BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Hipotesis Kerja
Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, melainkan sebagai satu panduan dalam proses analisis data. Dalam mempermudah penelitian ini, Implementasi Program Pengurangan Risiko Bencana Banjir pada Badan Penanggulangan Bencana Kota Medan meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial, karakteristik agen pelaksana, disposisi implementor, komunikasi yang menghubungkan antar organisasi, dan kondisi sosial, politik, ekonomi.
37 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif-kualitatif ini merupakan penelitian yang mengemukakan masalah-masalah berupa fakta-fakta aktual atau penilaian terhadap suatu individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur tanpa melakukan manipulasi atau perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua peristiwa berjalan sesuai fakta di lapangan. Bentuk penelitian ini bertujuan menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi subjek yang diteliti.
Sejalan dengan teori Cresswell (2004), penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya. Sementara menurut Cooper, H.M. (2007) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik suatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
Dalam penelitian ini penulis bertujuan mengetahui jawaban, fakta-fakta terkait subjek dan objek penelitian lalu menggambarkannya secara sistematis sesuai dengan variabel yang ditetapkan.
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam memperoleh data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan pada kantor Badan
38
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan yang beralamat di Komplek PIK Menteng, Jalan Rahmad No.1, Medan Tenggara, Medan Denai, Kota Medan, Sumatera Utara 20228.
Alasan memilih lokasi penelitian ini karena BPBD Kota Medan merupakan lembaga teknis daerah Pemerintahan Kota Medan yang bertugas dalam penanggulangan bencana di Kota Medan, sehingga dengan pemilihan lokasi ini diharapkan akan menghasilkan informasi dan data-data yang akurat terkait permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Adapun masalah terkait pemilihan lokasi BPBD Kota Medan karena permasalahan banjir yang terus-menerus hadir di wilayah Medan, terutama saat musim hujan tiba. Padahal BPBD sendiri telah mengambil sikap dengan memprioritaskan program pengurangan risiko bencana. Banjir sering melanda di beberapa daerah tertentu di Kota Medan terutama ketika musim hujan dan air sungai meluap.Melihat realita ini artinya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan masih belum maksimal dalam menerapkan program pengurangan risiko bencana terutama permasalahan banjir di beberapa daerah Kota Medan.
Oleh karena itu, pemilihan tempat ini bertujuan untuk mencari tau jawaban atas permasalahan yang relevan mengenai implementasi program PRB pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan.
3.3 Informan Penelitian
Dalam memperoleh data-data dan informasi terkait permasalahan yang diteliti terdapat subjek atau orang-orang yang memiliki jawaban yang dibutuhkan
39
selama proses penelitian, subjek ini kemudian dinamakan informan. Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005:171-172), informan penelitian meliputi tiga macam yaitu:
1. Informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
Maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan.
2. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Maka yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah Volunteer dan Pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan
3. Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti, yaitu masyarakat Kelurahan AUR, Kelurahan Sei Mati, kelurahan Padang Bulan, dan Kelurahan Belawan Bahari.
Informan pada penelitian ini adalah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan, yang dipilih secara sengaja yang dinilai berpotensi memiliki data akurat dan memahami informasi yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan penelitian agar sesuai dengan tujuan dan hakekat penelitian kualitatif (Moleong, 1998). Berikut matriks informan penelitian yang dibutuhkan:
40
Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian No. Informan
41
42
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal penting untuk dilakukan dalam penelitian, karena hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-data penelitian.
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
43 1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun data dan informasi secara langsung di lokasi penelitian.
a. Wawancara
Wawancara merupakan dialog antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu melalui pedoman wawancara.
b. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kegiatan dan fenomena yang terjadi langsung di lokasi penelitian, mengenai gejala-gejala yang timbul atau tingkah laku kemudian diberi penilaian tergantung instrumen.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Data sekunder ialah data yang diperoleh dari data terdahulu atau yang telah ada di lokasi penelitian, baik berbentuk catatan tertulis maupun dokumen-dokumen sebagai sumber kedua untuk mendukung data primer.
a. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu mencari data dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain sebagainya (Sugiyono, 2012 : 240 ).
b. Studi kepustakaan
Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat diruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983 :420).
44 3.5 Teknik Analisis Data
Sejalan dengan metode penelitian yang digunakan, teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.
Teknik Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan ( Sugiyono, 2012 : 244 ).
Menurut Sugiyono (2012: 246-252), aktivitas dalam analisis data yaitu : 1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting terkait permasalahan yang diteliti. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2012:
247).
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, gambar, hubungan antar
45
kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2012: 249).
3. Verifikasi data
Data yang telah disajikan kemudian ditarik kesimpulan dan dilakukan verifikasi atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan dalam penelitian dapat menjawab atau mungkin tidak, karena hasil penelitian dan bukti-bukti yang aktual ditemukan sesuai keadaan lapangan dapat mempengaruhi.
III.6 Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:121) meliputi uji kredibilitas data, uji transferabiliti, uji depenability dan uji confirmability. Pada penelitian ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dalam penelitian ada lima jenis triangulasi yang dapat digunakan, yaitu : 1. Triangulasi data adalah mempergunakan berbagai sumber
data/informasi. Dalam teknik triangulasi ini adalah mengelompokkan para pemangku kepentingan program dan mempergunakannya sebagai sumber/data.
2. Triangulasi peneliti. Digunakan oleh evaluator atau tim evaluator dalam suatu proyek evaluasi. Para evaluator mempergunakan metode
46
kualitatif yang sama, misalnya wawancara, observasi, studi kasus, informan kunci. Jika hasil dari berbagai evaluator menghasilkan kesimpulan yang sama, maka validitas temuan dapat ditetapkan.
3. Triangulasi teori adalah penelitian dengan mempergunakan berbagai profesional dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan untuk menilai suatu data. Data atau informasi dikumpulkan secara bersama-sama kemudian dimintakan analisis dari tim evaluator dengan perspektif teori ilmu pengetahuan yang berbeda.
4. Triangulasi metode adalah pemakaian berbagaia metode-metode kuantitatif dan/atau metode kualitatif untuk mengevaluasi program.
Jika kesimpulan dari setiap metode sama, maka validitas penelitian ditetapkan.
5. Triangulasi lingkungan. Triangulasi jenis ini mempergunakan berbagai lokasi yang berbeda, altar dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan lingkungan dimana penelitian mengambil tempat seperti waktu suatu hari, hari suatu minggu atau musim dalam satu tahun.
Pada penelitian ini peneliti menguji keabsahan data dengan menggunakan jenis triangulasi data, yang mempergunakan berbagai sumber data dan informasi.
Teriangulasi data dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi untuk menemukan jawaban-jawaban yang akurat atas rumusan masalah penelitian.
47 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Pada subbab ini akan peneliti jelaskan mengenai gambaran lokasi objek penelitian yang diteliti secara umum mengenai gambaran umum Kota Medan dan gambaran umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan sebagai pelaksana Program Pengurangan Risiko Bencana yang pada penulisan ini fokus terhadap bencana banjir di Kota Medan. Hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut :
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
4.1.1.1 Pengertian Lambang Kota Medan
Gambar 4.1 Logo Kota Medan
Sumber: pemkomedan.go.id, 2019
48 Makna dari lambang Kota Medan diatas, yaitu :
a. 17 biji padi dan 8 bunga kapas mengartikan 17 Agustus yang diambil dari peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 4 tiang dan 5 bahagian dari perisai mengartikan tahun 45 dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b. Bambu runcing yang terletak di belakang perisai merupakan lambang perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, kemudian 5 bahan-bahan pokok yang berada di hadapan bambu runcing mengartikan Kemakmuran serta Keadilan Sosial yang merata ada di hadapan kita.
c. Bintang yang bersinar lima merupakan Bintang Nasional yang mengartikan bahwa hidup penduduk Kota Medan khususnya dan Indonesia umumnya akan bersinar-sinar bahagia dan lepas dari kemiskinan dan kemelaratan.
d. Lima sinar bintang berarti lima bahan pokok terpenting yang diekspor dari Kota Medan dan lima bahagian perisai berarti Pancasila yang menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.
4.1.1.2 Visi dan Misi Kota Medan
Visi yang dimiliki Kota Medan ialah : “Menjadi Kota Masa Depan yang Multikultural, Berdaya Saing, Humanis, Sejahtera dan Religius”
Adapun Misi yang diemban Kota Medan dalam mencapai Visi, yaitu : 1. Kerjasama
Menumbuhkembangkan stabilitas, kemitraan, partisipasi dan kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan kota.
49 2. Kreatifitas dan Inovasi
Meningkatkan efisiensi melalui deregulasi dan debirokratisasi sekaligus penciptaan iklim investasi yang semakin kondusif termasuk pengembangan kreatifitas dan inovasi daerah guna meningkatkan kemampuan kompetitif serta komparatif daerah.
3. Kebhinekaan
Mengembangkan kepribadian masyarakat kota bersarakan etika dan moralitas keberagaman agama dalam bingkai kebhinekaan.
4. Penanggulangan Kemiskinan
Meningkatkan percepatan dan perluasan program penanggulangan kemiskinan.
5. Multikulturalisme
Menumbuhkembangkan harmonisasi, kerukunan, solidaritas, perstuan dan kesatuan serta keutuhan sosial, berdasarkan kebudayaan daerah dan identitas lokal multikulturalisme.
6. Tata Ruang Kota yang Konsisten
Menyelenggarakan tata ruang kota yang konsisten serta didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan utilitas kota yang semakin modern dan berkelanjutan.
7. Peningkatan Kesempatan Kerja
Mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat secara merata dan berkeadilan.
8. Smart City
Mengembangkan Medan sebagai Smart City.
4.1.1.3 Lokasi dan Kondisi Geografis
Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, yang juga merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara terbentuk pada tanggal 1 Juli 1590. Sebagai ibukota sudah semestinya Kota Medan menjadi poros pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah otonomnya sendiri. Peranan penting dan kedudukan yang strategis menjadikan Kota Medan sebagai pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan pelabuhan di Belawan dan Bandara Udara Internasional Kualanamu. Akses yang dimiliki ini membuat mobilitas perekonomian di Medan menjadi lancar dalam hal perdagangan barang/jasa secara domestik maupun ekspor-impor luar negeri, dan menjadikan Medan sebagai kota perdagangan dan perindustrian. Bahkan secara
50
demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar, hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar.
Gambar 4.2 Peta Administrasi Wilayah Kota Medan
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, 2010-2030
Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini memiliki luas 26.510 hektar, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah geografis Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di Utara dan Kabupaten Deli Serdang di Selatan, Timur dan Barat.
Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang juga menjadikan Medan memiliki kekayaan sumberdaya alam yang variatif pada bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata. Kota Medan juga dilalui oleh beberapa sungai yaitu Sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Babura, Sungai Deli,
51
Sungai Kera, dan Sungai Tuntungan. Iklim berdasarkan letak geografis Medan memiliki iklim hutan hujan tropis dengan musim kemarau yang tidak menentu. Kondisi klimatologi Kota Medan menurut Stasiun BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,0° C – 24,1° C dan suhu maksimum berkisarantara 30,6° C –33,1 ° C. kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 78 –82%.Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Medan memiliki bulan-bulan yang lebih basah pada Oktober dan kering pada Februari, dan lagi suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun berbeda lagi di daerah pesisir belawan mempunyai suhu yang lebih tinggi. Wilayah Kota Medan sebagian besar dikenal rawan banjir terutama pada bulan-bulan basah, meski telah dilalui beberapa sungai oleh karena itu pemerintah Kota Medan membangun sebuah proyek kanal besar
yang dikenal dengan Medan Kanal Timur
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses pada 12/09/2019 11.30 WIB).
Dalam pembahasan terkait bencana Kota Medan juga melakukan pemetaan terhadap wilayah rawan banjir yang dinamakan peta risiko bencana banjir Kota Medan. Peta risiko bencana banjir disusun dalam suatu buku “Kajian Risiko Bencana Kota Medan Provinsi Sumatera Utara 2016-2020” oleh Pemko Medan yang berkolaborasi dengan BPBD Kota Medan dan BPBD Provinsi Sumatera Utara. Peta tersebut berisi indeks risiko di berbagai daerah Kota Medan.
52
Gambar 4.3 Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Medan
Bila dilihat dari gambar peta risiko bencana banjir Kota Medan di atas yang di dalamnya terdiri dari 21 Kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan.
Sebagian besar wilayah Kota Medan berdasarkan indeks pemetaan yang ditandai dengan warna kuning-oranye berpotensi banjir dengan tingkat kerawanan banjir yang bervariatif, namun mayoritas berpotensi sedang hingga ada bagian kecil wilayah dengan indeks lumayan tinggi yang ditandai dengan warna oranye-merah seperti Kecamatan Medan Selayang.
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019
53 4.1.1.5 Kependudukan
Pada tabel berikut disajikan luas wilayah beserta banyaknya jumlah penduduk Kota Medan pada setiap Kecamatan. Jumlah penduduk Kota Medan pada Tahun 2015 sebanyak 2 210 624 jiwa yang tersebar di 21 Kecamatan yang didalamnya terdapat 151 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 265,10 kilometer persegi (km2). Perbandingan jumlah penduduk pada Tahun 2015 dengan luas wilayah Kota Medan, maka penduduknya tergolong lumayan padat. Secara terperinci penyebaran jumlah penduduk pada setiap kecamatan didistribusikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Demografi Per Kecamatan di Kota Medan NO. KECAMATAN LUAS WILAYAH (Km2) Jumlah Penduduk
1. MEDAN TUNTUNGAN 20,68 85 613
2. MEDAN JOHOR 14,58 132 012
3. MEDAN AMPLAS 11,19 123 850
4. MEDAN DENAI 9,05 146 061
5. MEDAN AREA 5,52 98 992
6. MEDAN KOTA 5,27 74 439
7. MEDAN MAIMUN 2,98 40 663
8. MEDAN POLONIA 9,01 55 949
9. MEDAN BARU 5,84 40 540
10. MEDAN SELAYANG 12,81 106 150
11. MEDAN SUNGGAL 15,44 115 785
12. MEDAN HELVETIA 13,16 150 721
13. MEDAN PETISAH 6,82 63 374
14. MEDAN BARAT 5,33 72 683
15. MEDAN TIMUR 7,76 111 420
54
16. MEDAN PERJUANGAN 4,09 95 882
17. MEDAN TEMBUNG 7,99 137 178
18. MEDAN DELI 20,84 181 460
19. MEDAN LABUHAN 36,67 117 472
20. MEDAN MARELAN 23,82 162 267
21. MEDAN BELAWAN 26,25 98 113
KOTA MEDAN 265,10 2 210 624
Sumber: BPBD Kota Medan Tahun 2016-2020
4.1.2 Gambaran Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan
Gambar 4.4 Kantor BPBD Kota Medan
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019
Kota Medan dikenal dengan wilayah yang rawan bencana seperti kebakaran dan banjir, tetapi bencana yang paling sering terjadi ialah banjir terutama pada saat-saat musim hujan. Setidaknya sebagian besar wilayah tiap kecamatan di Medan berpotensi terendam banjir, hal ini tentu menjadi keluhan karna merugikan masyarakat. Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
55
Daerah merupakan wadah bagi pemerintah untuk menjalankan perannya dalam melindungi masyarakatnya dan menanggulangi segala bentuk bencana yang ada di Kota Medan. BPBD Kota Medan sendiri dibentuk pada tanggal 28 Maret 2011 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011. Sebelum terbentuknya BPBD kewenangan dalam pengelolaan bencana ada pada Dinas Sosial Kota Medan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kota Medan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada salah satu bidang di instansi tersebut. KESBANGLINMAS Kota Medan saat itu bertugas mengatasi masalah kesiapsiagaan (tanggap darurat, bertugas di lapangan menyediakan posko, dll). Kemudian melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan dibentuk dan mengambil alih tupoksi dari KESBANGLINMAS tersebut.
BPBD merupakan lembaga yang tersebar dan menaungi tiap daerah atau setara tingkat kabupaten, adapun lembaga pusat yang menaungi secara keseluruhan dinamakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dasar dari pembentukan lembaga ini dilandaskan oleh Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Lembaga ini menjalankan tugas mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu; serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan.
56
4.1.2.1 Visi dan Misi BPBD Kota Medan
Visi untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas umum pemerintah Kota Medan dalam pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara, maka telah dirumuskan Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan, yaitu :
“ Terwujudnya Masyarakat Kota Medan yang Waspada dan Tangguh Terhadap Bencana ”
Misi yang diemban BPBD Kota Medan dalam mencapai Visi, yaitu : 1. Melindungi masyarakat Penanggulangan Bencana yang handal.
2. Membangun Sistem Penanggulangan Bencana secara terencana.
3. Menyelenggarakan Penanggulangan Bencana secara terencana, terpadu dan meyeluruh.
Dalam mencapai visi dan misi BPBD Kota Medan menyelenggarakan tugas dan fungsi, sebagai berikut:
a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan merata.
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
57
e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
f. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
g. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
h. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien.
i. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan.
4.1.2.2 Struktur Organisasi BPBD Kota Medan
Unsur pembentuk struktur organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Para pelaksana BPBD Kota Medan berada di bawah pimpinan dan bertanggungjawab kepada Kepala Pelaksana BPBD Kota Medan.
58
Tabel 4.2 Jumlah Pejabat Struktural BPBD Kota Medan Pejabat Struktural
Golongan Jumlah
IV c 1 orang
IV a 8 orang
IV b 3 orang
III a 3 orang
III c 2 orang
III d 6 orang
II b 2 orang
II c 3 orang
II d 1 orang
Jumlah 29 orang
Sumber: BPBD Kota Medan, 2019
Tabel 4.3 Jumlah Pejabat Fungsional BPBD Kota Medan Pejabat Fungsional
Jabatan Jumlah
Komandan Regu 4 orang
Kaji Cepat 8 orang
Pelayanan Darurat 32 orang
Petugas Pusdalops 4 orang
Mekanik Mesin dan Peralatan PB 4 orang
Pengemudi 4 orang
Petugas Gudang Logistik dan Peralatan 4 orang
Caraka 2 orang
Petugas Kebersihan 2 orang
Jumlah 64 orang
Sumber: BPBD Kota Medan, 2019
59
Struktur organisasi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan dapat digambarkan ke dalam bagan agar mempermudah penafsiran mengenai tata hubungan pembagian posisi dan tanggungjawab pejabat struktural dan pejabat fungsional, sebagai berikut.
Gambar 4.5 Struktur Organisasi BPBD Kota Medan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019
Kelompok jabatan fungsional merupakan jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi namun keberadaannya dibutuhkan dalam mendukung tugas-tugas organisasi. Kelompok fungsional BPBD merupakan
Kelompok jabatan fungsional merupakan jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi namun keberadaannya dibutuhkan dalam mendukung tugas-tugas organisasi. Kelompok fungsional BPBD merupakan