• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN KUASA MENJUAL OBJEK JAMINAN KREDIT TERHADAP PERJANJIAN KREDIT DALAM DUNIA PERBANKAN

B. Keberadaan Kuasa Menjual Terhadap Objek Jaminan Kredit

B. Keberadaan Kuasa Menjual Terhadap Objek Jaminan Kredit

Dari penelitian yang Penulis telah lakukan untuk menyelesaikan rumusan permasalahan sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dalam hal mana penelitian tersebut telah dilaksanakan di PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk Cabang Medan, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Bahwa dalam prakteknya di dunia perbankan penawaran ini pertama sekali muncul dari Debitur yang datang untuk menghadap dalam hal mengajukan permohonan kreditnya ke Bank tersebut dan meminta kepada pihak perbankan agar bersedia memberikan pinjaman kepada Debitur dalam jumlah tertentu. Apabila pihak perbankan menerima penawaran (diakseptir), maka pihak perbankan menawarkan syarat-syarat tertentu agar dapat mengabulkan permintaan Debitur, misalnya besarnya nilai bunga, jaminan pinjaman, waktu pengembalian, cara pembayaran dan lain-lain. Jika Debitur menerima penawaran dari perbankan, maka telah terjadi kesepakatan. Penawaran dan akseptir tidak terlepas dari kedua belah pihak yang

106

akan mengadakan perjanjian. Kehendak kedua belah pihak haruslah kehendak yang murni, bebas dan dinyatakan dalam suasana yang bebas. Untuk selanjutnya proses yang dilakukan adalah pengecekan atas pemenuhan syarat-syarat terhadap pengabulan Perjanjian Kredit tersebut, misalnya pengecekan data-data Debitur, lalu pengecekan dokumen benda/barang yang dijadikan objek jaminan atas kredit yang diajukannya. Misalnya terhadap sertifikat objek jaminan, Kuasa Menjual atas objek jaminan yang belum didaftarkan, dan lain sebagainya. Apabila Debitur memenuhi syarat, maka kredit dikabulkan lalu dilakukanlah Perjanjian Kredit anatara mereka setelah itu dilakukan juga pengikatan jaminan atas benda/barang jaminan tersebut ke dalam perjanjian mereka.

2. Pada PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk Cabang Medan terdapat penggunaan Surat Kuasa Menjual namun penggunaan Surat Kuasa Menjual tersebut semata-mata digunakan untuk jaminan yang belum berbentuk sertifikat seperti tanah-tanah dalam bentuk Surat Keterangan Ganti Rugi atau yang disingkat dengan SKGR, atau sertifikat atas obyek tanah-tanah yang sedang dalam proses pembuatan sertifikat terutama sertifikat Hak Milik. Apabila jaminan tersebut telah bersertifikat maka jaminan tersebut haruslah diikat dengan suatu lembaga jaminan yakni Hak Tanggungan.

3. Bahwa Kuasa Menjual terhadap hak atas tanah yang diajukan sebagai objek jaminan tersebut dapat diterima menjadi jaminan, namun hanya sebagai tambahan atas objek jaminan lain yang masih kurang nilainya untuk mengcover/menjamin nilai atau jumlah kredit yang diajukan oleh Debitur. Dengan kata lain bahwa

Kuasa Menjual atas objek jaminan yang belum berbentuk sertifikat sehingga tidak dapat diikat menjadi Hak Tanggungan, dapat diterima sebagai jaminan dengan syarat bahwa masih ada objek jaminan lainnya yang dapat diikat menjadi Hak Tanggungan sebagai objek jaminan yang utama sehingga kuasa menjual tersebut hanyalah objek jaminan tambahan, apabila ternyata objek jaminan utama tersebut masih kurang nilainya untuk mengcover atau menutupi nilai nominal kredit yang diajukan oleh nasabah Debiturnya tersebut. Untuk lebih jelasnya, hal tersebut diuraikan sebagai berikut :

A sebagai Debitur ingin mengajukan permohonan kredit sebesar Rp. 1.100.000.000,- (satumilyar seratusjuta rupiah) kepada PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk (tempat Penulis melakukan penelitian). A mengajukan Sertifikat Hak Milik atas tanah dengan luas tanah 200 (dua ratus) M2 (meter persegi) dan bangunan dengan luas 150 (seratus limapuluh) M2 (meter persegi) sebagai objek jaminan, yang setelah dinilai oleh tim penaksir ternyata harga pasaran atas tanah dan bangunan tersebut senilai Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Bank menyatakan bahwa agunan A terhadap kreditnya tersebut masih belum mencukupi. Lalu A mengajukan lagi hak atas tanah seluas 200 (duaratus) M2 (meter persegi) yang masih berbentuk SK Camat untuk dijadikan jaminan tambahan kredit yang diajukannya, yang setelah dinilai tim Penaksir bank tersebut senilai Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah). Jadi, apabila diakumulasi nilai agunan yang diajukannya berjumlah Rp. 1.400.000.000,- (satu milyar empat ratus juta rupiah). Maka, Bank yang bersangkutan kemudian menyetujui kredit yang diajukan oleh A, karena SK Camat tersebut dapat diterima sebagai jaminan tambahan atas jaminan kredit yang sebelumya telah diajukan olehnya. Maka, dilakukanlah perjanjian kredit sekaligus pengikatan jaminan hak atas tanah miliknya tersebut untuk dijadikan agunan atau jaminan atas kredit yang dimohonkan A kepada Bank tersebut. 107

107

Ibu Roslainy, Kabag Perkreditan PT.Bank Ekonomi Raharja,Tbk Cabang Medan dalam wawancara pada tanggal 22 Pebruari 2010.

4. Bahwa Kuasa Menjual secara umum masih dapat dipergunakan untuk mengagunkan atau menjaminkan aset/harta milik Debitur, dan pihak Bank sebagai Kreditur dapat menyetujui permohonan kredit si Debitur dengan beberapa syarat, antara lain :

a. Apabila setelah dicek ke lembaga yang bersangkutan, bahwa hak atas tanah tersebut adalah sah adanya, walaupun hak atas tanah tersebut belum berbentuk sertifikat.

Misalnya hak atas tanah yang berbentuk SK Camat, maka Bank yang bersangkutan sebagai Kreditur akan melakukan cek secara langsung ke Kantor Camat dan menanyakan informasi seputar keberadaan hak atas tanah tersebut kepada pihak-pihak yang berkompeten atas hal tersebut lalu melakukan penilaian atas kelayakan hak atas tanah tersebut untuk dapat dijadikan objek jaminan (lihat lampiran).

b. Terhadap hak atas tanah yang masih berbentuk jenis hak atas tanah menurut hukum adat, PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk dapat melakukan pengecekan secara langsung dengan menanyakan ke lapangan kepada kepala kampung atau ketua adat maupun kepada orang-orang yang terlibat dalam surat-surat atau dokumen hak atas tanah tersebut, dan menilai kelayakan Debitur atas kredit yang diajukannya sebelum memberi putusan atas permohonan kredit tersebut. 5. Kuasa Menjual dapat diterima terhadap jaminan hak atas tanah yang masih

kredit yang diajukan oleh nasabah Debitur terhadap PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk dimana penulis melakukan penelitian, dengan beberapa syarat, antara lain : 5.1.Bahwa dokumen hak atas tanah tersebut telah diajukan permohonan

sertifikatnya dan pada saat pengajuan permohonan kredit pada PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk., kepengurusan sertifikatnya masih sedang berada dalam proses pada lembaga yang berwenang untuk itu. Hal itu dapat dilihat dari surat yang diberikan oleh lembaga yang berwenang (dalam hal ini adalah BPN/Badan Pertanahan Nasional) yang menyatakan bahwa dokumen hak atas tanah tersebut sedang berada dalam proses kepengurusan).

5.2.Bahwa selain hak tersebut sedang dalam proses kepengurusan, Bank juga melakukan penilaian-penilaian tertentu atas kredibilitas dan kelayakan nasabah Debitur untuk dapat diberikan kredit. Hal tersebut dilihat dari beberapa point, antara lain:

5.2.1. Pengecekan langsung terhadap nasabah Debitur yakni berupa karakter/watak.

5.2.2. Pengecekan atas sumber dana, mutasi rekening, dan perihal keuangan nasabah Debitur.

5.2.3. Pengecekan atas usaha yang dimilikian nasabah Debitur apakah dapat menjamin pelunasan kredit yang dimohonkan pada PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk.

5.2.4. Pengecekan atas kondisi perekonomian secara mikro maupun makro merupakan faktor penting untuk dianalisa sebelum suatu kredit

diberikan, terutama yang berhubungan langsung dengan bisnis pihak calon debitur.

Dari berbagai keterangan di atas maka dapat kita ketahui bahwa ternyata keberadaan dari Kuasa Menjual Objek Jaminan dalam Perjanjian Kredit masih diakui keberadaannya, hal ini dapat terlihat dengan adanya penggunaan Kuasa Menjual tersebut dalam hal perjanjian Kredit yang terjadi khususnya dalam dunia perbankan.