J. RESTRUKTURISASI DAN KEBANGKRUTAN
2. Kebangkrutan
a. Defenisi Kebangkrutan
Kebangkrutan menurut kamus ekonomi (2005) adalah kepailitan; pernyataan tentang ketidakmampuan membayar utang -utang, sehingga kepemilikan aktiva perusahaan dipindahkan atau ditransfer dari pemegang saham kepada pemberi utang. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Hanafi, Mamduh dan Halim (2003) dimana kebangkrutan disebut dengan kesehatan keuangan. Kesehatan keuangan ini digambarkan dengan adanya dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek (yang paling ringan) sampai insolvabel (yang paling parah). Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat sementara, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang,
Analisis prediksi kebangkrutan merupakan analisis yang dapat membantu perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan. Metode Z-Score
(Altman) adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah
keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003:73).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Z-Score
(Altman) adalah suatu alat yang memperhitungkan dan menggabungkan beberapa
rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan dalam suatu persamaan diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
b. Tujuan Analisis Z - Score
Tujuan analisis z-score adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Hanafi, Mamduh dan Halim (2003) memberikan beberapa tujuan dari analisis z-score dilihat dari manfaat informasi kebangkrutan pada beberapa pihak, yaitu :
1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya akan sangat penting untuk meilhat kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut selain itu juga prediksi kebangkrutan ini untuk melihat tanda - tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
3. Pihak Pemerintah. Pada sektor usaha, lembaga pemerintahan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan - tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal
4. Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
5. Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya - biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan – tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
c. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya kebangkrutan
Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan (2000:139) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :
a. Faktor Umum
1) Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2) Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.
3) Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
4) Sektor pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tariff
ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal Perusahaan
1) Faktor pelanggan atau nasabah
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
2) Faktor pemasok/kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank.
3) Faktor pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang diterima.
c. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Adnan (2000:140) sebagai berikut :
1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
2) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen. 3) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh
karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan
Secara umum pemakai data informasi kebangkrutan bank dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu: pemakai internal adalah pihak
manajemen yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan harian (jangka pendek) dan jangka panjang, sedangkan pemakai eksternal yaitu investor atau calon investor yang meliputi pembeli atau calon pembeli saham atau obligasi, kreditor atau peminjam dana bank, dan pemakai lain seperti karyawan, analisis keuangan, pialang saham, supplier, pemerintah (berkaitan dengan pajak) dan Bapepam (berkaitan dengan perusahaan yang go publik). Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa kalangan.
Menurut Hanafi (2000:261) informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk :
a. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk mengambil kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda–tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah mempunyai kepentinganuntuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan- tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. e. Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehinggga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat diminimalisir.
Hubungan antara Analisis Diskriminan dengan Penentuan Kebangkrutan pada Perusahaan
Dengan mengetahui nilai Z, dapat diketahui apakah perusahaan menghadapi masalah yang serius atau tidak. Dengan analisis Z score management dapat memprediksikan bagaimana prospek perusahaan di masa mendatang dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang.
Tujuan menghitung nilai Z adalah memperingatkan adanya problem keuangan yang membutuhkan perhatian serius dan pengarahan bila nilai Z lebih rendah dari Z yang diharapkan, maka kita harus memeriksa apa yang menjadi penyebabnya. Model Z score dapat membantu menganalisis dan mencari-cari masalah yang potensial dari perusahaan yang akan melakukan merger membantu pengambilan keputusan pemberi kredit/membantu pengambilan keputusan memberi kredit/membantu investor untuk memilih saham-saham perusahaan yang mungkin beresiko.Langkah-langkah untuk mengevaluasi hasil perhitungan nilai Z dapat dilakukan:
a. Membandingkan nilai Z terakhir dengan nilai Z tahun sebelumnya jika terjadi penurunan maka dicari penyebab penurunan nilai tersebut.
b. Mengadakan perbandingan nilai Z perusahaan yang dianalisa dengan perusahaan lain.