• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kharis Purwono NIM. 092143639

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2014

(2)
(3)
(4)
(5)

v



















….



1

Artinya : “ …. Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat

….” (Q. S. Al Mujadaalah: 11).

2. Barang siapa yang memudahkan perkara orang lain untuk kebenaran dan keadilan maka Allah akan memudahkan perkaranya. (Al Hadist)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tuaku (Bapak Suyono dan Ibu Turyati) yang selalu mendoakan serta memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala hal yang telah beliau berikan.

2. Adikku (Umi Mukhtiyatun Khasanah) yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

vi

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Atas limpahan, kurunia, dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini penulis susun untuk mengungkap tingkat kompetensi guru MTs se-Kabupaten Purworejo beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., selaku rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Drs. H. Hartono, M. M., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin penulis untuk mengadakan penelitian;

3. Riawan Yudi Purwoko, S.Si., M.Pd. Ketua program Studi Pendidikan Matematika yang telah membantu prosedur penelitian ini;

4. Nila Kurniasih, M.Si., Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis dengan penuh kesungguhan kesabaran hingga sampai terselesainya skripsi ini;

5. Heru Kurniawan, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis dengan penuh kesungguhan kesabaran hingga sampai terselesainya skripsi ini;

6. Drs. Imam Pratomo, M.Pd., Kepala Sekolah MTs N Bener Purworejo yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinya;

7. Khusnul Khotimah, S.Pd. Si., guru matematika MTs N Bener Purworejo yang telah membantu terlaksananya penelitian ini;

8. Bapak/Ibu Guru dan Staf TU MTs N Bener Purworejo;

9. Siswa-siswi MTs N Bener Purworejo;

(7)
(8)

viii

Project untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika pada Kelas VII-A MTs N Bener Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi. Pendidikan Matematika. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII-A MTs N Bener Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-A yang berjumlah 36 siswa. Faktor yang diteliti berupa peningkatan keaktifan belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi keaktifan dan tes evaluasi belajar matematika siswa pada setiap siklus. Penelitian dimulai dan dikembangkan selama proses refleksi. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dan hasil belajar dari pelaksanaan siklus, dianalisa dengan menggunakan rerata hasil belajar siswa dan persentase keaktifan belajar siswa yang dihitung menggunakan deskriptif presentase.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar siswa meningkat dari 61,19% pada siklus I, menjadi 72,04% pada siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan pada peningkatan rerata hasil belajar yaitu dari 64 pada siklus I dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 52,77%, menjadi 77,61 dengan persentase ketuntasan klasikal 77,77%.

Jika dilihat dari hasil tersebut, maka model pembelajaran Missouri Mathematics Project untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: model pembelajaran, missouri mathematics project.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN ……….. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. v

PRAKATA ……….. vi

ABSTRAK ……….. viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 6

C. Batasan Masalah ……….... 7

D. Rumusan Masalah ………. 7

E. Tujuan Penelitian ………. 7

F. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ……….. 10

1. Keaktifan Belajar ……… 10

2. Model Pembelajaran ...……… 15

B. Tinjauan Pustaka ……….. 20

C. Kerangka berpikir ………. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ……… 26

B. Desain Penelitian ………... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ……… 41

(10)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Pra Penelitian ……… 47 B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 47 C. Pembahasan Hasil Penelitian……… 64

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ……… 69

B. Saran ………... 69

DAFTAR PUSTAKA ………. 71

LAMPIRAN ………

(11)

xi

Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian

Sebelumnya ………. 23

Tabel 2. Kriteria Data Keaktifan ……… 44

Tabel 3. Kriteria Analisis Data Pelaksanaan Pembelajaran ………… 45 Tabel 4. Daftar Pemerolehan Penghargaan Siswa pada Siklus I …… 53 Tabel 5. Daftar Analisis Tes Evaluasi Akhir Siklus I ……… 54 Tabel 6. Daftar Pemerolehan Penghargaan Siswa pada Siklus II ….. 62 Tabel 7. Daftar Analisis Tes Evaluasi Akhir Siklus II ……….. 63

(12)

xii

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas ……….. 27 Gambar 2. Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa …. 65 Gambar 3. Diagram Batang Rerata Hasil Belajar Siswa ……….. 66 Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan Klasikal Belajar

Siswa ……….. 67 Gambar 5. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan dan

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa………... 68

(13)

xiii

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ……… 73

Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian………... 74

Lampiran 3. Surat Keputusan Dosen Pembimbing……… 75

Lampiran 4. Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian……… 76

Lampiran 5. Silabus………... 77

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……..………... 80

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa……….. 95

Lampiran 8. Pedoman Observasi Keaktifan Siswa………... 108

Lampiran 9. Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa………... 110

Lampiran 10. Lembar Validasi Observasi Keaktifan Siswa……… 111

Lampiran 11. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I……….… 115

Lampiran 12. Daftar Nama Siswa……… 121

Lampiran 13. Daftar Nama Kelompok……….… 122

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I… 123

Lampiran 15. Kisi-kisi Soal siklus I………. 127

Lampiran 16. Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I…. 128

Lampiran 17. Soal Evaluasi Akhir Siklus I……….. 131

Lampiran 18. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Akhir Siklus I……… 132

Lampiran 19. Analisis Hasil Tes Ketuntasan Belajar Siklus I………. 137

Lampiran 20. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II……… 138

Lampiran 21. Rekapitulasi Data Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II... 144

Lampiran 22. Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II... 147

Lampiran 23. Kisi-kisi Soal siklus II……… 150

Lampiran 24. Soal Evaluasi Akhir Siklus II………. 151

Lampiran 25. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Akhir Siklus II………... 152

Lampiran 26. Analisis Hasil Tes Ketuntasan Belajar Siklus I………. 157

Lampiran 27. Dokumentasi……….. 158

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai,sebab hakikat manusia itu sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupanya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu diperlukan pada masa mendatang, dan apa yang dipelajari disini belum tentu berguna di tempat lain. Namun tidaklah berarti bahwa pendidikan harus berjalan secara alami. Pendidikan tetap memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk religius.

Mengingat pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan keberhasilanya pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan, yaitu guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan. Sebab guru secaralangsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Inilah hakikat pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia.Sebagai ujung tombak, guru dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar.

1

(15)

Kemampuan tersebut tercermin dalam kompetensi guru. Sebagai pengajar paling tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkanya dan terampil dalam hal cara mengajarkanya. Bahan yang harus diajarkan oleh guru tercermin dalam kurikulum (program belajar bagi siswa), sedangkan cara mengajarkan bahan tercermin atau berkaitan dengan proses belajar-mengajar. Atas dasar itu pengenalan dan penguasaan kurikulum dan proses belajar-mengajar mutlak diperlukan bagi guru. Kurikulum diperlukan dalam menetapkan apa yang harus diberikan oleh guru, proses belajar-mengajar diperlukan untuk menetapkan bagaimana pembelajaran harus dilaksanakan.

Pembelajaran adalah proses transfer atau perpindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Guru dituntut harus menjadi motivator, fasilitator, dan juga pengontrol jalanya pembelajaran didalam maupun di luar kelas.

Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan maupun metode-metode tertentu agar waktu yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar lebih efektif dan optimal, peserta didik hendaknya lebih banyak diberikan latihan-latihan soal-soal agar peserta didik lebih memahami konsep dari pada materi saja dan juga akan mengenal berbagai macam jenis soal. Selain diberikan soal-soal waktu pembelajaran, peserta didik pada akhir pembelajaran diberikan tugas/pekerjaan rumah tentang materi yang baru diajarkan sebagai bahan pendalaman materi dirumah.

Pembelajaran matematika bertujuan membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu

(16)

permasalahan baik dalam bidang matematika, maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika mempunyai peranan penting untuk meningkatkan daya pikir siswa, serta dalam pembelajaranya harus dilaksanakan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Dalam pembelajaran guru mempunyai peranan yang penting, jika dalam pelaksanaanya, guru dalam memberikan pembelajaran tidak tepat atau tidak sesuai maka tujuan dari pembelajaran tidak tercapai secara optimal.

Menurut kebanyakan siswa, hampir semua mata pelajaran yang diajarkan disekolah, pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami.

Sehingga para siswa tidak suka pelajaran matematika. Hal itu menimbulkan keaktifan dan hasil belajar siswa rendah terhadap mata pelajaran matematika.

Upaya dalam meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan yang diharapkan juga perlu dengan pembelajaran yang mengharuskan siswanya untuk aktif. Masih rendahnya keaktifan belajar menuntut para guru untuk merubah cara mengajarnya sehingga diharapkan membuat siswa-siswanya agar mau berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Yang termasuk didalamnya adalah meliputi aktifitas, kegiatan, atau proses mental, emosional maupun fisik, contoh aktifitas mental misalnya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis dsb. Sedangkan yang termasuk aktifitas emosional misalnya semangat, sikap positif terhadap belajar, dan motivasi.

Contoh aktifitas fisik misal melakukan gerakan badan atau anggota badan lainnya seperti tangan dan kaki untuk melakukan ketrampilan tertentu. Proses belajar merupakan aktifitas pada diri siswa, baik aktifitas mental, emosional

(17)

maupun aktifitas fisik. Jika dalam proses pembelajaran siswa berpartisipasi aktif, maka proses dan hasil belajar akan meningkat.

Faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar adalah faktor dari diri sendiri. Keberhasilan dalam belajar tidak lepas dari adanya keaktifan siswa.

Untuk menghilangkan kesulitan dalam pembelajaran matematika, guru harus dapat mengelola kelas kelas dengan baik dan memilih model pembelajaran yang digunakan dengan tepat. Dengan demikian akan tercipta suatu komunikasi, sehingga pembelajaran dapat efektif dan terwujud suatu proses yang menghubungkan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang menyebabkan anak dapat berkembang dengan baik secara efektif serta keaktifan belajar siswa diharap meningkat.

Di MTs N Bener KabupatenPurworejo, khususnya kelas VII-A.

Berdasarkan hasil observasi didapati bahwa proses belajar-mengajar cenderung masih menggunakan metode konvensional yang didominasi oleh guru. Guru hanya memberikan sedikit keterangan kemudian peserta didik lebih cenderung bekerja secara individual dan kurang memahami konsep materi yang disampaikan. Diketahui juga bahwa hasil belajar siswa kelas VII-A belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai rata-rata mata pelajaran matematika masih sangat rendah dan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya nilai matematika siswa kelas VII-A adalah rendahnya keaktifan siswa dalam belajar matematika yang dimiliki siswa. Hal tersebut dapat ditunjukan dari :

(18)

1. Tidak adanya keinginan atau keberanian siswa untuk menampailkan keaktifan, kebutuhan dan permasalahannya.

2. Tidak adanya keinginan serta kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Tidak adanya usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar-mengajar sampai mencapai keberhasilannya.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka diidentifikasi penyebab rendahnya keaktifan belajar matematika siswa kelas VII-A MTs N Bener Purworejo yaitu:

1. Siswa masih malu untuk bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang disampaikan.

2. Siswa lebih suka bertanya kepada teman, membuat gaduh, dan kurang memperhatikan pelajaran.

3. Sebagian siswa lebih memilih cara belajar dengan menghafal rumus, serta kurangnya keaktifan siswa dalam belajar.

Salah satu cara meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa adalah melalui penerapan dalam pembelajaran matematika melalui model Missouri Mathematics Project. Pada model pembelajaran ini siswa diberikan tugas proyek yang berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Tugas proyek ini antara lain dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi, penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan ketrampilan dalam memecahkan permasalahan. Tugas proyek ini dapat diselesaikan secara

(19)

individu, berkelompok atau bersama-sama dengan seluruh siswa dalam kelas.

Jadi tugas proyek matematika merupakan suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan suatu keaktifan oleh diri siswa sendiri. Dengan menghasilkan suatu keaktifan maka hasil belajar matematika dapat meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project Untuk Meningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada

Kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat didefinisikan adalah sebagai berikut.

1. Siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo masih menganggap pelajaran matematika sulit dipahami sehingga para siswa tidak suka pelajaran matematika.

2. Keaktifan belajar siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo terhadap pelajaran matematika masih rendah sehingga menuntut para guru untuk merubah cara mengajarnya.

3. Pembelajaran di MTs N Bener KabupatenPurworejo masih menggunakan metode konvensional sehingga pembelajaran masih didominasi oleh guru.

4. Nilai matematika siswa rendah sehingga diperlukannya faktor lain yang dapat mempengaruhi keaktifan belajar siswa.

(20)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika dibatasi pada model pembelajaran Missouri Mathematics Project yang dilakukan dengan lembar tugas yang berisi sederet soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika.

2. Keaktifan belajar siswa MTs N Bener Kabupaten Purworejo setelah diterapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project melalui tes.

3. Materi matematika dibatasi pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel pada kelas VII-AMTs N Bener Kabupaten Purworejo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah keaktifan belajar siswa meningkat melalui pembelajaran Missouri Mathematics Project pada siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Apakah hasil belajar siswa meningkat melalui pembelajaran Missouri Mathematics Project pada siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014?

(21)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui pembelajaran Missouri Mathematics Project pada siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Missouri Mathematics Project pada siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas pada banyak pihak, antara lain:

1. Bagi Guru

a. Memperkaya alternatif pengetahuan tentang metode pembelajaran, sehingga dapat memberikan motivasi bagi peningkatan profesionalisme guru dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

b. Dalam proses belajar mengajar kiranya dapat menerapkan metode Missouri Mathematics Project sebagai alternatif variasi dalam strategi pembelajaran guna untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi Sekolah

a. Sebagai masukan yang berharga dalam perbaikan proses pembelajaran di masa yang akan datang.

(22)

b. Dengan meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran matematika maka guru dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dan pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai kependidikan khususnya penerapan berbagai metode mengajar dalam proses belajar mengajar yang akan digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keaktifan Belajar a. Definisi Keaktifan

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, cara belajar siswa aktif bukanlah hal yang baru. Bahkan dalam teori pengajaran, cara belajar siswa aktif merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar dan hakikat mengajar. Menurut Nana Sudjana, (2010: 20)

“Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu atau siswa yang belajar”.Dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan, kesibukan baik fisik maupun nonfisik.

Menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, (2008: 14) “Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif”. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berati mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,

10

(24)

tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

b. Definisi Belajar

Menurut Nana Sudjana, (2010: 5) “Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Pengertian yang lain yaitu menurut Muhibbin Syah, (2010: 87) “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Selanjutnya menurut Oemar Hamalik, (2001: 27) “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

(25)

Sejalan dengan perumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut nampak dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan yang lain.

c. Definisi Keaktifan Belajar

Berdasarkan definisi keaktifan dan definisi belajar yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan belajar. Belajar tidak pernah sepi dari aktivitas. Menurut Wina Sanjaya (2006: 132),

“aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental”.

Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari

(26)

guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru.

Menurut Nana Sudjana, (2010: 20) mengemukakan bahwa:

Ada keaktifan belajar kategori rendah, sedang, dan ada pula keaktifan belajar kategori tinggi. Seandenya dibuat rentangan skala keaktifan dari 0 – 10, maka keaktifan belajar ada dalam skala 1 sampai 10, tidak ada skala nol betapapun kecilnya keaktifan tersebut.

Dengan demikian, hakikat keaktifan pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pengajaran. Sebagai konsep, cara belajar siswa aktif adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Pengertian tersebut menunjukan bahwa cara belajar siswa aktif menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar.

Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek.

Dilihat dari subjek didik, cara belajar siswa aktif merupakan proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka belajar.

Dilihat dari segi guru atau pengajar, cara belajar siswa aktif merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan cara belajar siswa aktif adalah salah satu cara strategi belajar- mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik

(27)

seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

Untuk melihat terwujudnya cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Melalui indikator cara belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Menurut Nana Sudjana (2010: 21) menyatakan indikator tersebut dilihat dari lima segi, yakni:

a. dari sudut siswa, dapat dilihat dari:

1) keinginan, keberanian menampilkan aktivitas, kebutuhan, dan permasalahanya;

2) keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar;

3) penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilanya;

4) kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lainya (kemandirian belajar).

b. dilihat dari sudut guru, tampak:

1) adanya usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa secara aktif;

2) bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar siswa;

3) bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing;

4) bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multimedia.

c. dilihat dari segi program, hendaknya:

1) tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik;

2) program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar;

3) bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip, dan ketrampilan

(28)

d. dilihat dari situasi belajar, tampak adanya:

1) iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di sekolahan;

2) gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing.

e. dilihat dari sarana belajar, tampak adanya:

1) sumber-sumber belajar bagi siswa;

2) fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar;

3) dukungan dari berbagai jenis media pengajaran;

4) kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.

Dengan adanya tanda-tanda di atas, akan lebih mudah bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Setidak-tidaknya memberikan rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan cara belajar siswa aktif.

2. Model Pembelajaran

a. Definisi Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dikelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Menurut Joice dan Weil dalam bukunya Fadjar Shadiq (2009:

7) mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.

a) sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaanya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986 : 14).

Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada

(29)

proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?

b) sistem sosial (the social system) yang menunjukan peran dan hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada suatu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

c) prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dillakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk hal-hal yang berkait dengan kreativitas.

d) sistem pendukung (support system) yang menunjukan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.

Oleh karena itu, Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan.

model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:84-85) menyatakan 10 model pembelajaran, diantaranya :

model pencapaian konsep, model latihan penelitian, model sinektiks, model pertemuan kelas, model investigasi kelompok, model latihan laboratoris, model kontrol diri, dan model simulasi.

(30)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Definisi Model Pembelajaran Missouri Mathematict Project

Model Pembelajaran Missouri Mathematict Project adalah salah satu model yang secara empiris melalui penelitian yang terstruktur yang dikemas dalam langkah-langkah sebagai berikut menurut Convey dalam bukunya Al Krismanto (2009: 11).

Langkah I : Review

guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran yang lalu (10 menit). Yang ditinjau adalah : PR, mencongak, atau membuat prakiraan.

Langkah II : Pengembangan

guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan pelajaran yang memiliki “antisipasi” tentang sasaran pelajaran.

Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan siswa harus disajikan termasuk demonstrasi kongkrit yang sifatnya piktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan 50% waktu pelajaran untuk pengembangan.

Pengembangan akan lebih bijaksana bila dikombinasikan dengan kontrol latihan untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi baru itu.

Langkah III : Kerja Kooperatif

siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati apabila terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol ini respon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi dengan total waktu 20 menit. Guru harus memasukan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan

(31)

pencapaian materi yang dipelajari. Siswa bekerja sendiri atau dalam kelompok belajar kooperatif.

Langkah IV :(Seat Work) / Kerja Mandiri

untuk latihan / perluasan mempelajari konsep yang disajikan guru pada langkah 2 (pengembangan). Alokasi waktu 15 menit.

Langkah V : Penugasan / PR.

siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal – hal baik yang sudah dilakukan serta hal – hal kurang baik yang harus dihilangkan. Kemudian Guru memberi tugas PR.

Dalam model ini siswa diberikan lembar tugas yang berisi sederet soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Lembar tugas ini dapat diselesaikan secara kelompok (pada langkah latihan terkontrol), secara individu (pada langkah seatwork) maupun seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan). Missouri Mathematict Project mempunyai penekanan pada belajar kooperatif dan kemandirian siswa. Dengan penggunaan model pembelajaran Missouri Mathematict Project memungkinkan untuk terjadi interaksi tingkat tinggi karena dalam pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, bahkan dengan media dan sumber belajar.

Karakteristik model pembelajaran Missouri Mathematict Project adalah adanya lembar tugas. Micella (2011) menyatakan lembar tugas ini diharapkan:

a) Memungkinkan siswa menjadi kreatif dalam mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan yang berbeda-beda.

(32)

b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan pertanyaan mereka sendiri dan mencoba menjawabnya.

c) memberikan masalah-masalah sebagai cara alternatif mendemonstrasikan pembelajaran dan kompetensi siswa.

d) memberi kesempatan untuk berinteraksi secara positif dan bekerja sama dengan teman di kelasnya.

e) memberikan forum bagi siswa untuk berbagi pembelajaran dan kepandaian mereka dengan siswa lain.

Ditinjau dari langkah-langkah yang termuat dalam model Missouri Mathematict Project, Rachmadi Widdiharto (2004) menyebut beberapa kelebihan dari model ini, antara lain:

a) penggunaan waktu yang diatur dengan relatif ketat sehingga banyak materi yang dapat tersampaikan pada siswa.

b) banyak latihan sehingga siswa terampil dalam menyelesaikan berbagai macam soal.

c) adanya perpaduan antara belajar kooperatif dan belajar mandiri dalam setiap pembelajarannya.

Selain beberapa kelebihan, model pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan. Dalam model pembelajaran Missouri Mathematics Project terdapat kegiatan diskusi yaitu pada langkah III (Kerja Kooperatif). Diskusi mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:

1. sering terjadinya pembicaraan dalam diskusi dikuasai 2 atau 3 orang siswa yang memiliki ketrampilan berbicara.

2. kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.

3. dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada

(33)

pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

Untuk mengantisipasi kelemahan di atas, yakni:

1. guru diharuskan lebih memperluas interaksi belajar, yaitu guru dengan siswa-siswa yang kurang memiliki ketrampilan berbicara.

2. guru harus memasukan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari agar pembahasan dalam diskusi tidak meluas.

3. guru mengontrol serta harus berperan aktif, dalam kegiatan diskusi agar perbedaan pendapat yang sering terjadi dalam diskusi yang terkadang menggangu pembelajaran dapat teratasi.

Dari penjelasan tentang model pembelajaran Missouri Mathematics Project maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project merupakan suatu program yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan keaktifan yang luar biasa.

B. Tinjauan Pustaka

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini perlu dikemukakan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penerapan penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian sebelumnya yang ditulis oleh M. Zainal Arifin (2010), menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran

(34)

matematika penelitian tindakan kelas siswa VIII-A MTs Yasi Kronggen Brati Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII-A MTs Yasi Kronggen Brati Semarang dengan jumlah siswa 30 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peningkatan hasil belajar materi pokok fungsi melalui penerapan model belajar Missouri Mathematics Project pada kelas VIII-A MTs Yasi Kronggen Brati Semarang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I dan II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar pra siklus nilai rata-rata 48,00 dan ketuntasan klasikal 42,86%, dengan peserta didik yang tuntas 10 peserta didik dari 28 peserta didik. Pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 62,07 ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 71,74 % dengan peserta didik yang tuntas 20 peserta didik, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,57 dan ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 92,86 % dengan peserta didik yang tuntas 26 peserta didik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project pada materi pokok fungsi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dikelas VIII-A.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Handayani (2009), tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dan prestasi belajar peserta didik melalui pendekatan Missouri Mathematics Project.

(35)

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, 1) pembelajaran matematika dengan pendekatan Missouri Mathematics Project dapat meningkatkan aktivitas belajar. Hal ini dapat dilihat dari: a) aktivitas peserta didik dalam mengerjakan soal latihan di depan kelas sebelum penelitian 13,16%, putaran I meningkat menjadi 21,05%, putaran II meningkat menjadi 26,32%, putaran III meningkat menjadi 63,15%. b) aktivitas peserta didik dalam mengemukakan ide sebelum penelitian 13,16%, putaran I meningkat menjadi 23,68%, putaran II meningkat menjadi 39,47%, putaran III meningkat menjadi 60,53%. c) aktivitas peserta didik bertanya sebelum penelitian 10,53%, putaran I meningkat menjadi 21,05%, putaran II meningkat menjadi 26,32%, putaran III meningkat menjadi 65,79%. d) aktivitas peserta didik dalam mengerjakan tugas sebelum penelitian 50%, putaran I meningkat menjadi 65,78%, putaran II menjadi 73,68%, putaran III meningkat menjadi 78,99%.

Hasil penelitian juga menunjukan 2) adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar sebelum penelitian 26,32%, putaran I meningkat menjadi 39,47%, putaran II meningkat menjadi 50%, putaran III meningkat menjadi 65,78%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Mursitowati (2009), tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui 1) pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project terhadap prestasi belajar matematika, 2) pengaruh kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika, 3) interaksi antara model pembelajaran Missouri

(36)

Mathematics Project dan kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan model konvensional terhadap prestasi belajar matematika peserta didik dengan Fobs = 14,89. 2) Tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika dengan Fobs = 0,04. 3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika dengan Fobs = 0,28. Ini berarti model Missouri Mathematics Project lebih efektif dari model konvensional yang tidak bergantung pada kemandirian belajar peserta didik. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Persamaan dan perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya.

No Penelitian Persamaan Perbedaan

1 M. Zaenal Arifin

a. Penggunaan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.

b. Jenis penelitian.

a. Waktu, tempat, dan subyek penelitian.

2 Tri

Handayani

a. Penggunaan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.

b. Jenis penelitian.

a. Untuk peningkatan aktivitas belajar.

b. Waktu, tempat, dan subyek penelitian.

3 Dyah Mursitowati

a. Penggunaan model pembelajarn Missouri Mathematics Project.

a. Untuk peningkatan kemandirian peserta didik.

b. Waktu, tempat, dan subyek penelitian.

c. Jenis penelitian.

(37)

C. Kerangka Berpikir

Di dalam model pembelajaran Missouri Mathematics Project siswa dituntut untuk menyelesaikan lembar tugas yang berisi sederet soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika.

Sehingga dengan menyelesaikan lembar tugas yang berisi sederet soal serta dituntut mampu mengembangkan suatu ide atau konsep matematika maka dengan ini keaktifan siswa dapat ditingkatkan. Karena dengan menyelesaikan sederet soal, siswa terbiasa menterjemahkan suatu kalimat soal serta diharapkan mampu menyelesaikan permasalahanya sampai mencapai keberhasilanya. Lembar tugas yang berisi sederet soal ini dapat diselesaikan secara kelompok (pada langkah latihan terkontrol), pada langkah ini memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterangan yang berbeda. Secara individu (pada langkah seatwork), sehingga dengan langkah ini memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan pertanyaan mereka sendirian kemudian mencoba untuk menjawabnya. Selanjutnya diselesaikan secara bersama atau seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan).

MMP mempunyai penekanan pada belajar kooperatif dan kemandirian siswa. Dengan penggunaan model pembelajaran Missouri Mathematics Project memungkinkan untuk terjadi interaksi tingkat tinggi karena dalam pembelajaranya terjadi beberapa interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, bahkan dengan media dan sumber belajar.

(38)

Dari uraian di atas maka penerapan model pembelajaran Missouri Mathematics Project diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten purworejo tahun 2013/2014.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Maret 2014 di MTs N Bener Kabupaten Purworejo. Penelitian dilakukan dengan pendekatan tindakan kelas dengan mengambil siswa kelas VII-A di MTs N Bener Tahun Ajaran 2013/2014. Siswa kelas VII-A digunakan sebagai subyek penelitian yang jumlahnya 36 siswa terdiri dari 14 siswa putra dan 22 siswa putri. Faktor yang diteliti adalah faktor keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project .

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project pada siswa kelas VII-A MTs N Bener Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dan pertemuan ketiga digunakan untuk memberikan evaluasi kepada siswa yang berupa tes. Desain penelitian ini setiap siklusnya terdapat 4 langkah yaitu Planning (perencanaan), Acting

26

(40)

(tindakan), Observing (pengamatan), dan Reflecting (refleksi). Menurut Subyantoro (2009: 89), Secara skematis digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Subyantoro (2009: 89)

Permasalahan Perencanaan siklus

I

Tindakan siklus I Observasi siklus

I

Refleksi siklus I

Permasalahan baru hasil siklus I

Perencanaan sklus II

Tindakan siklus II

Observasi siklus

II Refleksi siklus II

Apabila permasalahan belum

selesai Dilanjut ke

siklus berikutnya

(41)

Menurut Sukardi (2003: 210) mengemukakan bahwa:

penelitian tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

Sedangkan menurut Suharsimi (2008: 20) ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yaitu:

merencanakan, pelaksanaan (implementasi), pengamatan (observasi), dan refleksi. Keempat tahapan dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membuat sebuah siklus.

Jadi satu siklus dimulai dari perencanaan sampai dengan refleksi. Banyaknya siklus tergantung pada memilih atau tidaknya tindakan itu diperlukan.

Tindakan dianggap cukup tergantung pada permasalahan pembelajaran yang akan dipecahkan. Semakin banyak permasalahan yang akan dipecahkan maka semakin banyak siklus akan lebih baik. Untuk memecahkan permasalahan pembelajaran guling depan ini menggunakan dua siklus. Berikut penjelasan dari kegiatan-kegiatan dalam siklus penelitian tindakan ini :

Siklus Pertama a. Perencanaan

1) Melakukan pengamatan dan diskusi dengan guru matematika kelas VII-A, mengumpulkan nilai ulangan harian dan nilai UTS matematika.

2) Mempersiapkan metode yang akan digunakan untuk pembelajaran, yaitu metode Missouri Mathematics Project dan menyiapkan alat evaluasi untuk pembelajaran dengan metode Missouri Mathematics

(42)

Project yang berupa Lembar Kerja Siawa yang dikerjakan secara berkelompok untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi tentang persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project. RPP disusun dengan pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan.

4) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai keaktifan belajar siswa.

5) Menyusun kisi-kisi dan soal tes evaluasi yang akan diberikan pada akhir siklus dengan pertimbangan guru matematika.

6) Menyampaikan rencana materi dan tujuan penelitian kepada siswa.

b. Tindakan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan bertujuan untuk memecahkan masalah sesuai dengan rancangan penyelesaian hambatan. Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi pembelajaran yang cermat dan bijaksana dan untuk memperbaiki keadaan. Tindakan yang dilakukan adalah :

Pertemuan I

1) Pendahuluan : 10 menit

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran peserta didik.

(43)

b) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

c) Guru memberikan motivasi dengan memberi penjelasan pentingnya menguasai materi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

2) Kegiatan inti : 60 menit

a) Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu yang berhubungan dengan menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

b) Guru menjelaskan materi menggenai mengubah masalah ke dalam model matematika berbentuk persamaan linier satu variabel.

c) Guru memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya.

d) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

e) Guru memberikan soal yang diselesaikan dalam kelompok.

f) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas dan membenarkan jawaban yang salah.

g) Guru mengkondisikan peserta didik untuk mengembalikan keadaan tempat duduk seperti semula.

h) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan secara individual.

3) Penutup : 10 menit

a) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa.

(44)

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui jalanya pelaksanaan tindakan, yaitu memantau jalannya pembelajaran Missouri Mathematics Project pada materi mengenai mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk persamaan linier satu variabel dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dibuat.

Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan metode yang akan digunakan untuk pembelajaran, yaitu metode Missouri Mathematics Project.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi tentang membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel melalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project. RPP disusun dengan pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan.

3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai keaktifan belajar siswa.

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa yang dikerjakan secara berkelompok untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar.

(45)

b. Tindakan Pertemuan II

1) Pendahuluan : 10 menit

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran peserta didik.

b) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Kegiatan inti : 60 menit

a) Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu yang berhubungan dengan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel.

b) Guru menjelaskan materi mengenai menyelesaikan model matematika suatu masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel.

c) Guru memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya.

d) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

e) Guru memberikan soal yang diselesaikan dalam kelompok.

f) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas dan membenarkan jawaban yang salah.

g) Guru mengkondisikan peserta didik untuk mengembalikan keadaan tempat duduk seperti semula.

h) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjaan secara individual.

(46)

3) Penutup : 10 menit

a) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui jalanya pelaksanaan tindakan, yaitu memantau jalannya pembelajaran Missouri Mathematics Project pada materi menyelesaikan model matematika suatu masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

a. Perencanaan

1) Menyiapkan alat evaluasi untuk pembelajaran dengan metode Missouri Mathematics Project.

2) Menyusun kisi-kisi dan soal tes evaluasi yang akan diberikan pada akhir siklus dengan pertimbangan guru matematika dan dosen pembimbing.

b. Tindakan Pertemuan III

1) Pendahuluan : 10 menit a) Berdoa.

(47)

b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran peserta didik.

c) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Kegiatan inti : 60 menit

Melakukan pengambilan nilai. Pengambilan nilai dilakukan atau diterapkan sesuai dengan kurikulum yang digunakan di sekolah. Pelaksanaan tes terdiri dari beberapa tahapan diantaranya :

a) Membagikan soal yang telah dipersiapkan kepada semua siswa.

b) Siswa disuruh mengerjakan soal, kemudian dikumpulkan.

c) Setelah selesai mengerjakan soal siswa disuruh untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa yang telah disiapkan.

3) Penutup : 10 menit a) Koreksi.

b) Berdoa.

c) Observasi

Observasi dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk

(48)

melihat secara langsung begaimana keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d) Refleksi

Refleksi pada pertemuan III digunakan untuk membedakan hasil pertemuan I dengan pertemuan II, terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa atau belum. Jika belum terjadi peningkatan, maka siklus dapat diulangi lagi atau dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Siklus kedua a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II pertemuan I ini memperhatikan refleksi pada siklus I pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan III, perencanaan pada pertemuan I meliputi:

1) Membuat RPP dengan melibatkan kolaborator tentang menyelesaikan model matematika suatu maslah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linier satu variabel.

2) Mempersiapkan lembar observasi keaktifan siswa.

3) Mempersiapkan media pembelajaran yaitu berupa LKS yang dikerjakan secara berkelompok.

4) Menyusun dan mempersiapkan materi yang akan dikenai model pembelajaran Missouri Mathematics Project.

(49)

b. Tindakan.

Pertemuan I

1. Pendahuluan : 10 menit

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran peserta didik.

b) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

c) Guru memberikan motivasi dengan memberi penjelasan pentingnya menguasai materi ini.

2. Kegiatan inti : 60 menit

a) Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu yang berhubungan dengan membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

b) Guru menjelaskan materi mengenai mengenai mengubah masalah kedalam model matematika berbentuk pertidaksamaan linier satu variabel.

c) Guru memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya.

d) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

e) Guru memberikan soal yang diselesaikan dalam kelompok.

f) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas dan membenarkan jawaban yang salah.

(50)

g) Guru mengkondisikan peserta didik untuk mengembalikan keadaan tempat duduk seperti semula.

h) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan secara individual.

3. Penutup : 10 menit

a) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui jalanya pelaksanaan tindakan, yaitu memantau jalannya pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan melibatkan kolaborator mengenai cara menyelesaikan model matematika suatu masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu variabel. Dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dibuat seperti pada siklus I pertemuan I. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada pertemuan II ini memperhatikan hasil observasi pada pertemuan I, perencanaan pada pertemuan II meliputi : 1) Mempersiapkan metode yang akan digunakan untuk pembelajaran,

yaitu metode Missouri Mathematics Project untuk pembelajaran

(51)

persamaaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dengan metode Missouri Mathematics Project.

2) Membuat RPP materi tentang menyelesaikan model matematika suatu masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linier satu variabelmelalui model pembelajaran Missouri Mathematics Project.

RPP disusun dengan pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan.

3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai keaktifan belajar siswa.

b. Tindakan.

Pertemuan II

1) Pendahuluan : 10 menit a) Berdoa.

b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran peserta didik.

c) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Kegiatan inti : 60 menit

a) Guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu yang berhubungan dengan materi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

(52)

b) Guru menjelaskan materi mengenai menyelesaikan model matematika suatu masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan linier satu variabel.

c) Guru memberikan contoh soal dan cara penyelesaianya.

d) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

e) Guru memberikan soal yang diselesaikan dalam kelompok.

f) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas dan membenarkan jawaban yang salah.

g) Guru mengkondisikan peserta didik untuk mengembalikan keadaan tempat duduk sepert semula.

h) Guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan secara individual.

3) Penutup : 10 menit

a) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dibuat.

Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung begaimana keaktifan belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

a. Perencanaan

1) Menyiapkan alat evaluasi untuk pembelajaran dengan metode Missouri Mathematics Project.

(53)

2) Menyusun kisi-kisi dan soal tes evaluasi yang akan diberikan pada akhir siklus dengan pertimbangan guru matematika dan dosen pembimbing.

b. Tindakan Pertemuan III

1) Pendahuluan : 10 menit a) Berdoa.

b) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran peserta didik.

c) Guru memberikan apersepsi pada peserta didik dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Kegiatan inti : 60 menit

Melakukan pengambilan nilai. Pengambilan nilai dilakukan atau diterapkan sesuai dengan kurikulum yang digunakan di sekolah. Pelaksanaan tes terdiri dari beberapa tahapan diantaranya :

a) Membagikan soal yang telah dipersiapkan kepada semua siswa.

b) Siswa disuruh mengerjakan soal, kemudian dikumpulkan.

c) Setelah selesai mengerjakan soal siswa disuruh untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa yang telah disiapkan.

(54)

3) Penutup : 10 menit a) Koreksi.

b) Berdoa.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa atau tidak. Hasil akhir observasi dan evaluasi siklus II dibandingkan dengan hasil evaluasi dan observasi siklus I. Jika hasil belum terjadi peningkatan, maka siklus dapat diulang lagi dan jika sudah terjadi peningkatan maka siklus dihentikan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011:308). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 3 yaitu metode observasi, metode tes, dan metode dokumentasi yang masing-masing metode mempunyai fungsi sebagai berikut.

(1) Metode observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai aktivitas pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Seperti; ketelitian, keaktifan serta hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan checklist pada lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Observasi setiap pelaksanaan proses pembelajaran di fokuskan untuk

(55)

memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

(2) Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan obyek yang diteliti. Tes berfungsi untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa sesudah diberi tindakan pada setiap siklus.

(3) Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa, jumlah peserta didik dan daftar nilai yang diberikan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika yang dilakukan dengan model pembelajaran Missouri Mathematics Project. Kegiatan ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta atau kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.

D. Instrumen Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas, dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ada 3 yaitu : 1) Pedoman Observasi Untuk Siswa

Pedoman observasi dikembangkan berdasarkan aspek keaktifan.

Melalui lembar observasi penulis memberikan pertanyaan yang diikuti dengan alternatif jawaban kualitatif. Selanjutnya penilaian observasi tersebut dilakukan dengan cara mengartikan setiap jawaban kualitatif menjadi jawaban kuantitatif.

(56)

2) Tes

Instrumen tes berbentuk uraian dan disusun berdasarkan indikator- indikator yang telah ditetapkan. Tes evaluasi diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan nilai siswa setelah menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dengan rumus atau aturan yang ada atau sesuai dengan pendekatan penelitian Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian. Data yang dianalisis adalah semua data yang dikumpulkan melalui pengamatan. Data dianalisis sejak penelitian dimulai dan di kembangkan selama proses refleksi. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dan hasil belajar dari pelaksanaan siklus dianalisa dengan menggunakan persentase keaktifan dan rerata hasil belajar. Dengan adanya analisis data, maka hipotesis yang ditetapkan bisa diuji kebenarannya untuk selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan.

Teknik analisis yang digunakan sebagai berikut.

1. Analisis rerata hasil belajar siswa

Rerata hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

Suharsimi Arikunto, 2008: 264)

(57)

Keterangan:

=

rerata (mean)

∑ = jumlah skor

= banyaknya peserta didik

2. Analisis observasi keaktifan belajar siswa

Setiap butir pertanyaan kepada siswa dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati, kemudian dihitung jumlah skor setiap butir. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi sesuai hasil observasi.

Menentukan tingkat persentase keaktifan belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut:

% (Ngalim Purwanto, 2010: 102) Keterangan:

= Nilai persentase yang dicari atau diharapkan = Skor mentah pengumpulan data

= Skor maksimum ideal dari tes yang digunakan 100% = Bilangan tetap

Dari nilai persen yangdiperoleh kemudian menentukan tingkat persentase keaktifan belajar dengan ketentuan berikut.

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas  Sumber : Subyantoro (2009: 89)
Gambar 5. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan dan    Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa
Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian NoJenis Kegiatan Agt-13Sep-13Okt-13Nov-13Des-13Jan-14Feb-14Mar 1Persiapan penelitian123412341234123412341234123412 a.Pengajuan judul b.Pembuatan  Proposal  c.Permohonan ijin 2Pelaksanaan  penelitian 3Pengolahan data dan

Referensi

Dokumen terkait

baik daripada model konvensional pada peserta didik kelas X untuk materi perbandingan dan fungsi trigonometri (2) hasil belajar matematika peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan berharap dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran memahami prinsip-prinsip bisnis kelas XI H di SMK

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika model MMP menggunakan media mistar garis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 2 siklus dalam rangka meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran

Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan strategi

Dengan demikian pada siklus II ini ketercapaian target pembelajaran dapat diwujudkan, salah satu treatment yang dilakukan yaitu dengan memberikan motivasi agar peserta didik

MMP adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu guru secara efektif menggunakan latihan-latihan agar guru mampu membuat peserta didik mencapai peningkatan yang luar