• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan RAPBN 2011 Tema yang ditetapkan dalam RKP

PERTUMBUHAN PDB SEKTORAL , 2009-2010 (y-o-y, persen)

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA, 2010 - 2011

2.4 Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

2.4.4 Kebijakan RAPBN 2011 Tema yang ditetapkan dalam RKP

tahun 2011 adalah “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan Didukung oleh Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat Daerah”. Untuk mendukung perencanaan tersebut, pemerintah akan memfokuskan pada tiga langkah utama, yaitu:

(a) melanjutkan pembangunan

menuju Indonesia yang sejahtera,

(b) memperkuat pilar-pilar

demokrasi, dan (c) memperkuat dimensi keadilan di semua bidang.

Seiring membaiknya perekonomian dunia, berbagai masalah dan tantangan baru akan dihadapi Pemerintah. Tantangan pokok pembangunan tahun 2011 adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan secara optimal. Tantangan lainnya yang juga dinilai penting adalah membangun tata kelola yang baik untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara. Selain itu, untuk menjaga konsistensi kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah. Hal ini sangat penting, dalam rangka mengelola pembangunan daerah dan menyediakan pelayanan umum yang terbaik bagi masyarakat di daerah.

Arah kebijakan fiskal dalam tahun 2011 adalah untuk mendukung sasaran pembangunan 2011 dalam bentuk: (a) pembangunan kesejahteraan; (b) pembangunan demokrasi; dan (c) penegakan hukum. Ketiga sasaran pembangunan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: Pertama, melanjutkan pembangunan menuju Indonesia sejahtera, sasaran di bidang ekonomi akan ditujukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan pada kisaran 6,3 persen, pengendalian tingkat inflasi pada kisaran 5,3 persen, serta penurunan tingkat pengangguran menjadi sekitar 7,0 persen dan kemiskinan menjadi 11,5 sampai 12,5 persen. Sementara itu, sasaran di bidang pendidikan akan ditujukan untuk menurunkan angka buta aksara, meningkatkan angka partisipasi sekolah mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi, serta mengurangi disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan. Pada

2011

APBN-P Perk.

Real RAPBN

1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,8 5,9 6,3

2. Inflasi (%) 5,3 5,3 5,3

3. Nilai Tukar (Rp/USD) 9.200 9.200 9.300

4. Suku Bunga SBI-3 Bulan (%) 6,5 6,5 6,5

5. Harga Miny ak ICP (USD) 80 80 80

6. Lifting Miny ak (juta barel/hari) 0,965 0,965 0,97 0 Sumber : Kementerian Keuangan

Indikator Ekonomi

2010 TABEL II.10

Bab II Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-55 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

bidang lainnya, sasaran pembangunan akan ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan, meningkatkan produksi energi dan listrik, serta pembangunan infrastruktur jalan serta jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi; Kedua, sasaran penguatan pembangunan demokrasi akan ditujukan pada peningkatan kualitas demokrasi Indonesia; Ketiga, sasaran penegakan hukum ditujukan pada tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum dan terjaganya ketertiban umum.

Untuk mencapai sasaran pembangunan dalam tahun 2011 tersebut, peran kebijakan fiskal sangat dibutuhkan dengan memanfaatkan secara optimal sumber-sumber pendapatan negara, pengalokasian belanja negara secara efisien dan efektif dalam melaksanakan program-program pembangunan, serta memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang layak dan berisiko rendah. Peran kebijakan fiskal tersebut diwujudkan dengan menetapkan defisit RAPBN 2011 pada tingkat 1,7 persen terhadap PDB. Hal tersebut didasarkan pada upaya optimalisasi sumber-sumber pendapatan negara, terutama melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan perpajakan serta ditopang langkah-langkah reformasi birokrasi di bidang perpajakan. Selain kebijakan perpajakan, Pemerintah juga melakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan produksi sumber daya alam, baik migas maupun nonmigas, guna meningkatkan PNBP. Di samping itu, dalam rangka menutup defisit dalam tahun 2011, Pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan dari dalam negeri dan mengurangi sumber pembiayaan luar negeri dengan tetap mempertahankan penurunan rasio utang terhadap PDB secara bertahap untuk menjaga kesinambungan fiskal.

Dalam tahun 2011, pendapatan negara dan hibah diperkirakan mencapai Rp1.086,4 triliun meningkat sebesar Rp94,0 triliun atau 9,5 persen jika dibandingkan dengan perkiraan di APBN-P 2010 yang sebagian besar didukung oleh penerimaan perpajakan. Penerimaan perpajakan dalam tahun 2011 diperkirakan akan mencapai Rp839,5 triliun (12,0 persen terhadap PDB), yang berarti mengalami kenaikan sebesar 12,9 persen dari target APBN-P 2010. Untuk mencapai target perpajakan dalam tahun 2011 tersebut, Pemerintah akan tetap melanjutkan upaya perbaikan administrasi perpajakan, melanjutkan program reformasi perpajakan jilid II dan melakukan berbagai upaya tambahan (extra effort). Dalam rangka perbaikan administrasi perpajakan, dilakukan pula pengalihan BPHTB serta PBB sektor perkotaan dan pedesaan menjadi pajak daerah sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

Dalam tahun 2011, PNBP diperkirakan akan mencapai Rp243,1 triliun, yang berarti mengalami penurunan 1,7 persen dari perkiraan realisasinya di APBN-P 2010. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh penurunan PNBP sumber daya alam (SDA) yang berasal dari migas dan nonmigas. PNBP SDA Migas diperkirakan sebesar Rp145,3 triliun dan PNBP SDA non-migas diperkirakan sebesar Rp12,9 triliun. Untuk mencapai target PNBP di tahun 2011, Pemerintah akan mengambil beberapa kebijakan, diantaranya: Pertama, peningkatan pengusahaan migas nasional, penyediaan pasokan migas dan penerapan efisiensi cost recovery migas berdasarkan ketentuan yang ada. Kedua, peningkatan inventarisasi kuasa pertambangan, pengawasan produksi dan penjualan mineral dan batubara secara terpadu, pembuatan patokan harga batubara sebagai acuan oleh KP dan PKP2B, penatausahaan hasil hutan berbasis teknologi informasi, pelaksanaan skema kemitraan antara perusahaan perikanan asing dengan pelaku perikanan domestik, dan peningkatan investasi pengembangan panas bumi dengan dukungan kebijakan fiskal dan nonfiskal. Ketiga, peningkatan kinerja BUMN dan penerapan pay-out ratio yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing BUMN.

Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan nasional, belanja negara tahun 2011 diproyeksikan akan mencapai Rp1.202,0 triliun atau meningkat 6,7 persen dari APBN-P 2010. Peningkatan belanja negara ini utamanya dipengaruhi oleh peningkatan belanja Pemerintah pusat sebesar 5,4 persen menjadi Rp823,6 triliun, serta peningkatan transfer ke daerah 9,8 persen menjadi Rp378,4 triliun, yang utamanya bersumber dari peningkatan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

Alokasi belanja Pemerintah pusat dalam tahun 2011 akan diarahkan antara lain untuk: (1) perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan; (2) pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi; (3) penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintah yang lancar sambil terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat; (4) pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui pembangunan infrastruktur untuk domestic connectivity dan pengembangan KEK serta kelancaran distribusi barang, jasa dan informasi; (5) pengalokasian anggaran subsidi yang lebih tepat sasaran; (6) perlindungan sosial kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah; dan (7) pemberdayaan masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya belanja pusat, transfer ke daerah juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditujukan untuk: (i) meningkatkan kapasitas fiskal daerah; (ii) mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta antar daerah; (iii) menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuai pembagian urusan pemerintahan; (iv) meningkatkan kualitas pelayanan publik; (v) mendukung kesinambungan fiskal nasional; (vi) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (vii) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan (viii) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. Dalam rangka membiayai defisit

RAPBN 2011 sebesar 1,7 persen dari PDB, sumber pembiayaan utama diharapkan berasal dari dalam negeri, baik melalui utang maupun nonutang. Pembiayaan nonutang direncanakan bersumber dari rekening dana investasi dan hasil pengelolaan aset yang dikombinasikan dengan kebijakan dukungan investasi pemerintah, terutama untuk infrastruktur dan pembiayaan UMKM. Pembiayaan utang bersumber dari penerbitan SBN dan

pinjaman luar negeri yang terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek. Pembiayaan dalam negeri dalam tahun 2011 diperkirakan sebesar Rp118,7 triliun, sedangkan pembiayaan luar negeri diperkirakan sebesar minus Rp3,0 triliun. Perkembangan defisit periode 2004-2011 dapat dilihat pada Grafik II.47.

Meskipun terbatas, Pemerintah terus mengupayakan sumber pembiayaan nonutang, terutama dari rekening dana investasi (RDI) dan hasil pengelolaan aset. Di sisi lain, Pemerintah juga akan terus mendukung pembiayaan infrastruktur dalam bentuk investasi Pemerintah dan fasilitas likuiditas perumahan, serta penjaminan infrastruktur. Selain itu Pemerintah juga akan melanjutkan pembiayaan untuk revitalisasi program kredit usaha rakyat (KUR) guna meningkatkan kapasitas penjaminan.

‐2,5 ‐2,0 ‐1,5 ‐1,0 ‐0,5 0,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P RAPBN

Sumber : Kementerian Keuangan

GRAFIK II.47

PERKEMBANGAN DEFISIT APBN, 2005 - 2011 (persen terhadap PDB)

Bab II Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-57 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Strategi pengelolaan utang dalam tahun 2011 akan diarahkan melalui: (a) penerapan front-loading strategy secara terukur dalam penerbitan SBN untuk memanfaatkan momentum pasar di awal tahun; (b) penerbitan SBN secara reguler untuk meningkatkan likuiditas pasar sekunder, memberikan certainty dan predictability di pasar keuangan, serta pengembangan pasar; (c) diversifikasi instrumen SBN untuk meningkatkan basis investor dan daya serap pasar; (d) penerapan crisis management protocol dalam rangka menjaga stabilitas pasar surat berharga; serta (e) pengelolaan risiko fiskal utang untuk menurunkan tekanan (exposure) terhadap risiko suku bunga, nilai tukar, dan risiko pembiayaan kembali.

Kebijakan fiskal dalam pengelolaan APBN pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai instrumen kebijakan Pemerintah dalam melakukan alokasi, distribusi, dan stabilisasi perekonomian nasional. Kebijakan keuangan negara yang tertuang dalam APBN pada dasarnya memuat rencana kerja dan anggaran Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan barang dan jasa, serta menjaga stabilisasi dan akselerasi kinerja ekonomi. Oleh karena itu, strategi dan pengelolaan APBN memegang peranan yang cukup penting dalam rangka mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Dalam Tabel II.11 dapat dilihat secara menyeluruh RAPBN 2011.