• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN LEMBAGA KERJASAMA (LKS) BIPARTIT PERUSAHAAN DI KABUPATEN DELI SERDANG

B. Pembentukan Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit yang Dikembangkan oleh International Labour Organisation (ILO) International Labour Organisation (ILO)

2. Kebijakan ILO yang Telah dan Belum Diratifikasi Indonesia

Disadari bahwa manusia sebagai makhluk individu tidak dapat berdiri sendiri dan ada saling ketergantungan dengan manusia lainnya. Demikian pula halnya dengan suatu negara. Negara manapun di dunia tidak akan bisa melepaskan diri dari saling ketergantungan dengan negara lainnya.

Indonesia sebagai negara berdaulat dalam hal ini menyadari bahwa untuk meningkatkan pembangunan nasional, khususnya pembangunan bidang ketenagakerjaan, Indonesia merasa perlu untuk turut serta berperan secara aktif meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara lain. Dalam hal ini

ILO dianggap forum yang paling tepat bagi Indonesia untuk mewujudkan peran aktifnya di dunia internasional terutama dalam rangka turut serta meningkatkan perlindungan hak-hak pekerja. Maka pada tanggal 5 Mei 1950, DR. Mohamad Hatta, Menteri Luar Negeri Indonesia pada saat itu, menyampaikan surat resmi pemerintah Indonesia kepada Direktur Jenderal ILO yang isinya menyatakan keinginan Indonesia untuk menjadi anggota ILO yang kemudian pada tanggal 12 Juni 1950 Indonesia secara resmi didaftar menjadi anggota ILO.38

Ratifikasi suatu konvensi mengandung makna bahwa hukum internasional diberlakukan menjadi hukum nasional (hukum positif) di negara yang bersangkutan.

Setiap negara mempunyai kewajiban moral untuk meratifikasi konvensi dan menerapkan prinsip-prinsip rekomendasi dalam hukum positif di negara yang bersangkutan. Setiap negara anggota yang sudah meratifikasi konvensi harus mempersiapkan perangkat/sarana hukum berupa peraturan perundangan nasional yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan konvensi.

Dalam praktek pelaksanaannya, institusi yang berwenang di negara anggota yang bersangkutan harus melaksanakan kebijaksanaan atau kewajiban sebagaimana yang diamanatkan oleh konvensi. Meratifikasi suatu konvensi dapat dilaksanakan dalam bentuk ratifikasi dengan undang-undang dan atau keputusan presiden atau

38 Jaminuddin Marbun, Manfaat Perjanjian Kerja Bersama dalam Hubungan Industrial bagi Pengusaha dan Pekerja, (Medan : USU Press, 2013), hlm. 7.

dengan perangkat hukum positif lain yang berlaku secara nasional di negara yang bersangkutan. Sebelum meratifikasi konvensi setiap negara perlu :39

a. Mengidentifikasi peraturan perundangan yang berkaitan dengan konvensi serta melihat kesesuaian dan ketidaksesuaian antara konvensi dan peraturan perundangan yang berlaku;

b. Mengadakan konsultasi tripartit dan instansi terkait dengan pengharapan tercapainya suatu konsensus untuk menyempurnakan peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan konvensi;

c. Mempersiapkan mekanisme pelaporan sesuai komitmen dengan pihak-pihak terkait baik insitusi pemerintah maupun swasta yang terkait.

Suatu negara yang meratifikasi konvensi internasional, maka negara tersebut dengan sukarela mengikatkan diri pada ketentuan-ketentuan konvensi. Negara tersebut secara sadar telah memberikan sebagian kedaulatannya kepada masyarakat internasional. Negara tersebut telah “commited” untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan konvensi. Negara yang meratifikasi suatu konvensi juga mempunyai kewajiban untuk :

a. Mempersiapkan peraturan perundang-undangan dan sarana yang menjamin pelaksanaan konvensi yang diratifikasi;

b. Menyempurnakan peraturan perundangan yang ada yang dianggap belum sejalan atau bertentangan dengan konvensi;

39 Menumbuhkembangkan Kesadaran Melaksanakan Konvensi ILO yang Telah Diratifikasi, op.cit., hlm. 11.

c. Memberikan sanksi atas pelanggaran konvensi;

d. Menyampaikan penjelasan atas tuduhan (complaints) pihak lain baik dari dalam maupun dari luar negeri mengenai adanya penyimpangan pelaksanaan konvensi.

Konvensi ILO yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia sampai 31 Agustus 2015 adalah sebanyak 19 konvensi. Diantara konvensi yang telah diratifikasi Indonesia tersebut yang menyangkut hak asasi manusia adalah antara lain:40

a. Konvensi ILO No. 29 tentang Kerja Paksa atau Kerja Wajib (diratifikasi Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933 dan dinyatakan berlaku bagi Indonesia dengan Staatsblaad 261, 1933);

b. Konvensi ILO No. 98 mengenai Hak Berorganisasi dan Berunding Bersama (diratifikasi dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 1956);

c. Konvensi ILO No. 100 mengenai Pengupahan yang Sama Bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita Untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya (diratifikasi dengan Undang-Undang No.50 Tahun 1957);

d. Konvensi ILO No. 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi (diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI Nomor 83 Tahun 1998);

e. Konvensi ILO No. 105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa (diratifikasi dengan Undang-Undang No.19 Tahun 1999);

40 http://www.ilo.org/dyn/normlex/en diakses pada tanggal 6 September 2015 14.20

f. Konvensi ILO No. 138 mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja (diratifikasi dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 1999);

g. Konvensi ILO No. 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan (diratifikasi dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 1999).

Sedangkan untuk konvensi umum yang telah diratifikasi Indonesia antara lain :

a. Konvensi ILO No.19 tentang Perlakuan yang Sama Bagi Pekerja Nasional dan Asing dalam Hal Tunjangan Kecelakaan Kerja (diratifikasi Pemerintah Belanda tahun 1927 dan dinyatakan berlaku bagi Indonesia dengan Staatblaads 53, 1929);

b. Konvensi ILO No. 27 tentang Pemberian Tanda Berat Pada Pengepakan Barang-Barang Besar yang Diangkut dengan Kapal (diratifikasi Pemerintah Belanda tahun 1933 dan dinyatakan berlaku bagi Indonesia dengan Staatblaads 117, 1933);

c. Konvensi ILO No. 45 tentang Kerja Wanita Pada Segala Macam Tambang di Bawah Tanah.(diratifikasi Pemerintah Belanda tahun 1937 dan dinyatakan berlaku bagi Indonesia dengan Staatblaads 219 ,1937);

d. Konvensi ILO No. 106 tentang Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan Kantor-Kantor (diratifikasi dengan Undang-Undang RI No.3 Tahun 1961);

e. Konvensi ILO No. 120 tentang Ijin Higyene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor (diratifikasi dengan Undang-Undang RI No.3 Tahun 1999);

f. Konvensi ILO No. 144 tentang Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional (diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1990);

g. Konvensi ILO No. 69 tentang Sertifikasi bagi Juru Masak di Kapal (diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI No. 4 Tahun 1992).

Setiap negara yang meratifikasi suatu konvensi harus menyelaraskan hukum nasionalnya dengan ketentuan-ketentuan konvensi. Seluruh masyarakat di negara yang bersangkutan harus turut bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Dengan demikian, bilamana ketentuan-ketentuan konvensi ditingkat nasional dilaksankan dengan baik dan konsekuen maka hal ini akan membawa dampak yang positif dan manfaat yang besar bagi kepentingan pekerja dan dunia usaha yang pada akhirnya diyakini akan membawa hasil bagi kemakmuran bangsa dan negara. Sejak berdirinya ILO sampai sekarang telah mengeluarkan konvensi sebanyak 195 konvensi.41

Negara anggota ILO juga diwajibkan mengirim laporan konvensi yang belum diratifikasi. Bilamana negara anggota tidak mendapatkan persetujuan untuk meratifikasi dari penguasa yang berwenang, maka negara anggota yang bersangkutan tidak berkewajiban untuk memaksakan ratifikasi. Namum demikian, hal ini wajib dilaporkan kepada Dirjen ILO dalam jangka tertentu sesuai prosedur dan mekanisme jadwal pelaporan yang disusun ILO. Laporan negara anggota hendaknya menjelaskan keadaan hukum dan praktek perundang-undangan yang ada kaitannya dengan konvensi, antara lain sampai sejauh mana hukum dan praktek nasional tersebut

41 Ibid.

memberikan pengaruh terhadap ketentuan-ketentuan konvensi termasuk tindakan-tindakan administratif atau praktek-praktek lainnya serta kesukaran-kesukaran yang menghambat ratifikasi konvensi dimaksud.42

Negara anggota ILO wajib membuat laporan tahunan konvensi yang sudah diratifikasi dan laporan harus memuat langkah-langkah yang telah diambil sesuai dengan ketentuan-ketentuan konvensi dan laporan dibuat dalam format khusus sesuai ketentuan ILO.43 Salinan seluruh mengenai pelaksanaan konvensi ini yang sudah diratifikasi harus disampaikan kepada perwakilan pengusaha dan pekerja.44