• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1.Hasil Pengamatan Awal Penentuan Lokasi Penelitian

IFAS EFAS

4. Kebijakan Berdimensi Hukum dan Kelembagaan

pengelolaan, kesempatan berusaha, distribusi pendapatan yang berkeadilan dan membangun akses lembaga perekonomian berbasis masyarakat.

4. Kebijakan Berdimensi Hukum dan Kelembagaan

Aktifitas budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang berkelanjutan di Teluk Tamiang tidak akan dapat berjalan secara optimal efektif bila tidak ada dukungan perlindungan hukum / peraturan perundang-undangan dan dukungan kelembagaan baik ; dari perangkat hukum / peraturan perundang-undangan sendiri maupun proses implementasinya.

Aspek selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah implementasi dari penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan yang harus tegas dan konsisten serta transparan agar tidak menimbulkan pemahaman (interpretasi) yang berbeda diantara pihak-pihak yang berperan. Apabila terjadi konflik, misalnya da-lam pemanfaatan ruang yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan atau tumpang tin-dih kepentingan yang memberi pengaruh negatif antara budidaya rumput laut de-ngan kepentide-ngan lainnya pada kawasan teluk tersebut, maka akan dapat dihindari.

Aspek berikutnya yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah adalah koordinasi antar lembaga terkait dan terhadap pelaku budidaya rumput laut ; koordinasi dari mulai tahap perencanaan program, implementasi sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi, secara terpadu (integrated), baik secara vertikal maupun horizontal , agar tercipta kerjasama yang harmonis dan sinergis dalam pengembangan budidaya rumput laut di Teluk Tamiang.

Penegakan aturan kegiatan budidaya rumput laut di Teluk Tamiang perlu selalu konsisten dilakukan untuk memelihara performansi usaha budidaya dan lingkungannya dengan cara penegakan disiplin kerja agar semua pelaksana budidaya bertanggungjawab terhadap performansi usaha dan lingkungannya.

Sehubungan dengan hal-hal diatas, maka diperlukan kebijakan yang mengatur tentang perlindungan hukum dalam pemanfaatan kawasan teluk untuk kegiatan budidaya rumput laut secara optimal, penegakkan aturan harus tegas dan konsisten dalam memelihara performansi usaha budidaya dan lingkungannya serta koordinasi antar instansi/lembaga terkait yang lebih efektif dan terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth P.A. End Bl anshard J.M.V., 1980. Effect of thermal processing on structure and rheogical of carragenan/Carob Gum Gels. Journal of Texture Studies. 149 hal.

Aji, N. dan Murdjani, M., 1986. Budidaya Rumput Laut. Ditjen Perikanan dan International Development Reserch Centre. Jakarta. 13 hal.

Alianto, 2006. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten.Thesis. Institut Pertanian Bogor. 81 hal.

Anggadiredja, J. dan W. Sujatmiko, 1996. Ethnobotany dan Ethnopharmacology of Indonesia Marine Macroalgae. Second Asia Pacific Conference on Algal Biotechnology. Singapore. 134 hal.

Anggadiredja, J., S. Irawati dan Kusmiyati. 2006. Rumput laut : Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Jakarta. 147 hal. Anggadiredja, J., Zatnika, A., dan Istini, S., 1996. Potensi dan Manfaat Rumput laut

Indonesia dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut. Jakarta. 18 hal.

Aslan, L.M., 1998. Budidaya rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 97 hal. Puslitbangkan, 1991. Budidaya rumput laut (Eucheuma sp.) dengan rakit dan lepas

dasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 9 hal

Balitbang, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian dan International Development Research Centre, Jakarta. 93 hal.

Bappeda, 2003. Kondisi dan Potensi Kabupaten Kotabaru Pasca Pemekaran Kabupaten Tanah Bumbu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru. Kotabaru. 226 hal.

Besweni, 2002. Kajian Ekologi Ekonomi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Seribu.Thesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 78 hal.

Bengen, D.G. 2000. Teknik pengambilan contoh dan analisa data biofisik sumberdaya pesisir. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 64 hal.

Burrough, P.A., 1986. Principles of of Geographical Information System, For Land Resources Assasement. Calredon Press. Oxford. 136 hal.

Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat. LISPI-Ditjen P3K, Departemen Ekplorasi Laut dan Perikanan, Jakarta. 84 hal.

Dawes, C.J., 1981. Marine Botany. John Wiley and Sons. Singapura. 229 hal.

Dunn, W.N., 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 687 hal.

Diskanlut kotabaru, 2004. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru Tahun 2004. Pemkab Kotabaru 2005. 50 hal.

Ditjenkan, 1997. Pedoman Teknis Pemilihan Lokasi Budiadaya Rumput Laut. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. 54 hal.

Ditjenkan 1999. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut dalam Rangka Mendukung Protekan 2003. Makalah disampaikan pada Konsultasi Teknis Pengembangan Rumput Laut Lintas Sektor dan Sub Sektor. Departemen Pertanian, Jakarta. 12 hal.

Ditjenkan Budidaya, 2004. Petunjuk teknis Budidaya Laut : Rumput Laut

Eucheuma spp. Direktorat Budidaya Ditjenkan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 40 hal.

Ditjenkan Budidaya, 2006. Revitalisasi Perikanan Budidaya 2006-2009. Direktorat Budidaya Ditjenkan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 150 hal.

Diskanlut Kalsel, 2002. Studi Lokasi Pembangunan Balai Budidaya Ikan Pantai (BBIP), Banjarbaru. 34 hal.

Eidman, M., 1991. Studi Efektivitas Bibit Algae Laut (Rumput Laut). Salah Satu Upaya Peningkatan Produksi Budidaya Algae Laut (Eucheuma sp.). Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.

Glicksman M. 1983. Food Hydrocolloids Vol.2. CRC Press, Inc. Florida

Hartono, 1995. Model Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Evaluasi Lahan dan Pemilihan Letak. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. UGM, Yogyakarta. 175 hal.

Iksan, K.H.I., 2004. Kajian Pertumbuhan, Produksi Rumput Laut Eucheuma Cottonii dan kandungan karaginan di Perairan Maluku Utara. Tesis. Program Studi Ilmu Perairan. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 86 hal.

Kadi, A. dan Atmadja W.S., 1988. Rumput Laut (Alga) : Jenis, Reproduksidan Pasca Panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI Jakarta. Litasari, L., 2002. Kajian Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Areal

Budidaya Kerang Hijau (Mytilus viridis) di Kelurahan Kamal Muara Jakarta Utara. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 92 hal.

Lillesand T.M. dan R.W. Kiefer., 1979. Remote Sensing and Image Interpretation. John Wiley and Sons Inc. New York. 206 hal.

Mubarak, H. 1975. Percobaan Budidaya Rumput Laut Eucheuma spinosum di perairan Lorok, Pacitan dan Kemungkinan Pengembangannya. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. 62 hal.

Ngagi, E.L.A. 2001. Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii di Desa Bentenan-Tumbak Kec. Belang, Sulawesi Utara. Teluk Lhok Seudu. Tesis. Program Studi SPL. IPB. Bogor. 100 hal.

Nugroho, A. dan M. Murdjani, 1986. Budidaya Rumput Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan dan International Development Research Centre. INFIS. Manual Seri No. 32. P.9.

Nikijuluw V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. PT. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 96 hal.

Rahman, H.M.Y., 1999. Kebijaksanaan Pengembangan Industri Rumput Laut dan Prospek Pemasaran Rumput Laut Indonesia. Makalah disampaikan pada Konsultasi Teknis Pengembangan 14. Rumput Laut Lintas Sektor dan Sub Sektor . Tanggal 29 September 1999di Jakarta. Ditjen Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta. P.11.

Rangkuti F., 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 187 hal.

Pane, A.B., 2006. (Komunikasi Pribadi). Dosen Pasca Sarjana. Teknologi Kelautan. FPIK-Institut Pertanian Bogor.

Poncomulyo, T., Maryani, H., dan Kristiani, L., 2006. Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut. Agromedia Pustaka . Jakarta. 67 hal.

Pemkab Kotabaru, 2005. Program Pembangunan Daerah Kotabaru Tahun 2001-2005. Bappeda Kabupaten Kotabaru. 177 hal.

Pemkab Kotabaru, 2005. Profil Desa / Kelurahan Tahun 2005. Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Kotabaru. 75 hal.

Sadarang, H.A., 1995. Studi Kualitas Fisika-Kimia dan Biologi Estuaria Sungai Teko Yang Mendapat Limbah Pabrik Gula Arasoe Bone Untuk Pengembangan Budidaya Pantai. Pusat Studi Lingkungan. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Ujung Pandang.

Syukur A., 2001. Kajian Kerusakan Ekosistem Padang Lamun (Seagrass Beds) Melalui Pendekatan Ekologi dan Ekonomi di Perairan Pesisir Desa Tanjung Luar Lombok Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 76 hal. Soegiarto, A., W.S Sulistijo, Atmadja dan H. Mubarak, 1978. Rumput Laut (Alga)

Manfaat, Potensi Dan Usaha Budidaya, LON-LIPI, Jakarta. 82 hal.

Syahputra, Y. 2005. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottonii pada Kondisi Lingkungan Yang Berbeda dan Perlakuan Jarak Tanam di Teluk Lhok Seudu. Tesis. Program Studi Ilmu Perairan. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 91 hal.

Soselisa, A. 2006. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut Gugusan Pulau-Pulau Padaido, Distrik Padaido, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Desertasi. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan PPs-IPB. Bogor. 258 hal.

Sukardi, M.F., Kusnendar, E., Ahda, A., Surono, A., Imam, A., Batubara, I., Ismanadji, I., Suitha, I.M., Yunaidar, R., Setawan, Kurnia, N., Danakusumah, E., Sulistijo, Zatnika, A., Basmal, J., Effendi, E., dan Runtuboy, N., 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Ditjenkan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 169 hal.

Sutanto, 1987. Penginderaan Jauh. Jilid II. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 73 hal.

Trono, G.C. dan E.T.G. Fortez, 1988. Philipines Seaweeds. National Book Store, Inc. Pub. Metro Manila. Philipines. P. 5-330

Utomo, B.S.B. dan Peranginangin, R., 2000. Prospek Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut Penghasil Agar. Makalah disampaikan pada Temu Bisnis Industri Pengolahan Rumput Laut . Tanggal 29 Agustus 2000 di Jakarta. Puslitbangkan – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. 18 hal.

Wahyuningrum, P.I. 2001. Studi Evaluasi Kesesuaian Wilayah Perairan Teluk Lampung Untuk Budidaya Rumput Laut Eucheuma Dengan Pemanfaatan Inderaja dan SIG. Skripsi. Program Studi IKL. IPB. Bogor.102 hal.

Winarno, F.G. 1990. Teknologi pengolahan rumput laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 109 hal.

Yusron, M. 2005. Penilaian Kualitas Perairan dan Studi Kelayakan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii di Beberapa Pulau di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Skripsi. Program Studi ITK. IPB. Bogor.48 hal.

Zatnika, A. 2000. Manfaat, Pascapanen dan Pengolahan Rumput Laut. Workshop Aplikasi IPTEK Teknologi Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut. Mataram, 7-9 Desember 2000. P.31-42.

Zatnika, A. 1993. Menyimak Pasang Surut Rumput Laut Indonesia. Majalah Techner 08 Tahun II.P.51-54.

Zetka E.F., 1985. Coastal Zone Management Information Needs. Potential Lansat Application in Re mote Sensing For Resources Management. Soil Conservation Society of America. Ankey. IOWA. 221 hal.

Lampiran 1. Parameter pasang surut dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL Jakarta Bulan Mei-Juli 2006 (selama penelitian)

Lanjutan Lampiran 1. Parameter pasang surut dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL Jakarta Bulan Mei-Juli 2006 (selama penelitian)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :

1. Potensi dan kondisi perairan Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru, berdasarkan parameter perairan yang diteliti, meliputi parameter fisika, kimia dan biologi sebagian besar memenuhi persyaratan untuk dilakukan pembudidayaan rumput laut jenis Eucheuma cottonii.

2. Berdasarkan analisis spasial diperoleh 3 kelas kesesuaian luasan lahan untuk total luas perairan teluk 2.289,8 ha : Kelas (1) sangat sesuai : 1204,9 ha. Kelas (2) sesuai bersyarat : 241,8 ha. Kelas (3) tidak sesuai : 457,9 ha : sedangkan daya dukung distribusi kapasitas luasan lahan perairan teluk yang efektif diperoleh sebesar 1023,9 ha dari total luasan teluk untuk budidaya rumput laut

Eucheuma cottonii tersebut , sehingga diperoleh total jumlah unit sebanyak 106.306 unit metode Long Line.

3. Berdasarkan percobaan budidaya rumput laut, pertumbuhan panjang thallus dapat mencapai 47,16±9,22 cm, jumlah cabang sebanyak 121,48±15,53 cabang, bobot basah sebesar 542,12±13,38 gr dan kandungan karaginannya sebesar 52,11%. 4. Strategi pengelolaan untuk pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma

cottonii yang terpadu dan berkelanjutan di Teluk Tamiang, meliputi 5 (lima) prioritas utama : 1). Me ngembangkan kegiatan usaha budidaya rumput laut dengan memperhati-kan aspek biogeofisik (fisika, kimia dan biologi) perairan teluk dan kese-suaian lahan serta daya dukung yang dapat menyerap tenaga kerja terampil yang lebih maju dan modern melalui investasi dan pengelolaan yang berkelan-jutan ; 2). Meningkatkan produksi dan kualitas produk rumput laut dengan memperhatikan aspek penanganan dan tehnis yang lebih maju dan berteh-nologi melalui pengembangan SDM dan informasi pada berbagai pelatihan dari lembaga tehnis/pendidikan ; 3). Membangun dan memberdayakan lembaga pere-konomian/keuangan berbasis masyarakat dengan menjalin kerjasama pemasaran antar pembudidaya lokal dengan pengusaha swasta melalui fasilitator pemerintah ; 4). Membuat kebijakan/aturan tertulis tentang pengelolaan kawasan teluk baik dari segi penataan ruang (zonasi), pemanfaatan sampai pengawasan terhadap sumberdaya di teluk ; 5). Pemberdayaan

masyarakat pesisir teluk untuk mening-katkan inovasi wirausaha melalui diversifikasi produk dan pemasaran hasil.

5. Kebijakan pengelolaan untuk pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang terpadu dan berkelanjutan di teluk, meliputi 4 (lima) dimensi / pilar utama : (1) dimensi ekologis (2) dimensi teknologi (3) dimensi sosial ekonomi dan (4) dimensi kelembagaan dan hukum.

6.2. Saran

1. Agar pemerintah membuat aturan tertulis tentang pengelolaan teluk meliputi pembagian zonasi baik untuk pemanfaatan lahan, perlindungan/konservasi sumberdaya maupun tentang pengawasan dalam menegakkan aturan / ketentuan dalam pengelolaan kawasan Teluk Tamiang.

2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail tentang metode dan tehnis yang digunakan, seperti jarak tanam, kedalaman tumbuh, berat dan umur bibit pada musim dan waktu yang berbeda di tempat yang sama untuk mendapatkan perbandingan mutu akhir kandungan karaginan dari jenis Eucheuma cottonii. 3. Agar petani/pengusaha pembudidaya dan pengguna lainnya melakukan kerjasama

dengan lembaga pendidikan dan penelitian, membangun dan memberdayakan kelembagaan yang berbasis masyarakat dalam pengelolaan kawasan teluk khususnya untuk peruntukkan budidaya secara terpadu dan berkelanjutan.

4. Agar petani/pengusaha pembudidaya rumput laut Desa Teluk Tamiang, mem-perhatikan aspek tehnis, kesesuaian lahan dan daya dukung di kawasan tersebut untuk mendapatkan kuntinyuitas kuantitas dan kualitas produksi rumput laut dengan mutu kadar karaginan sesuai standar mutu yang dipersyaratkan.

5. Disarankan kepada pembudidaya rumput laut, untuk melengkapi usahanya dengan kebun bi bit, yang dikelola secara khusus guna kelak diharapkan dapat menjamin kuntinyuitas ketersediaan bibit. Untuk mengefektifkan langkah-langkah dalam upaya pengembangan budidaya rumput laut maka pada kawasan Teluk Tamiang diperlukan ”Pilot Project” pengembangan budidaya rumput laut .

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN TELUK TAMIANG

Dokumen terkait