• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah

Ada empat konsep manajemen berbasis sekolah yang diterapkan selama ini yaitu: peningkatan mutu, kemandirian, partisipasi dan transparansi.

1. Peningkatan mutu

Manajemen berbasis sekolah adalah satu pendekatan manajemen yang menempatkan mutu pendidikan sebagai kiblat, aktifitas manajemen kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, keuangan dan peran serta masyarakat sekolah. tidak ada manajemen berbasis sekolah tanpa rumusan visi, misi, tujuan kelembagaan sekolah yang merefleksi konsep sekolah yang baik, sekolah yang efektif, sekolah yang unggul dan sekolah masa depan. Seberapa jauh kepala sekolah dan stekholder peduli dan konsisten tentang pengembangan mutu pendidikan sekolah.

2. Kemandirian

Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu model pengelolaan sekolah yang sangat menuntut adanya kemandirian seluruh personel sekolah untuk maju dengan sendirinya. Karena itu konsep pengelolaan sendiri, merencanakan sendiri, diorganisasikan sendiri, diarahkan sendiri dan kontrol sendiri sangat melekat dalam manajemen berbasis sekolah. dengan kata lain, adanya penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tampak diberi kewenangan atau otonomi untuk merencanakan sendiri, melaksanakan sendiri dan mengevaluasi sendiri keseluruhan program kerjanya dengan melibatkan seluruh elemen terkait dengan peningkatan mutu pendidikan.

Dari tuntutan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ada beberapa tantangan bagi pengelola sekolah, yaitu : pertama sejauh manakah sekolah yang sangat beragam tingkat perkembangan dan kematangannya itu siap menerima tugas yang amat berat dalam penyelenggaraan pendidikan. Ada sejumlah pihak yang mengatakan, kita tidak pernah akan siap jika tidak mau memulai dan mencoba. Mereka berpendapat kita berpacu dengan waktu. Pendapat tersebut memang dapat diterima, mengingat Negara yang begitu besar seperti Indonesia ini segala sesuatunya memang tidak mungkin untuk dikelola secara sentralistik. Bahkan hal itu yang menjiwai semangat undang- undang nomor 22 tahun 1999.

Tantangan kedua, seberapa kewenangan untuk secara mandiri mengembangkan programnya, dalam perspektif filosofis dalam kerangka Negara kesatuan, kewenangan otonomi daerah dan otonomi sekolah tidak dapat diartikan kebebasan penuh dari suatu daerah atau sekolah untuk menjalankan hak dan fungsi otonominya menurut kehendaknya tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional secara keseluruhan. Lebih- lebih pendidikan mempunyai dua misi utama, yaitu: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa (2) sebagai alat pemersatu bangsa. Secara teoritis upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini tentu akan lebih mencapai sasaran apabila program pembinaan pendidikan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing daerah. Artinya, pelibatan secara aktif, bahkan pemberian tanggung jawab secara penuh kepada daerah dan sekolah untuk merancang sendiri, melaksanakan sendiri dan mengevaluasi sendiri merupakan hal yang secara teori dapat diandalkan. Namun dalam rangka sebagai alat pemersatu bangsa keaneka ragaman Pembina pendidikan sebagai akibat perbedaan kepentingan masing- masing daerahdan sekolah, kalau tidak dilaksanakan secara hati- hati bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Pendidikan merupakan bidang pembangunan yang sangat strategis dalam penanaman nilai-nilai kesatuan. Oleh karena itu tantangan kedepan yang harus direspon adalah bagaiman mengPelaksanaankan manajemen berbasisi sekolah yang berwawasan Bhinneka Tunggal Ika. 3. Partisipasi

Konsep manajemen berbasis sekolah adalah partisipasi. Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu model pengelolaan sekolah yang sangat menekankan pada partisipasi seluruh elemen terkait dengan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Elemen yang dimaksud tidak saja dalam bentuk partisipasi orang tua siswa, melainkan juga masyarakat umum, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan lembaga- lembaga sosial lainnya.

Peran serta masyarakat selam ini pada umumnya masih sebatas dana, sedangkan dukungan lain dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kurang diperhatikan, padahal faktor ini dimungkinkan dewan peadidikan dan komite sekolah. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional pasal 56 ayat 4 disebutkan bahwa: masyarakat berperann dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah / madarasah ( Dedi Hamid, 2003:8).

4. Transparansi

Manajemen berbasis sekolah adalah adanya transparansi. Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu model pengelolaan sekolah yang menuntut adanya transparansi keuangan. Adapun transparansi keuangan sangat diperlukan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarkat dan pemerintah. Dalam rangka meningkatkkan mutu dukungan orang tua dan masyarakat dalam penyelenggaraan seluruh program sekolah. disinilah letak tantangan penerapan manajemen berbasis sekolah, untuk mewujudkan keuangan yang profesional termasuk didalamnya adalah akuntabilitas keuangan sekolah.

Semua kegiatan memiliki tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan, dalam pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan dilakukan berhasila apabila dilakukan sesuai dengan rencana, tepat waktu dan tidak melampaui jadwal yang ditetapkan, biaya digunakan sesuai dengan mata anggaran, produk atau jasa yang dihasilkan memenuhi standar minimal yang diharapkan.

Kegiatan dianggap kurang berhasil, bila ada salah satu komponen di yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keberhasilan suatu sekolah dapat dilihat dari kegiatan belajar dan mengajar serta kegiatan pendukung lainnya, sehingga menghasilkan lulusan yang baik. Kepuasan masyarakat juga menjadi ukuran dari keberhasilan suatu sekolah. Mayarakat akan kembali mendukung kegiatan sekolah, apabila mereka merasa terlayani dengan baik, ketika mengirim anak-anaknya belajar disuatu sekolah.

Kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi, apabila lulusan suatu sekolah mampu memasuki jenjang pendidikan diatasnya yang memiliki kualitas baik. Oleh karna itu evaluasi sekolah dapat juga dilihat dari beberapa besar lulusan yang mampu memasuki sekolah-sekolah terbaik di atasnya. Hal ini perlu sekali mendapatkan perhatian dari kepala sekolah dan para guru, karena masyarakat menjadikan ukuran dari kemajuan sekolah.

Dari uraian diatas, dapat diringkaskan bahwa pengelolaan atau manajemen adalah proses pencapaian organisasi melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Berangkat dari konsep tersebut maka seorang kepala sekolah diharapkan mampu untuk mengelola pendidikan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disiapkan. Kemampuan yang baik dari seorang kepala sekolah sangat dibutuhkan. Penyusunan dan penetapan rencana kegiatan akan menentukan seberapa besar biaya yang harus disediakan disekolah. Apabila dana yang tersedia lebih kecil daripada kegiatan yang akan dilaksanakan, maka hal itu akan menjadi motivasi bagi kepala sekolah untuk dapat mencari dan menggali sumber- sumber dana yang memungkinkan untuk dikelola. Alokasi biaya biasanya di sesuaikan dengan dana yang tersedia dan jenis kegitan yang disiapkan oleh sekolah.

Apabila perencanaan kegiatan sekolah selama satu tahun ajaran telah selesai disiapkan, maka harus disosialisasikan kepada semua warga sekolah dan kepada semua warga sekolah dan kepada semua orangtua murid. Tahap ini sangat penting karena dengan pemahaman yang baik dengan rencana kegiatan sekolah oleh semua pihak yang terlibat dalam pesekolahan, akan lebih mempermudah terhadap pelaksanaannya.

BAB III

Dokumen terkait