa jenis-jenis pohon lainnya yang bernilai tinggi serta saat ini dimanfaatkan masyarakat, antara lain: durian toktuk (Durio carinatus), teigeilug (Baccaurea lanceolata), asam kandis (Garcinia dioica), cempedak hutan (Artocarpus sp.), rotan (Calamus sp. dan Daemonorops sp.), dan gaharu (Aquilaria malaccensis) (Fakultas Kehutanan IPB 2009).

3.7. Kondisi Satwa Liar

Di dalam areal PT SSS dijumpai beberapa jenis satwa liar mamalia yang tergolong langka, endemik Pulau Sibaerut, terancam punah atau hampir punah berdasarkan kriteria IUCN serta telah dilindungi undang-undang Pemerintah RI dan masuk di dalam Appendix (CITES). Jenis-jenis satwa liar mamalia penting beserta statusnya adalah:

1. Hylobates klossii (Miller, 1903) atau Bilou dengan status Vulnerable (IUCN), Appendix I (CITES), dilindungi (PP No.7/1999) dan endemik P.Siberut;

2. Macaca pagensis (Miller, 1903) atau Bokoi dengan status Critical Endangered (IUCN), Appendix II (CITES), dilindungi (PP No.7/1999) dan endemik P.Siberut;

3. Presbytis potenziani (Bonaparte, 1856) atau Joja dengan status Vulnerable (IUCN), Appendix I (CITES), dilindungi (PP No.7/1999) dan endemik P.Siberut;

4. Nasalis concolor (Miller, 1903) atau Simias concolor atau Simakobu dengan status Endangred (IUCN), Appendix I (CITES), dilindungi (PP No.7/1999) dan endemik P.Siberut (Fakultas Kehutanan IPB 2009).

3.8. Potensi Tegakan

Berdasarkan data hasil IHMB Tahun 2010, kerapatan rata-rata per hektar untuk seluruh jenis pohon berdiamater 10 cm ke atas adalah 375,22 btg/ha dimana sebanyak 31,27% di antaranya adalah dari kelompok meranti. Kerapatan pohon per kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa potensi rata-rata per hektar pohon berdiameter 10 cm ke atas adalah 216,33 m3/ha dengan potensi tertinggi terdapat pada kelas diameter 50 cm ke atas yaitu 128,11 m3/ha dengan volume rata-rata per pohon sebesar 5,52 m3/pohon, sedangkan pada kelas diameter 60 cm ke atas potensinya 106,90 m3/ha dengan volume rata-rata per pohon 7,25 m3/pohon.

Tabel 5 Kerapatan rata-rata per hektar beserta potensinya hasil IHMB 2010

Jenis pohon

Kelas diameter

10-20cm 20-30cm 30-40cm 40-50cm 60 up 50 up

Jumlah N (btg/ha) N (btg/ha) N(btg/ha) N(btg/ha) N(btg/ha) N(btg/ha)

Meranti 67.78 20.05 13.13 4.12 8.82 12.26 117.34 Rimba Camp 148.17 37.92 17.83 7.22 5.09 9.47 220.61 Kayu Indah 0.56 0.15 0.01 0 0.13 0.14 0.86 Kayu Dilindungi 27.41 3.73 3.1 0.83 0.71 1.34 36.41 Jumlah (btg/ha) 243.92 61.85 34.07 12.17 14.75 23.21 375.22 Potensi (m3/ha) 22.22 21.57 25.73 18.69 106.90 128.11 216.33 Vol/phn (m3/ph) 0.09 0.35 0.76 1.54 7.25 5.52

Sumber: RKU PHHK-HA pada Hutan Produksi Berbasis IHMB periode tahun 2012-2021 PT Salaki Summa Sejahtera (2011)

3.9. Sosial Ekonomi 3.9.1. Kependudukan

Penduduk asli masyarakat yang tinggal di sekitar areal kerja PT SSS adalah orang Mentawai dengan tingkat kepadatan yang masih sangat rendah. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, penduduk Kecamatan Siberut Barat hanya berjumlah 6.751 orang yang menempati wilayah seluas 1.124,86 km2 sehingga tingkat kepadatannya hanya 6 jiwa/km2. Adapun Kecamatan Siberut Utara dengan luas wilayah 816,11 km2 berpenduduk sebanyak 7.794 orang sehingga tingkat kepadatannya 10 jiwa/km2. Tingginya populasi penduduk di Kecamatan Siberut Utara terkait dengan laju kenaikan jumlah penduduk yang relatif tinggi yaitu 3% per tahun, sedangkan di Kecamatan Siberut Barat hanya 1% per tahun, sementara untuk tingkat Kabupaten Kepulauan Mentawai laju pertambahan penduduknya sebesar 2,32% per tahun (Badan Pusat Statistik Kepulauan Mentawai 2010). Adapun untuk tingkat desa di Kecamatan Siberut Utara, jumlah penduduk terbanyak berada di desa Sigapokna yakni 1.797 jiwa dengan tingkat kepadatan 7,81 jiwa/km2, sementara jumlah penduduk paling sedikit terdapat di desa Simalegi yaitu 1.585 jiwa dengan tingkat kepadatan hanya 3,09 jiwa/km2.

Jika didasarkan wilayah administratif desa-desa yang terintegrasi langsung dengan kegiatan PT SSS, angkatan kerja terbanyak berdomisili di desa Malancan (735 jiwa), sedangkan angkatan kerja paling sedikit berdomisili di desa Sotboyak (227 jiwa) (PT SSS 2009).

3.9.2. Mata Pencaharian

Sebanyak 85% penduduk bermatapenaharian di bidang pertanian. Komoditas pertanian yang umumnya dibudidayakan adalah padi dan sagu sebagai sumber pangan pokok, juga pisang, keladi (talas), kelapa, dan buah-buahan. Sekarang mulai dikembangkan pula tanaman cengkeh, pala, dan nilam. Mereka juga memiliki pekerjaan sampingan seperti mencari ikan di laut atau mencari hasil huta non-kayu semisal rotan atau gaharu. Namun beberapa tahun belakangan ini kegiatan mencari hasil hutan non-kayu sudah jauh berkurang (PT SSS 2009).

Dokumen terkait