• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pemidanaan Bagi Warga Negara Asing Pelaku

BAB II : PENERAPAN KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

C. Penerapan Pemidanaan Bagi Warga Negara Asing Pelaku

Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang sangat penting dalam rangka menciptakan tata tertib, ketentraman, dan keamanan dalam kehidupan suatu masyarakat. Hukum pada dasarnya berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan manusia, sehingga hukum harus dijunjung tinggi dalam rangka menciptakan tatanan masyarakat yang tertib dan damai. Demikian halnya bagi warga

negara asing yang melakukan penyalahgunaan narkotika, hukum juga wajib untuk diberikan dan ditegakkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat menegakkan keadilan bagi tegaknya supremasi hukum.

Struktur penegakan hukum mempunyai peranan masing-masing dalam menjalankan fungsi hukum, seperti polisi yang diberi wewenang oleh negara untuk memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada warga negaranya serta penegakan hukum yang tertuju pada terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Jaksa yang diberi wewenang oleh negara untuk melakukan penuntutan terhadap seseorang atau badan hukum yang diduga melawan hukum, yang bertujuan agar terciptanya suatu hukum formil, dan hakim yang diberi wewenang oleh negara untuk mengadili suatu perkara yang melawan hukum dan memutus sesuai dengan hak asasi manusia, dan mempuyai tujuan dari putusan tersebut.

Pengadilan adalah lembaga yang berwenang untuk memerikasa, mengadili, dan memutus suatu perkara termasuk perkara bagi warga negara asing berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Fungsi hakim dalam mengadili suatu perkara maka hakim mempunyai kedudukan bebas dan bertanggungjawab terhadap segala urusan dalam peradilan oleh pihak-pihak lain dilarang kecuali dalam hal diperkenankan oleh undang-undang. Hakim adalah harapan para justiabelen (pencari keadilan) oleh karena itu mereka harus membaca jiwa yang terkandung di dalam teks-teks hukum.96

96 Satjipto Rahardjo, Dalam Jagat Ketertiban Hukum Progresif, (Jurnal Konstitusi Mahkamah Konstitusi RI Volume 6, 2009), hlm. 12

Universitas Sumatera Utara

Penjatuhan pidana merupakan perwujudan pidana dalam bentuk konkrit dimana penjatuhan pidana hanya dapat dilakukan oleh hakim yang memeriksa perkara pidana yang bersangkutan. Untuk mengambil keputusan, hakim harus mempunyai pertimbangan yang bijak supaya putusan tersebut sesuai dengan azas keadilan.97 Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa “kekuasaan kehakiman identik dengan kekuasaan untuk menegakkan hukum atau kekuasaan penegakan hukum.”98 Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja, mengemukakan bahwa:99

“Hakim dalam memerikasa dan memutus perkara, bebas dari campur tangan masyarakat, eksekutif, maupun legislatif. Dengan kebebasan yang dimilikinya itu, diharapkan hakim dapat mengambil keputusan berdasarkan hukum yang beralaku dan juga berdasarkan keyakinannya yang seadil-adilnya serta memberikan mamfaat bagi masyarakat.”

Mengingat peranan penting pengadilan dalam rangka penegakan hukum dan keadilan maka terciptanya pengadilan yang merdeka, netral (impartial judge), kompeten, dan berwibawa yang mampu menegakkan wibawa hukum, pengayom hukum, kepastian hukum dan keadilan merupakan condition sine qua non atau persyaratan mutlak dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum.

Suatu bagian penting dari hukum pidana yang tampaknya masih kurang mendapat perhatian adalah bagian mengenai pemidanaan (sentencing atau straftoemeting). Padahal segala pengaturan mengenai hukum pidana ini pada

97 Masruchin Ruba’i, Mengenal Pidana Dan Pemidanaan Di Indonesia, (Malang: IKIP Malang, 1994), hlm. 63

98 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 27

99 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional, Lembaga Penelitian Hukum Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, (Bandung: Bina Cipta, 1986), hlm. 319-320

akhirnya akan berpuncak kepada pemidanaan yang dapat merenggut kemerdekaan seseorang, harta bendanya, bahkan jiwanya. Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana, bebas menentukan berat ringannya hukuman yang akan dijatuhkan, akan tetapi kebebasan ini dalam menentukan pidana harus dipahami benar makna kejahatan, penjahat (pembuat kejahatan), dan pidana.100

Upaya mendapatkan suatu keputusan yang adil, majelis hakim melakukan musyawarah, musyawarah tersebut diadakan antara anggota majelis hakim. Para anggota majelis hakim saling bertukar pikiran atas dasar surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang, dan kemudian para anggota majelis hakim masing-masing mengambil kesimpulan atas perkara yang sedang disidangkan tersebut. Dalam prakteknya, musyawarah antara anggota majelis hakim ini tidak selalu alot dan saling mempertahankan argumentasinya, sebab pada saat pemeriksaan di sidang masing-masing anggota majelis hakim sudah memiliki kesimpulan sendiri. Jadi, dalam musyawarah itu sebenarnya saling mendengarkan pendapat dan pada gilirannya saling menyepakati pendapat anggota majelis hakim yang secara materiil dan formil sudah ditemui akurasi kebenaran dan keadilannya.101

Hal-hal yang sering memberikan indikasi penerapan undang-undang narkotika tidak konsisten oleh majelis hakim adalah apabila putusan yang diambil sanksinya sangat jauh dari apa yang diterapkan dalam undang-undang narkotika. Padahal

100 Eddy Djunaedi Kamasudirdja, Bebarapa Pedoman Pemidanaan Dan Pengamatan Narapidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1996, hlm. 80

101 Feby DP Hutagalung, Efektifitas Upaya Rehabilitasi Terhadap Pengguna Narkotika, Jurnal, (Malang: Universitas Brawijaya, 2013), hlm. 22

Universitas Sumatera Utara

sebenarnya indikasi semacam ini lahir dari suatu proses pemahaman yang kurang menyeluruh atas sistem peradilan yang ada dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUHAP. Sebab sangat jelas digariskan bahwa hakim tidak dibenarkan mejatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, dan hakim dari alat bukti tersebut memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana narkotika benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Barda Nawawi Arief menyatakan “apabila pengertian pemidanaan diartikan secara luas sebagai suatu proses pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim, maka dapatlah dikatakan bahwa sistem pemidanaan mencakup keseluruhan ketentuan perundang-undangan yang mengatur bagaimana hukum pidana itu ditegakkan atau dioperasionalkan secara konkret sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum pidana).”102 Artinya semua aturan perundang-undangan mengenai hukum pidana substantif, hukum pidana formal dan hukum pelaksanaan pidana dapat dilihat sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan.

Penjatuhan pidana merupakan perwujudan pidana dalam bentuk konkrit dimana penjatuhan pidana hanya dapat dilakukan oleh hakim yang memeriksa perkara pidana yang bersangkutan. Untuk mengambil keputusan, hakim harus mempunyai pertimbangan yang bijak supaya putusan tersebut sesuai dengan azas keadilan.103 Ketentuan pidana yang tercantum dalam semua undang-undang khusus di

102 Ibid., hlm. 129

103 Masruchin Ruba’i, Op Cit., hlm. 63

luar KUHP merupakan bagian khusus (sub sistem) dari keseluruhan sistem pemidanaan, dengan demikian, sistem pemidanaan dalam undang-undang khusus di luar KUHP harus terintegrasi dalam (konsisten dengan) aturan umum (general rules), namun dalam undang-undang khusus di luar KUHP tersebut dapat membuat aturan khusus yang menyimpang atau berbeda dengan aturan umum.104

Penyalahgunaan narkotika dalam hal ini perlu dilakukan upaya pencegahan untuk mengurangi tindak kejahatan penyalahgunaan narkotika tersebut, yang tidak terlepas dari peranan hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum yang tugasnya mengadili tersangka atau terdakwa, dimana yang dimaksud dengan mengadili adalah

“serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak pada sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum acara pidana, yaitu memeriksa dengan berdasarkan pada bukti-bukti yang cukup, dimana pada tahap ini tersangka dituntut, diperiksa dan diadili oleh hakim dinamakan terdakwa.”105

Penerapan pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika di lembaga peradilan diputuskan menurut ancaman pidana yang ditentukan didalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebenarnya sudah cukup memadai untuk melakukan pemberantasan tindak pidana narkotika karena disamping memiliki ancaman pidana

104 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 136

105 Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hlm. 127

Universitas Sumatera Utara

yang lebih besar bila dibandingkan dengan Undang-Uundang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika juga memiliki ancaman pidana minimum sehingga para penegak hukum seperti jaksa dan hakim tidak bisa menuntut dan menjatuhkan pidana kurang dari batas minimum yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Penerapan kebijakan hukum pidana terhadap warga negara asing dapat dilihat dalam kasus bali nine, dimana baru-baru ini pemerintah telah melaksanakan penerapan kebijakan hukum pidana terhadap kasus penyelundupan narkoba oleh sembilan warga asing berkebangsaan Australia. Pada tanggal 17 April 2005 sembilan warga Australia ditangkap di Bandara Ngurah Rai, dengan tuduhan berupaya menyelundupkan lebih dari 8 (delapan) kilogram heroin keluar dari Indonesia. Martin Stephens, Renae Lawrence, Scott Rush, dan Michael Czuga ditangkap di bandara dengan mengikat paket heroin ke tubuh mereka. Sementara itu, tiga lainnya, Si Yi Chen, Tan Duc Thanh Nguyen, dan Matthew Norman ditangkap di Hotel Maslati, Pantai Kuta, dengan kepemilikan 300 gram heroin. Andrew Chan dan Myuran Sukumaran juga ditangkap di bandara karena dianggap terkait dengan tujuh warga negara asing yang ditangkap.

1. Putusan Nomor 37 PK/Pid. Sus/2011

Penerapan kebijakan hukum pidana terhadap warga negara asing khususnya terhadap pelaku utama dalam kasus bali nine yang di berikan sanksi pidana berupa pidana mati baik pada tingkat pertama, banding, kasasi sampai dengan peninjauan

kembali, dapat dilihat dari ulasan Putusan Nomor 37 PK/Pid. Sus/2011, atas nama terdakwa Andrew Chan, yaitu sebagai berikut:

A. Posisi Kasus 1) Kronologi

Nama : Andrew Chan Tempat Lahir : Sydney, Australia

Tanggal Lahir : 21 Tahun / 12 Januari 1984 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kebangsaan : Australia

Alamat : Beanmaris Street Enfield 2136 Sydney, Australia Agama : Kristen

Pekerjaan : Pelayan Logistik (Compass Eurest Catering Company)

Terdakwa Andrew Chan secara terorganisasi bersama-sama dengan terdakwa Myuran Sukumaran, Renae Lawrence, Scoth Anthony Rush, Michael William Czugaj, Matthew James Norman, Martin Eric Stephens, Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen (di periksa dalam berkas perkara terpisah), pada hari Minggu tanggal 17 April 2005 atau setidak-tidaknya di satu waktu dalam tahun 2005 bertempat di Terminal Keberangkatan Internasional Bandara Ngurah Rai Tuban, Kabupaten Badung, di Center Stage Hotel Hard Rock Kuta, Hotel Kuta Sea View, Hard Rock Bar Kuta dan Hotel Adi Darma atau setidak-tidaknya di satu tempat yang masih termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Denpasar, secara tanpa hak dan melawan hukum mengekspor, menawarkan untuk di jual, menyalurkan, menjual,

Universitas Sumatera Utara

membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika Golongan I berupa heroin seberat kurang lebih 8.202 gram neto, perbuatan mana di lakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Terdakwa sekitar tanggal 30 Maret 2005, bertempat di Rose Land Shopping Center Sidney, Australia telah melakukan pertemuan dengan Renae Lawrence, Martin Eric Stephens, Si Yi Chen, Matthew James Norman untuk merencanakan pengiriman paket heroin dari Bali menuju Australia, pada saat itu terdakwa memberikan Renae Lawrence uang sebesar AUS $2.080 untuk biaya transportasi dan akomodasi selama di Bali.

2) Di tempat terpisah pada tanggal 5 April 2005 bertempat di parkiran mobil di antara KFC dan Formula 1 Hotel, Myuran Sukumuran untuk keperluan pengir iman paket heroin tersebut juga memberikan Renae Lawrence uang sebesar AUS

$500, serta Nokia 1100 warna abu-abu kombinasi.

3) Pada tanggal 6 April 2005, bertempat di Spanish In Sidney, Australia untuk keperluan biaya akomodasi dan transportasi di Bali dalam rangka pengiriman paket heroin yang sama seperti tersebut di atas Myuran Sukumuran memberikan uang kepada Tan Duc Tanh Nguyen, Scoth Anthony Rush dan Michael William Czugaj sebesar AUS $3.000.

4) Masih di Spanish In Sidney, Australia pada tanggal 7 April 2005, Myuran Sukumuran untuk keperluan pengiriman heroin yang sama telah memberikan uang kepada Scoth Anthony Rush dan Michael William Czugaj masing-masing sebesar AUS $500, sedangkan pacar terdakwa yang dikenal bernama Grace pada

tanggal 5 April 2005 bertempat di Hotel Formula 1, memasukkan barang-barang ke dalam koper milik Renae Lawrence dan Martin Eric Stephens berupa celana pendek ketat merek Adidas, plester, stagen sedangkan barang-barang yang ada di koper dikeluarkan.

5) Untuk menjaga kerahasiaan pelaksanaan kegiatan pengiriman heroin terdakwa secara tertib dan rapi telah membagi keberangkatan kelompoknya untuk datang ke Bali, masing-masing Renae Lawrene, Si Yi Chen, Martin Eric Stephens dan Mattew James Norman menggunakan Agent Qantas Holiday, sedangkan Scoth Anthony Rush, Tan Duc Tanh Nguyen, Michael William Czugaj menggunakan Agent Flight Center di Sidney dan mereka mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya.

6) Untuk mengatur keberhasilan dalam pelaksanaan tugas, pada tanggal 3 April 2005, dengan menggunakan pesawat Australian Airlines terdakwa terlebih dahulu datang ke Bali dan kemudian menginap di Hotel Hard Rock Kuta kamar 5314, kemudian mempelajari situasi dan menyiapkan penginapan bagi kelompoknya yaitu masing-masing disiapkan Hotel White Rose kamar 1022 untuk Si Yi Chen dan Mattew James Norman, Hotel Kuta Lagoon kamar 126 untuk Renae Lawrence dan Martin Eric Stephens, Sedangkan Myuran Sukumuran menyiapkan Hotel Aneka Kuta untuk Scoth Anthony Rush, Michael William Czugaj. Hotel Hard Rock Kuta untuk Myuran Sukumuran dan Tanh Duc Thanh Nguyen.

Universitas Sumatera Utara

7) Pada tanggal 6 April 2005 dengan menggunakan pesawat Australian Airlines dengan nomor penerbangan AO 7829, Renae Lawrence, Mattew James Norman dan Si Yi Chen, Martin Eric Stephens berangkat ke Bali dalam satu pesawat dan meskipun mereka saling kenal untuk menjaga kerahasiaan, terdakwa melarang mereka untuk saling bercakap-cakap dan tiba di Bali pukul 14.30 WITA dan selanjutnya langsung menuju ke hotel yang telah disiapkan sebelumnya.

8) Pada tanggal 8 April 2005, dengan menggunakan pesawat Australian Air Lines Scoth Anthony Rush, bersama dengan Michael William Czugaj berangkat menuju Bali dan di dalam pesawat ternyata telah ada Tan Duc Thanh Nguyen dan Myuran Sukumuran dan setelah mereka tiba di Bali sekitar pukul 14.00 WITA, mereka langsung menuju hotel yang telah disiapkan.

9) Terdakwa untuk mengatur kelompoknya agar dapat bekerja dengan tertib, rapi dan rahasia di Bali, maka mereka mulai melakukan kegiatan sebagai suatu jaringan nasional dengan pertama-tama melakukan pertemuan-pertemuan yaitu:

a. Pada tanggal 6 April 2005 bertempat di Center Stage Hotel Hard Rock Kuta terdakwa melakukan pertemuan dengan Renae Lawrence, Martin Eric Stephens, Mattew James Norman dan Si Yi Chen, dimana dalam pertemuan tersebut terdakwa memberi arahan tentang tugas-tugas yang harus di laksanakan selama di Bali.

b. Pada tanggal 8 April 2005 bertempat di Hotel Kuta Sea View terdakwa melakukan pertemuan dengan Cerry Likit Bannakorn (belum tertangkap) dan

kemudian terdakwa kemudian mengambil satu buah koper warna silver berisi heroin.

c. Pada tanggal 8 April 2005, terdakwa bertemu dengan Scoth Anthony Rush, Tan Duc Thanh Nguyen, Michael William Czugaj, serta Myuran Sukumuran membicarakan pelaksanaan pengiriman narkotika dari Bali ke Australia.

d. Sebagai suatu rangkaian perencanaan yang telah disusun secara tertib rapi dan rahasia pada tanggal 11 April 2005, bertempat di jalan Legian Kuta terdakwa membelikan masing-masing baju biru kombinasi putih motif bunga yang ukurannya agak longgar, kepada Renae Lawrence, Martin Eric Stephens dan Mattew James Norman.

e. Pada tanggal 12 April 2005, bertempat di Hard Rock Bar Kuta terdakwa kembali melakukan pertemuan dengan Michael William Czugaj, Scoth Antony Rush, Tan Duc Thanh Nguyen dan Myuran Sukumuran untuk membicarakan pelaksanaan tugas masing-masing, pada saat itu pula Tan Duc Thanh Nguyen memberi tahu Michael William Czugaj dan Scoth Anthony Rush untuk membawa paket heroin ke Australia serta memberikan Sim Card untuk dipasangkan pada HP milik Michael William Czugaj dan Scoth Anthony Rush, oleh karena heroin yang hendak dibawa oleh kelompoknya ternyata kurang kemudian terdakwa mengirimkan SMS kepada Renae Lawrence yang isinya mengenai penundaan keberangkatan tanggal 14 April 2005, sampai menunggu heroin yang dibawa oleh Cerry Likit Bannakorn.

Universitas Sumatera Utara

f. Pada tanggal 15 April 2005, bertempat di Hotel Grand Bali Beach terdakwa memberitahu Scoth Anthony Rush, bersama-sama dengan Tan Duc Thanh Nguyen, Myuran Sukumuran bahwa terjadi penundaan keberangkatan diakibatkan oleh karena heroin yang hendak dibawa masih kurang.

g. Pada tanggal 15 April 2005, bertempat di Hotel Kuta Sea View, terdakwa bertemu kembali dengan Cerry Likit Bannakorn yang ketika itu memberikan terdakwa satu koper warna hitam berisi heroin.

h. Masih di sekitar bulan April 2005, terdakwa bersama dengan Renae Lawrence, Martin Eric Stephens, Mattew James Norman dan Si Yi Chen membeli dua buah patung kayu dan satu buah kotak perhiasan dari kayu di sekitar jalan Legian Kuta.

10) Terjadinya penundaan keberangkatan, kemudian pada tanggal 16 April 2005 terdakwa memindahkan tempat menginap Si Yi Chen dan Mattew James Norman dari Hotel White Rose ke Hotel Adi Darma kamar nomor 105, sedangkan Renae Lawrence dan Martin Eric Stephen pada tanggal 14 April 2005 dipindahkan dari Hotel Kuta Lagoon ke Hotel Adi Darma kamar nomor 124, selanjutnya terdakwa dan Myuran Sukumuran membayar seluruh biaya hotel.

11) Pagi hari terdakwa pergi ke Yan's Beach Bungalow dengan mengaku bernama David Yu, terdakwa check in dan menempati kamar nomor C 05, dengan membawa koper warna silver dan abu-abu (biru kehitaman).

12) Pada hari yang sama tanggal 17 April 2005 bertempat di Hotel Adi Dharma kamar nomor 124, terdakwa dengan membawa dua buah koper masing-masing

berwarna abu-abu dan silver berisikan heroin serta satu buah tas jinjing yang berisikan gunting, plester, stagen, merica dan selanjutnya terdakwa serta Myuran Sukumuran mulai menempelkan paket-paket heroin itu masing-masing.

13) Terdakwa dan Myuran Sukumuran menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin pada anggota tubuh Renae Lawrence masing-masing pada punggung terdakwa menempelkan 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang di lilit dengan plester verban warna putih yang di dalamnya berisi heroin seberat 807,27 gram neto, selanjutnya Myuran Sukumuran menempelkan heroin pada paha kanan 2 (dua) bungkus plastik warna bening yang bertuliskan Foodsever Rolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica yang dililiti dengan isolasi warna bening yang di dalamnya berisi heroin, kemudian dililit lagi dengan plester verban warna cokelat dengan berat keseluruhan 668,29 gram neto, dilanjutkan ke paha kiri Renae Lawrence di tempelkan 2 (dua) bungkus plastik warna bening yang bertuliskan Foodsever Rolls By Tilia yang di taburi dengan serbuk merica yang dililiti dengan isolasi warna bening yang di dalamnya berisi heroin, kemudian di lilit lagi dengan plester verban warna cokelat dengan berat keseluruhan 693,41 gram neto, yang dilakukan oleh Myuran Sukumuran.

14) Terdakwa dan Myuran Sukumuran menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin pada anggota tubuh Martin Eric Stephens, pada punggung di tempelkan 1 (satu) bungkus plastic warna bening yang dililit dengan plester verban warna putih yang di dalamnya berisi heroin seberat 890,84 gram neto, pada paha kiri di tempelkan 2 (dua) bungkus plastic warna bening bertuliskan

Universitas Sumatera Utara

Foodsever Rolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica yang dililiti dengan isolasi warna bening yang di dalamnya berisi heroin kemudian dililiti lagi dengan plester verban warna cokelat dengan berat keseluruhan 733,28 gram neto, pada paha kanan di tempelkan 2 (dua) bungkus plastic warna bening bertuliskan Foodsever Rolls By Tilia yang di taburi dengan serbuk merica yang dililiti dengan isolasi warna bening yang di dalamnya berisi heroin kemudian dililiti lagi dengan plester verban warna cokelat dengan berat keseluruhan 717,62 gram neto.

15) Bertempat di Hotel Adi Dharma kamar nomor 105, terdakwa dan Myuran Sukumuran menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin pada anggota tubuh Michael William Czugaj, pada pinggang di tempelkan 1 (satu) bungkus plastic warna bening yang dililit dengan plester verban warna putih di dalamnya berisi heroin seberat atau 956,59 gram neto, pada paha kanan di tempelkan 1 (satu) bungkus plastic warna bening yang dibungkus dengan plastic warna bening bertuliskan Foodsaver Rolls By Tilia di dalamnya berisi heroin seberat 400,97 gram neto, pada paha kiri di tempelkan 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang dibungkus dengan plastik warna bening bertuliskan Foodsaver Rolls By Tilia didalamnya berisi heroin seberat 397,12 gram neto.

16) Bertempat di Hotel Adi Dharma kamar Nomor 105, terdakwa dan Myuran Sukumuran menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin pada anggota tubuh Scoth Anthony Rush, pada pinggang bagian belakang badan di tempelkan plastik bening berisi heroin seberat 888 gram neto yang dililitkan dengan plester warna cokelat dan stagen warna cokelat muda yang berlapiskan

kain warna biru merek Futoro, paha kaki kanan ditempelkan plastik bening berisi heroin seberat 414,37 gram neto yang dililitkan dengan plester warna cokelat, paha kaki kiri di tempelkan plastik bening berisi heroin seberat 389,90 gram neto yang di lilitkan dengan plester warna cokelat.

17) Sebelum berangkat isi koper yang dibawa oleh Renae Lawrence dikeluarkan dan kemudian diisi dengan dua buah patung kayu dan satu buah kotak perhiasan dari kayu, dengan maksud mengalihkan perhatian petugas, untuk tidak tertuju pada badan mereka akan tetapi beralih untuk memeriksa isi koper yang dibawa.

18) Sisa heroin yang telah dipasang, beserta barang-barang yang dipergunakan untuk menempelkan pada anggota tubuh, dibawa oleh anggota organisasi yang lainnya

18) Sisa heroin yang telah dipasang, beserta barang-barang yang dipergunakan untuk menempelkan pada anggota tubuh, dibawa oleh anggota organisasi yang lainnya