• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

1. Keaktifan Belajar

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, cara belajar siswa aktif bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam teori pengajaran, cara belajar siswa aktif merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar dan hakikat mengajar. Menurut Nana Sudjana, (2010: 20)

“Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu atau siswa yang belajar”.Dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan, kesibukan baik fisik maupun nonfisik.

Menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, (2008: 14) “Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berati mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,

10

tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

b. Definisi Belajar

Menurut Nana Sudjana, (2010: 5) “Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Pengertian yang lain yaitu menurut Muhibbin Syah, (2010: 87) “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Selanjutnya menurut Oemar Hamalik, (2001: 27) “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Sejalan dengan perumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut nampak dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan yang lain.

c. Definisi Keaktifan Belajar

Berdasarkan definisi keaktifan dan definisi belajar yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan belajar. Belajar tidak pernah sepi dari aktivitas. Menurut Wina Sanjaya (2006: 132),

“aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental”.

Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari

guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru.

Menurut Nana Sudjana, (2010: 20) mengemukakan bahwa:

Ada keaktifan belajar kategori rendah, sedang, dan ada pula keaktifan belajar kategori tinggi. Seandenya dibuat rentangan skala keaktifan dari 0 – 10, maka keaktifan belajar ada dalam skala 1 sampai 10, tidak ada skala nol betapapun kecilnya keaktifan tersebut.

Dengan demikian, hakikat keaktifan pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pengajaran. Sebagai konsep, cara belajar siswa aktif adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Pengertian tersebut menunjukan bahwa cara belajar siswa aktif menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar.

Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek.

Dilihat dari subjek didik, cara belajar siswa aktif merupakan proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka belajar.

Dilihat dari segi guru atau pengajar, cara belajar siswa aktif merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan cara belajar siswa aktif adalah salah satu cara strategi belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik

seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

Untuk melihat terwujudnya cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Melalui indikator cara belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Menurut Nana Sudjana (2010: 21) menyatakan indikator tersebut dilihat dari lima segi, yakni:

a. dari sudut siswa, dapat dilihat dari:

1) keinginan, keberanian menampilkan aktivitas, kebutuhan, dan permasalahanya;

2) keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar;

3) penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilanya;

4) kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lainya (kemandirian belajar).

b. dilihat dari sudut guru, tampak:

1) adanya usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa secara aktif;

2) bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar siswa;

3) bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing;

4) bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multimedia.

c. dilihat dari segi program, hendaknya:

1) tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik;

2) program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar;

3) bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip, dan ketrampilan

d. dilihat dari situasi belajar, tampak adanya:

1) iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di sekolahan;

2) gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing.

e. dilihat dari sarana belajar, tampak adanya:

1) sumber-sumber belajar bagi siswa;

2) fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar;

3) dukungan dari berbagai jenis media pengajaran;

4) kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.

Dengan adanya tanda-tanda di atas, akan lebih mudah bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Setidak-tidaknya memberikan rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan cara belajar siswa aktif.

Dokumen terkait