• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3 Keamanan/Kepastian Tenurial (tenure security) Menurut Perseps

5.3.3 Keamanan/Kepastian Tenurial Menurut Masyarakat Lokal

Kepastian tenurial atau keamanan tenurial (tenure secuirty) dapat dilihat dari indikator peristiwa-peristiwa yang menjadi ancaman atas kepastian tenurial atau keamanan tenurial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa- peristiwa tersebut bisa secara langsung mengancam kepastian tenurial masyarakat bisa juga secara tidak langsung. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan ditemukan beberapa peristiwa yang dapat mengancam keamanan/kepastian tenurial masyarakat lokal:

1 Kedatangan orang dari luar desa Loleo yang membeli tanah masyarakat yang kemudian terjadi pergeseran batas-batas tanah yang sudah disepakati oleh

berman (pemilik batas lainnya) yang terdahulu. Di beberapa kejadian sempat menjadi perkara perdata.

2 Masuknya pihak ketiga yang diberi izin oleh Pemerintah untuk izin pemanfaatan hasil hutan kayu. Pada tahun 1970-an, PT Darco sebagai pemegang HPH melakukan operasi di sekitar desa Loleo, beberapa peristiwa yang terungkap dari hasil wawancara yang menggambarkan bahwa pertama: PT. Darco dalam melaksanakan operasionalnya di lapangan sama sekali tidak mengakui kepemilikan lahan-lahan milik masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerjanya, hal ini terbukti dengan tidak ada ganti rugi atas kebun dan tanaman yang digusur untuk membuat jalan , TPk dan pembuatan sarana lainnya. Kedua: tidak diberi izin masyarakat untuk mengambil kayu bulat di hutan walaupun hanya untuk dibuat sampan, peristiwa yang terjadi saat itu

adalah, beberapa kayu yang ditebang masyarakat Loleo kemudian dicincang membentuk perahu sampan dan dialirkan melalui sungai saat hujan, hingga ke pantai. Sesampainya di pantai batang pohon yang akan dibuat sampan disita oleh Satpam PH PT. Darco, dan menganggap masyarakat mencuri kayu milik PT Darco. Pada saat penelitian dilaksanakan peristiwa ini sudah tidak terjadi lagi disebabkan masa konsesi PT Darco sudah berakhir pada tahun 1990-an. 3 Penerbitan sertifikat lahan usaha II bagi masyarakat transmigrasi SP I

sebanyak 94 sertifikat di lahan Masyarakat Loleo. Sampai saat ini sertifikat hak milik atas tanah tersebut dipegang oleh masyarakat transmigrasi tetapi lahan tersebut tetap dikelola oleh masyarakat Loleo sejak sebelum adanya transmigrasi.

4 Pemancangan batas Kabupaten Halmahera Tengah dan Kabupaten Halmahera Selatan yang didasarkan pada UU Nomor 1 Tahun 2003 Tentang tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur, Dan Kota Tidore Kepulauan Di Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasarkan trayek pemancangan batas yang telah dibuat oleh Tim Tapal Batas Kabupaten, ternyata batas Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halamahera Tengah dimulai dari Pal pertama yang berada di Pulau Movi kemudian mengikuti trayek selanjutnya sehingga hal tersebut mengakibatkan sebagian kebun dan tanah masyarakat lokal akan berpindah ke Kabupaten Halmahera Selatan. Beberapa tokoh masyarakat mencoba memprotes pemancangan pal batas antara kebupaten dengan berbagai argumen sejarah dan kondisi faktual di lapangan sehingga saat itu pemancangan batas kabupaten ditangguhkan. Pada tanggal 23 Agstus 2007 kedua PEMDA bersepakat menetapkan lokasi Giapopo pada titik koordinat 0º08’11,3” LU dan 127º 52’59,1” BT sebagai salah satu titik batas kedua Kabupaten.

5.3.3.2 Makna dan Tindakan Keamanan/Kepastian Tenurial

Makna keamanan/kepastian tenurial (tenure security) atas klaim tanah dan SDA dalam wilayah KPHP GS oleh masyarakat lokal didasarkan pada kebiasaan- kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Khusus pada masyarakat desa Loleo suatu

klaim atas tanah akan mendapat keamanan/kepastian tatkala secara nyata ada tanaman kelapa yang sengaja ditanam sebagai bukti klaim seseorang. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan diperoleh makna kepastian tenurial atas klaim tanah dan SDA sebagai berikut: 1) Ada tanaman kelapa dalam suatu areal tanah yang diklaim oleh masyarakat, dan di sisi-sisi batas tanah tersebut terdapat tanda alam seperti alur sungai, batu besar dan goa, atau menggunakan tanda buatan berupa tanaman kelapa kembar; 2) Kepatuhan masyarakat saling meminta izin pada orang yang terlebih dahulu mengklaim suatu areal tanah untuk membuka lahan kebun di sisi perbatasannya.

Makna keamanan/kepastian tenurial berdasarkan pemahaman dan persepsi masyarakat sejalan dengan characteristic security community tenure yang diungkapkan Lindsay (1998) bahwa kepastian tenurial mengharuskan adanya kepastian hak, memliki batas-batas yang jelas untuk memastikan siapa yang bisa memasukinya, mempunyai jangka waktu yang panjang atas klaim. Cara menegakkan keamanan/kepastian tenurial oleh masyarakat lokal, jika dilihat dari aliran institusionalis (Ellsworth 2002) bahwa kepastian hukum tenurial atas tanah dan sumber-sumber alam lainnya datang dari kemampuan untuk memobilisasi kekuatan penekan untuk menegakan atau mempertahankan klaimnya.

Masyarakat lokal disamping memaknai keamanan/kepastian tenurial sesuai dengan kebiasan yang berlaku di desa Loleo, juga dipraktekan dalam tindakan sehari-hari dalam sosial kehidupan. Setiap lahan yang sudah diklaim penguasaannya maka hal berikut yang dilakukan adalah menanam tanaman kelapa. Beberapa alasan tanaman kelapa yang dijadikan tanaman untuk mengamankan/memastikan klaim penguasaan tanah adalah: 1) Tanaman kelapa tidak mungkin tumbuh sendiri pada suatu tempat baru tanpa campur tangan manusia untuk mengangkut bibit ke lokasi tersebut, berbeda dengan tanaman Pala atau tanaman lain yang memungkinkan tumbuh dengan perantara burung yang menyebarkan benihnya. 2) Masyarakat Maluku Utara umumnya sudah mengusahakan tanaman kelapa secara turun temurun dalam waktu yang panjang sehingga pemahaman tentang tanaman kelapa sudah dikuasai masyarakat. 3) Bagi masyarakat Maluku Utara tanaman kelapa merupakan tanaman investasi untuk menyekolahkan anak dan ongkas naik haji bagi yang muslim.

Untuk dapat memahami situasi terkait dengan „makna dan tindakan’ keamanan/kepastian tenurial masyarakat lokal dalam wilayah KPHP GS dapat digambarkan dengan sebuah matrik seperti tersaji pada Tabel 20.

Tabel 20 Matrik makna dan tindakan terkait keamanan/kepastian tenurial dalam wilayah KPHP oleh masyarakat lokal

Makna Tindakan

Ya  

Tidak

Sumber: diolah dari data primer.

Berdasarkan gambaran matrik di atas makna keamanan/kepastian tenurial atas klaim tanah dan SDA oleh masyarakat lokal dalam wilayah KPHP GS juga dilaksanakan dalam praktek sehari-hari dalam pengelolaan tanah dan SDA yang masyarakat klaim. Hal ini mengindikasikan ada suatu konsistensi pemahaman dan tindakan dalam mempertahankan klaim penguasaan tanah dan SDA. Beberapa faktor yang mendukung hal ini adalah: 1) Kesempurnaan kepemilikan hak berdasarkan sekumpulan hak (Schlager & Ostrom 1992). 2) Klaim pengusaan tanah dan SDA oleh masyarakat lokal, memenuhi characteristic security community tenure yang diungkapkan oleh Lindsay (1998). 3) Jenis komoditas kelapa sebagai tanaman yang mendominasi setiap lokasi klaim penguasaan tanah. 4). Batas-batas klaim penguasaan tanah dan SDA sangat jelas di lapangan dan saling mengakui oleh para pemilik yang berbatasan serta diakui oleh orang lain.

5.3.4 Keamanan/Kepastian Tenurial Menurut Masyarakat Transmigrasi