• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Fiskal dan Perkiraan Realisasi APBN-P 2010 Tema RKP 2010 adalah “Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan

PERTUMBUHAN PDB SEKTORAL , 2009-2010 (y-o-y, persen)

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA, 2010 - 2011

2.4 Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

2.4.2 Kebijakan Fiskal dan Perkiraan Realisasi APBN-P 2010 Tema RKP 2010 adalah “Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan

Kesejahteraan Rakyat”. Tema tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2010, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel II.9. Postur APBN-P 2010 tersebut disusun berdasarkan perkembangan pendapatan dan belanja negara, serta pokok-pokok kebijakan fiskal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan dunia, kondisi perekonomian domestik pada tahun 2010 mulai menunjukkan adanya proses pemulihan. Dalam rangka mempercepat proses pemulihan ekonomi tersebut, Pemerintah tetap memberikan dukungan insentif perpajakan bagi dunia usaha yang diberikan dalam bentuk: (1) penurunan tarif PPh Badan dari 28 persen menjadi 25 persen; (2) pemberian fasilitas penurunan tarif PPh Badan

sebesar 5 persen dari tarif normal bagi perusahaan masuk bursa yang minimal 40 persen sahamnya dimiliki oleh publik; dan (3)pemberian subsidi pajak dalam bentuk pajak ditanggung Pemerintah (DTP) yaitu PPN DTP, PPh DTP, dan bea masuk DTP. Khusus di bidang kepabeanan, dukungan fiskal juga diberikan dalam bentuk pemberian insentif untuk sektor perdagangan dan industri dan perbaikan fasilitas kepabeanan.

Dukungan fiskal yang diberikan Pemerintah dalam bentuk insentif perpajakan tersebut merupakan bagian dari kebijakan penerimaan perpajakan. Secara umum, kebijakan perpajakan pada tahun 2010 adalah melanjutkan dan mempertahankan kebijakan-kebijakan tahun sebelumnya antara lain dengan perbaikan administrasi perpajakan dan peraturan perundang-undangan. Selain itu, Pemerintah tetap melakukan berbagai upaya tambahan (extra effort) yang ditujukan untuk optimalisasi penerimaan perpajakan. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan sunset policy yang telah diakhiri pada Februari 2009, Pemerintah melakukan kegiatan yang menitikberatkan pada law enforcement dan pembinaan kepada wajib pajak. Di bidang kepabeanan cukai, pada tahun 2010 Pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau yang diikuti dengan penyederhanaan golongan batasan produksi dan menaikkan tarif cukai Etil Alkohol (EA) dan Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA), serta pengenaan bea keluar atas biji kakao.

Dengan didukung berbagai kebijakan tersebut di atas, Pemerintah memperkirakan penerimaan perpajakan dalam APBN-P tahun 2010 mencapai Rp743,3 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009, perkiraan penerimaan tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp123,4 triliun atau 19,9 persen. Sumber utama peningkatan penerimaan tersebut diharapkan dari pajak penghasilan (PPh) dan cukai, yaitu masing-masing sebesar 14,7 persen dan 8,0 persen. Dengan kenaikan penerimaan perpajakan tersebut, tax ratio dalam tahun 2010 diperkirakan sebesar 11,9 persen.

Pada sisi lain, kebijakan di bidang PNBP yang ditempuh dalam tahun 2010 antara lain adalah optimalisasi penerimaan SDA terutama dari migas, peningkatan kinerja BUMN, dan optimalisasi PNBP dari K/L. Kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan untuk mengamankan target PNBP yang diperkirakan mencapai Rp247,2 triliun. Apabila dibandingkan dengan pencapaian di tahun 2009, perkiraan PNBP pada dalam APBN-P 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp20,0 triliun atau 8,8 persen. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan APBN APBN-P APBN-P% thd

A. Pendapatan Negara dan Hibah 949.656,1 992.398,8 104,5 I. Penerimaan Dalam Negeri 948.149,3 990.502,3 104,5 1. Penerimaan Perpajakan 742.738,0 743.325,9 100,1 2. PenerimaanNegara Bukan Pajak 205.411,3 247.176,4 120,3 II. Hibah 1.506,8 1.896,5 125,9 B. Belanja Negara 1.047.666,1 1.126.146,4 107,5 I. Belanja Pemerintah Pusat 725.243,1 781.533,5 107,8 II. Transfer ke Daerah 322.423,0 344.612,9 106,9 C. Surplus / (Defisit Anggaran) (98.010,0) (133.747,7) 136,5 D. Pembiayaan 98.009,9 133.747,7 136,5 I. Pembiayaan Dalam Negeri 107.891,5 133.903,2 124,1 II. Pembiayaan Luar Negeri (9.881,5) (155,5) 1,6 Sumber : Kementerian Keuangan

U r a i a n

Tabel II.9

RINGKASAN APBN TAHUN 2010 (triliun rupiah)

Bab II Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-53 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

penerimaan SDA minyak dan gas bumi sebesar 20,7 persen, yaitu dari Rp125,8 triliun menjadi Rp151,7 triliun sebagai akibat kenaikan harga ICP dari USD61,6 per barel menjadi USD80 per barel.

Di sisi belanja negara, kebijakan belanja negara merupakan salah satu transmisi untuk melaksanakan program-program prioritas pembangunan, baik di pusat maupun di daerah. Pada tahun 2010, kebijakan belanja negara terutama diprioritaskan pada (1) peningkatan kesejahteraan pegawai; (2) mendukung operasional pemerintahan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik; (3) mendukung peningkatan infrastruktur; (4) perlindungan sosial bagi masyarakat miskin; dan (5) mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antardaerah. Sesuai dengan tujuan tersebut, belanja negara dalam APBN-P 2010 diperkirakan akan mencapai Rp1.126,1 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasi belanja di tahun 2009, perkiraan di tahun 2010 tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp188,8 triliun atau 18,0 persen. Peningkatan tersebut terutama ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa, serta mempercepat pelaksanaan program prioritas pembangunan nasional sebagai bentuk komitmen Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengurangi pengangguran, serta menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional yang lebih baik.

Peningkatan pada belanja negara terutama berasal dari kenaikan belanja Pemerintah pusat yang diperkirakan mencapai Rp781,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasinya di 2009, belanja Pemerintah pusat mengalami kenaikan Rp152,7 triliun atau 24,3 persen. Perkiraan kenaikan tersebut dipengaruhi antara lain: (1) kebijakan Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa, yaitu dengan mempertahankan harga BBM, penyesuaian yang lebih rendah terhadap rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk dan tarif daya listrik; (2) kenaikan subsidi harga beras akibat penyesuaian harga pembelian pemerintah (HPP) beras serta penambahan volume alokasi beras bersubsidi kepada rumah tangga sasaran; dan (3) penambahan anggaran belanja untuk program-program prioritas dan mendesak.

Sementara itu, dalam APBN-P tahun 2010 transfer ke daerah diperkirakan mencapai sebesar Rp344,6 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasi 2009, jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp36,0 triliun atau 11,7 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan dana bagi hasil (DBH) ke daerah dalam rangka mendukung penguatan desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah. Langkah strategis tersebut ditempuh guna mendukung percepatan pemerataan pembangunan dan perluasan kesempatan kerja di daerah, serta mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal.

Berdasarkan pendapatan dan belanja negara tersebut, defisit anggaran diperkirakan akan mencapai 2,1 persen terhadap PDB, lebih tinggi dari realisasinya dalam tahun 2009 sebesar 1,6 persen terhadap PDB. Lebih tingginya defisit tersebut terutama disebabkan oleh ekspansi fiskal Pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

Guna menutup defisit APBN tersebut, Pemerintah memprioritaskan pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri. Dalam APBN-P tahun 2010, pembiayaan diperkirakan mencapai Rp133,7 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2009, APBN-P tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp21,2 triliun atau 18,8 persen. Penyesuaian pembiayaan dalam tahun 2010 dilakukan untuk mengantisipasi perubahan defisit di tahun

2010. Dalam rangka mendorong semangat kemandirian dalam pembiayaan defisit, pemerintah berupaya menurunkan rasio utang terhadap PDB hingga menjadi sekitar 27,8 persen di akhir tahun 2010.