• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Hukum Pidana Sebagai Upaya Pencegahan dan

BAB III : PELAKSANAAN KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

A. Kebijakan Hukum Pidana Sebagai Upaya Pencegahan dan

Kebijakan penal dalam penanggulangan dan pemberantasan narkotika dimulai dengan penegakan hukum oleh instansi kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Upaya represif dilakukan melalui kebijakan penal dalam menanggulangi tindak pidana narkotika. Kebijakan ini dilakukan dengan melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana narkotika. Penegakan hukum dilakukan sejak tahap penyelidikan hingga sidang di pengadilan. Tugas dibidang represif adalah mengadakan penyelidikan dan penyidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut ketentuan dalan undang-undang.117

Kebijakan penal dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana narkotika dilakukan dengan menggunakan instrumen hukum melalui penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika. Penegakan hukum pada hakikatnya adalah penegakan norma-norma hukum, baik yang berfungsi suruhan (gebot, command) atau berfungsi lain seperti memberi kuasa (ermachtigen to empower), membolehkan (erlauben, to permit), dan menyimpangi (derogieren, to derogate).118

117 Sadjijiono, Hukum Kepolisian Perspektif Kedudukan Dan Hubungannya Dalam Hukum Administrasi, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2006), hlm.119

118 Siswanto Sunarso, Hukum Pemerintahan Daerah Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 42

Usaha penangulangan tindak pidana narkotika secara represif, juga merupakan usaha pengangulangan kejahatan dengan hukum pidana yang pada hakekatnya merupakan bagian dari usaha pencegahan hukum (khususnya pencegahan hukum pidana narkotika) oleh karena itu sering pula dikatakan, bahwa politik dan kebijakan hukum pidana juga yang merupakan bagian dari penegakan hukum (lau enforcement policy). Marc Ancel mengemukakan kebijakan hukum pidana (penal policy) adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang dan juga kepada para penyelengggara atau pelaksana putusan pengadilan.119

Kebijakan penal selain mengatur mengenai perbuatan yang tergolong tindak pidana juga mengatur mengenai sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku. Sanksi yang dapat dijatuhkan berupa pidana mati, pidana penjara, pidana penjara seumur hidup, kurungan dan denda. Apabila pelaku adalah korporasi, maka terhadap korporasi tersebut dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha, dan atau pencabutan status badan hukum.

Ketentuan penjatuhan kebijakan hukum pidana bagi warga negara asing tercantum dalam ketentuan undang-undang yang menyatakan bahwa terhadap warga negara asing yang melakukan tindak pidana narkotika dan atau tindak pidana prekursor narkotika dan telah menjalani pidananya sebagaimana diatur dalam

119 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hlm. 21

Universitas Sumatera Utara

undang-undang, dilakukan pengusiran keluar wilayah Republik Indonesia.120 Ketentuan ini mengandung makna bahwa warga negara asing dapat diberlakukan kebijakan hukum pidana terhadapnya jika terbukti melakukan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang narkotika.

Pemberlakuan kebijakan hukum pidana bagi warga negara asing didasari pada penggunaan asas territorial dimana penerapan hukum terhadap kejahatan yang terjadi di wilayahnya berdasarkan asas teritorial yang menitik beratkan tempat (locus delicti) sebagai dasar pemberlakuan hukum, yang mana setiap orang baik warga negara maupun warga negara asing yang mengancam keamanan negara maupun warganya diluar batas-batas wilayah negara berlaku ketentuan pidana berdasarkan asas personalitas atau pasif.

Setelah dilaksanakannya kebijakan hukum pidana maka terhadap warga negara asing tersebut dilakukan pengusiran keluar wilayah Indonesia jika warga negara asing tersebut sudah menjalani masa hukuman pidananya. Ketentuan undang-undang ini juga menyatakan bahwa warga negara asing yang telah diusir dilarang masuk kembali ke wilayah Indonesia, dan bagi warga negara asing yang pernah melakukan tindak pidana narkotika dan atau tindak pidana prekursor narkotika di luar negeri, dilarang memasuki wilayah Indonesia.121

Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika telah banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapatkan putusan disidang

120 Pasal 146 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

121 Pasal 146 Ayat (2), (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan narkotika. Semakin merebaknya penyalahgunaan narkotika yang berdampak negatif pada kehidupan masyarakat.

Sehingga, untuk mengendalikan dan mengembalikan kondisi kehidupan masyarakat yang ideal, tertib, aman, dan tentram, diperlukan peran dari semua aparat penegak hukum.

Upaya untuk melindungi kepentingan masyarakat agar pelaku tindak pidana tidak membahayakan dan merugikan masyarakat banyak, maka hukum acara memberikan kewenangan bagi pihak penyidik untuk menghentikan kebebasan dan kemerdekaan tersangka atau terdakwa dalam bentuk penahanan. KUHAP memberi kesempatan kepada tersangka atau terdakwa untuk didampingi penasehat hukum sejak pemeriksaan pendahuluan sampai pemeriksaan di pengadilan.122 Upaya pemberantasan narkotika oleh aparat penegak hukum memerlukan langkah-langkah lebih lanjut dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika, dimana dalam hal pemberantasan penyalahgunaan narkotika juga diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak antara lain adalah peran serta masyarakat.

Bentuk peran serta masyarakat disini dapat berupa memberikan informasi mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika kepada aparat penegak hukum, selain itu dapat juga berupa lewat lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan

122 Susilo Yuwono, Penyelesaian Perkara Pidana Berdasarkan KUHAP, Sistem Dan Prosedur, (Bandung: Alumni, 1992), hlm. 46

Universitas Sumatera Utara

organisasi-organisasi masyarakat yang memfokuskan diri dalam pemberantasan narkotika secara menyeluruh.

Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkotika juga dapat dilaksanakan dengan melakukan penjagaan di perbatasan-perbatasan daerah dan antar lintas batas negara yang merupakan jalur masuk peredaran narkotika, baik melakukan penjagaan ekstra di bandara pelabuhan, terminal, dan sungai-sungai. Penggunaan teknologi canggih juga akan membantu mendeteksi dini peredaran narkotika, selain itu diperlukan juga koordinasi yang lebih baik antara aparat penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, BNN, dan Lembaga Peradilan dalam mencegah dan memberantas tindak pidana narkotika oleh warga negara asing.

B. Peranan Aparat Penegak Hukum Dalam Pelaksanaan Kebijakan Hukum