• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Indonesia terhadap Pencemaran Asap Lintas Batas

4.2 Kebijakan ASEAN dan Pemerintah Indonesia terhadap Pencemaran Asap Lintas Batas di Asia Tenggara

4.2.2 Kebijakan Indonesia terhadap Pencemaran Asap Lintas Batas

Dalam upaya pengendalaian kebakaran hutan, pemerintah Indonesia telah melakukan pelarangan penggunaan api untuk membersihkan lahan pada tahun 1995, bahkan aru-baru ini, pemerintah Indonesia telah memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil98

Schme, yang mempertegas pelarangan penggunaan api

dalam pembangunan perkebunan, dan wajib bagi semua perusahaan kelapa sawit di Indonesia pada akhir tahun 2014.

Dilain pihak, Pemerintah melalui Departemen Kehutanan telah melakukan beberapa upaya pengendalian kebakaran hutan, diantaranya: menyebarkan peta kebakaran hutan di tingkat provinsi yang rawan; mendesak Gubernur di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi agar siap menghadapi kebakaran lahan dan hutan pada tahun 2014 dan upaya untuk mengantisipasi El Nino; dan melakukan

98

Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.

simulasi, bimbingan teknis dan patroli pemadam kebakaran hutan di provinsi rawan kebakaran99.

Dalam konteks peraturan perundang-undangan, beberapa langkah telah diambil oleh pemerintah Indonesia diantaranya adalah pengesahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan yang memberlakukan denda maksimal Rp 10 miliar dan sampai sepuluh tahun penjara bagi individu atau perusahaan terlibat dalam kegiatan pembakaran lahan.

Dalam kasus penegakan hukum telah terjadi peningkatan upaya hukum yang diambil untuk mengurangi jumlah pelanggaran kebakaran hutan. Dalam laporan KLH, pada 2012 ada dua kasus yang telah ditangani, yaitu PT Kalista Alam dan PT Surya Panen Subur. Sementara pada tahun 2013, ada 7 file kasus pidana yang telah disampaikan kepada Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan satu file kasus perdata yang masih dalam proses penyusunan

99 Teddy Prasetiawan, Implikasi Ratifikasi AATHP Terhadap Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, Info Singkat, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta, Vol. VI, 2014

gugatan.100 Sejak 2013 sampai sekarang, polisi telah melakukan 41 penuntutan terhadap pelaku, terutama untuk perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dari 41 penuntutan, 25 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dan bahkan sudah dihukum mulai dari 8 bulan sampai 8 tahun.

Dari sisi pelaksanaan teknis yang diamanatkan oleh

ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution

(AATHP), pemerintah Indonesia telah melakukan serangkaian kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan/atau hutan antara lain101:

4.2.2.1. Melakukan kegiatan sosialisasi AATHP dan peningkatan kapasitas secara masif dan berkelanjutan kepada kementerian/lembaga terkait, kalangan dunia usaha, masyarakat, LSM, dan pemerintah daerah di daerah rawan kebakaran lahan dan/atau hutan.

4.2.2.2. Melakukan koordinasi baik antar-kementerian/lembaga, pemerintah daerah

100 Anonim, KLH Selidiki 29 Kasus Kebakaran Hutan,, 1 Maret, http://news.okezone.com/read/2014/08/07/337/1021369/klh-selidiki-29-kasus-kebakaran-hutan-di-riau, 12.44

101 http://www.menlh.go.id/indonesia-meratifikasi-undang-undang-tentang-pengesahan-

maupun dengan masyarakat yang didasarkan pada Indonesia Comprehensive Plan of Action on

Transboundary Haze Pollution seperti:

4.2.2.2.1. pemetaan daerah rawan kebakaran lahan dan/atau hutan;

4.2.2.2.2. penguatan data dan informasi terkait dengan hot-spot, persebaran asap, pemetaan daerah terbakar, fire danger rating system (FDRS), pengembangan SOP dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan/atau hutan, dan pengelolaan lahan gambut. Bahkan LAPAN telah memberikan pelatihan kepada Malaysia dalam pengembangan FDRS melalui sistem remote sensing;

4.2.2.2.3. penguatan dan peningkatan kapasitas masyarakat peduli api yang dilakukan melalui sosialisasi,

kegiatan pencegahan dini maupun pelatihan;

4.2.2.2.4. penanggulangan bencana asap yang terkoordinir dalam rangka tanggap darurat bencana, antara lain melalui gelar pasukan pemadaman api, operasi modifikasi cuaca, dll;

4.2.2.2.5. Melakukan penegakan hukum (pidana dan perdata) terhadap pelaku (individu dan korporasi) pembakaran lahan dan/atau hutan serta pencemaran asap lintas batas yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Penegakan hukum pidana dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi oleh PPNS KLH bersama-sama Penyidik POLRI maupun melalui mekanisme multi-doors (kerja sama UKP4, Kehutanan, Kejaksaan, KPK, POLRI, dan KLH). Penegakan

hukum perdata dilakukan melalui gugatan ganti kerugian untuk pemulihan kualitas lingkungan terhadap pelaku pembakaran lahan dan/atau hutan.

4.2.2.2.6. Memperkuat kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang mendukung kebijakan pembukaan lahan tanpa bakar (zero

burning policy) dan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran lahan dan/atau hutan serta pencemaran asap lintas batas.

Upaya penguatan Kebijakan Indonesia tidak hanya berjalan di level nasional saja, Jambi sebagai salah satu daerah rawan Kebakaran hutan telah melakukan kerjasama dengan Singapura sebagai upaya pencegahan Kebakaran hutan dan polusi asap. Selama rentang waktu dua tahun, para petugas provinsi Jambi bekerja erat dengan tim proyek Singapura untuk memastikan keberhasilan implementasi Program Kerja sesuai dengan Master Plan. Selain itu,

Singapura menyediakan sejumlah S$1 juta untuk mengimplementasikan Program Kerja yang dipilih sesuai dukungan teknisnya kepada Indonesia. Tujuh Program Kerja yang dipilih tersebut adalah sebagai berikut102:

4.2.2.1. Lokakarya untuk mengembangkan kapasitas para petugas Jambi menganalisa dan membaca gambar satelit untuk informasi dan titik panas; 4.2.2.2. Lokakarya sosialisasi mengenai pertanian

berkelanjutan dan praktek tanpa bakar;

4.2.2.3. Pembinaan peta pemanfaatan lahan bagi Kabupaten Muaro Jambi;

4.2.2.4. Pemasangan Sistem Informasi Geografi (Geographical Information System atau GIS) untuk membantu pemantauan dan penilaian kebakaran lahan dan hutan serta kabut asap.; 4.2.2.5. Membangun stasiun-stasiun pemantauan kualitas

udara dan cuaca termasuk pengembangan Sistem

102 Anonym, 2009, Kerjasama Indonesia-Singapura di Provinsi Jambi Untuk Menangani Kebakaran Lahan dan Hutan, Singapore, National Environment Agency, hlm.9

Pengukuran indeks Kebakaran (Fire Danger

Rating System, atau FDRS);

4.2.2.6. Pengulasan kepasitas dan kemampuan menghalang dan menanggulangi kebakaran di kalangan industri pertanian dan pihak-pihak terkait di Kabupaten Muaro Jambi;

4.2.2.7. Lokakarya pelatihan kesanggupan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Jambi dan Singapura telah berhasil mengimplementasikan ketujuh progam tersebut ke dalam ruang lingkup kerjasama Indonesia-Singapura. Sementara itu, Singapura juga telah mengembangkan du program kerja baru tambahan “program penanganan lahan gambut berasaskan pengetahuan dan pelatihan” bersama Singapore

Delft Water Alliance (SDWA) dan “Peningkatan keahlian

budidaya air tawar di Jambi” bersama Singapore Food

4.3 Tanggung Jawab Indonesia Terhadap Pencemaran Asap Lintas