4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Potensi Konflik Dalam Wilayah KPHP GS
5.1.2 Status Tata Kelola Dalam Wilayah KPHP GS
5.1.2.2 Status Tata Kelola PEMDA
Sebagai Kabupaten Hasil Pemekaran tahun 2003, Kabupaten Halmahera Tengah sedang menata pembangunan yang dimulai dengan penyusunan rancangan RTRW Kabupaten sebagai pedoman pembangunan yang berkelanjutan dan diharapkan dapat efisien dan efektif dalam memanfaatkan ruang wilayah. Dengan karakteristik wilayah kepulauan, Kabupaten Halmahera Tengah membutuhkan suatu struktur ruang yang kompak serta didukung oleh sistem transportasi regional yang handal. BAPPEDA Halteng (2011) untuk itu dalam pengembangan struktur ruang Kabupaten, sesuai kaidah penataan ruang, perlu memperhatikan unsur-unsur pokok seperti: 1) Pusat-pusat pertumbuhan; 2) Pelabuhan sebagai simpul penghubung (sistem transportasi); 3) Kawasan strategis. Pengembangan pusat pertumbuhan di wilayah pesisir merupakan komponen penting dalam membangun struktur ruang wilayah kepulauan. Dalam hal ini pusat-pusat tersebut berfungsi sebagai tempat berkumpulnya berbagai aktivitas yang ada di suatu pulau. Pusat pertumbuhan di pesisir ini menjadi titik temu dari aktivitas di wilayah daratan (hinterland) dengan aktivitas di wilayah lautan.
BAPPEDA Halteng (2011) rencana struktur ruang Kabupaten Halmahera Tengah dengan membagi wilayah kota ke dalam beberapa zona pengembangan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi struktur ruang wilayah Kabupaten Halmahera Tengah yang efisien dalam pemanfaatan ruang dan efektif dalam membentuk struktur-struktur pelayanan umum serta terpadu dan bersinergi dalam memanfaatkan semua potensi dan sumberdaya yang tersedia. Kabupaten Halmahera Tengah sebagai wilayah yang relatif baru telah mengalami perubahan
yang sangat besar terhadap struktur ruangnya, dimana sebelumnya hanya sebagai kawasan dengan fungsi sekunder maka setelah pemekaran, menjadi kawasan dengan fungsi primer.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BAPPEDA Kabupaten Halmahera Tengah Bapak Saiful Samad, SE., MSi dan dokumen rancangan RTRW , Weda Bagian Selatan telah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan II dengan fungsi yang dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan dan Bandar Udara. Hasil observasi lokasi rencana pembangunan bandar udara dengan menggunakan GPS menunjukkan bahwa lokasi rencana pengembangan bandar udara di desa Loleo berada dalam wilayah KPHP GS, seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Peta struktur ruang rancangan RTRW Kab. Halmahera Tengah. Beberapa alasan penetapan lokasi pembangunan bandar udara di desa Loleo yaitu: 1) Lokasi yang datar dan memiliki struktur permukaan bumi yang didominasi batu cadas yang rata sehingga pemadatan landasan pacu tidak menelan anggaran yang besar, 2) Jarak rencana lokasi pembangunan bandar udara dengan pusat pemerintahan dan perkotaan sangat dekat. 3) masih tersedia lahan yang
Lokasi Rencana Pembangunan Bandara Yang Lokasinya Berada dalam wilayah KPHP Gunung Sinopa
kompak seluas 300 Ha yang belum ada pemukiman maupun bangunan lainnya, 4) rencana lokasi pembangunan bandra udara berada pada bagian tanjung.
BAPPEDA Halteng (2011), sehubungan dengan akan dibangunnya pabrik Nikel Weda Bay di Lelilef (terbesar kedua di dunia) yang rencananya akan beroperasi tahun 2012 dan menyerap tenaga kerja 1015 ribu orang, maka diharapkan permintaan akan transportasi udara menjadi meningkat. Dengan demikian pengembangan transportasi udara rute WedaTernate dapat dilakukan. Bandara yang ada saat ini di Lelilef tidak dapat lagi dikembangkan mengingat lokasinya sangat terbatas dan adanya dugaan sumber minyak lepas pantai di teluk Weda dan teluk Mafa, sehingga perlu dikembangkan bandara baru di desa Loleo Kecamatan Weda Selatan dengan kebutuhan lahan 300 Ha.
Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah berkepentingan dengan adanya pengelolaan perkebunan kelapa milik PEMDA Halmahera Tengah seluas 411 Ha yang terletak di desa Tilopi dan Sosowomo. Berdasarkan hasil observasi di lapangan dengan menggunakan GPS maka posisi perkebunan Kelapa PEMDA Halmahera Tengah berada dalam wilayah KPHP GS. Pengelolaan perkebunan kelapa eks Perusahaan Nasional Perkebunan (PNP) XXVIII Tilopi oleh Dinas Perkebunan dilakukan bersama dengan masyarakat setempat dengan sistem bagi hasil. Masyarakat dikoordinir oleh beberapa orang mandor lapangan guna memanen kelapa setiap 4 bulan untuk kemudian diolah menjadi kopra. Hasil pembagian kopra dengan perbandingan 50% bagian masyarakat dan 50% merupakan bagian dari PEMDA Kabupaten Halmahera Tengah yang dihitung sebagai PAD. Dalam tahun anggaran 2012, Dinas Perkebunan telah ditargetkan untuk memasukan PAD dari perkebunan kelapa sebanyak Rp. 45.000.000 (empat puluh lima juta rupiah).
Dalam diktum memperhatikan dalam Surat Keputusan Bupati Halmahera Tengah Nomor 525/KEP/46.a/2005, disebutkan bahwa Kebun Eks PNP XXVIII Tilopi Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah merupakan aset daerah dan masih berproduksi dan dapat memberikan kontribusi bagi daerah dalam bentuk PAD. Sehingga pengelolaan perkebunan kelapa eks PNP XXVIII Tilopi merupakan kepentingan pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Tengah yang sampai saat ini masih aktif dijalankan bahkan terus dipertahankan dan
dikembangkan lebih lanjut sesuai arah kebijakan pembangunan perkebunan, dengan umur tanaman kelapa yang sudah tua sebagaimana terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Perkebunan Kelapa Eks PNP XXVIII yang menjadi asset PEMDA
Pengelolaan perkebunan kelapa eks PNP XXVIII Tilopi oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah didasarkan pada Keputusan Bupati Halmahera Tengah Nomor 525/KEP/46.a/2005. Pengelolaan perkebunan kelapa eks PNP XXVIII Tilopi sesuai dengan SK ini meliputi: 1) Pengelolaan sumber daya secara optimal dan berkelanjutan; 2) Melakukan rehabilitasi, intensifikasi, dan diversifikasi terhadap kebun eks PNP XXVIII Tilopi; 3) Pengelolaan hasil produksi (kopra) secara periodik/berkala.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah Bapak Ir. Said M. Yastab, MM., terkait dengan pengelolaan perkebunan kelapa milik Pemkab Halmahera Tengah (eks PNP XXVIII Tilopi), beliau mengungkapkan beberapa rencana startegis antara lain: dalam APBD Kabupaten Halmahera Tengah maupuan sharing dari APBD Provinsi Maluku Utara, setiap tahun dianggarkan untuk peremajaan kelapa terutama pada Blok yang masih memungkinkan untuk diusahakan sedangkan untuk Blok C yang sudah tidak dapat diharapkan untuk dilanjutkan pengelolaan komoditi kelapa akan dialokasikan menjadi Kebun Induk Benih Perkebunan Kabupaten Halmahera
Tangah dengan berbagi komoditi seperti pala, kelapa mapanit (kelapa dari Gorontalo), kakao dan cengkeh. Sedangkan tanah-tanah yang kosong akan dilakukan optimalisasi dengan melakukan pengayaan tanaman kelapa untuk meningkatkan angka indeks pertanaman yang ideal yakni 100 pohon/ Ha.