BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
4.1.1.3 Lokasi dan Kondisi Geografis
Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, yang juga merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara terbentuk pada tanggal 1 Juli 1590. Sebagai ibukota sudah semestinya Kota Medan menjadi poros pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah otonomnya sendiri. Peranan penting dan kedudukan yang strategis menjadikan Kota Medan sebagai pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan pelabuhan di Belawan dan Bandara Udara Internasional Kualanamu. Akses yang dimiliki ini membuat mobilitas perekonomian di Medan menjadi lancar dalam hal perdagangan barang/jasa secara domestik maupun ekspor-impor luar negeri, dan menjadikan Medan sebagai kota perdagangan dan perindustrian. Bahkan secara
50
demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar, hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar.
Gambar 4.2 Peta Administrasi Wilayah Kota Medan
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, 2010-2030
Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini memiliki luas 26.510 hektar, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah geografis Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di Utara dan Kabupaten Deli Serdang di Selatan, Timur dan Barat.
Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang juga menjadikan Medan memiliki kekayaan sumberdaya alam yang variatif pada bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata. Kota Medan juga dilalui oleh beberapa sungai yaitu Sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Babura, Sungai Deli,
51
Sungai Kera, dan Sungai Tuntungan. Iklim berdasarkan letak geografis Medan memiliki iklim hutan hujan tropis dengan musim kemarau yang tidak menentu. Kondisi klimatologi Kota Medan menurut Stasiun BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,0° C – 24,1° C dan suhu maksimum berkisarantara 30,6° C –33,1 ° C. kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 78 –82%.Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Medan memiliki bulan-bulan yang lebih basah pada Oktober dan kering pada Februari, dan lagi suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun berbeda lagi di daerah pesisir belawan mempunyai suhu yang lebih tinggi. Wilayah Kota Medan sebagian besar dikenal rawan banjir terutama pada bulan-bulan basah, meski telah dilalui beberapa sungai oleh karena itu pemerintah Kota Medan membangun sebuah proyek kanal besar
yang dikenal dengan Medan Kanal Timur
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses pada 12/09/2019 11.30 WIB).
Dalam pembahasan terkait bencana Kota Medan juga melakukan pemetaan terhadap wilayah rawan banjir yang dinamakan peta risiko bencana banjir Kota Medan. Peta risiko bencana banjir disusun dalam suatu buku “Kajian Risiko Bencana Kota Medan Provinsi Sumatera Utara 2016-2020” oleh Pemko Medan yang berkolaborasi dengan BPBD Kota Medan dan BPBD Provinsi Sumatera Utara. Peta tersebut berisi indeks risiko di berbagai daerah Kota Medan.
52
Gambar 4.3 Peta Risiko Bencana Banjir di Kota Medan
Bila dilihat dari gambar peta risiko bencana banjir Kota Medan di atas yang di dalamnya terdiri dari 21 Kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan.
Sebagian besar wilayah Kota Medan berdasarkan indeks pemetaan yang ditandai dengan warna kuning-oranye berpotensi banjir dengan tingkat kerawanan banjir yang bervariatif, namun mayoritas berpotensi sedang hingga ada bagian kecil wilayah dengan indeks lumayan tinggi yang ditandai dengan warna oranye-merah seperti Kecamatan Medan Selayang.
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019
53 4.1.1.5 Kependudukan
Pada tabel berikut disajikan luas wilayah beserta banyaknya jumlah penduduk Kota Medan pada setiap Kecamatan. Jumlah penduduk Kota Medan pada Tahun 2015 sebanyak 2 210 624 jiwa yang tersebar di 21 Kecamatan yang didalamnya terdapat 151 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 265,10 kilometer persegi (km2). Perbandingan jumlah penduduk pada Tahun 2015 dengan luas wilayah Kota Medan, maka penduduknya tergolong lumayan padat. Secara terperinci penyebaran jumlah penduduk pada setiap kecamatan didistribusikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Demografi Per Kecamatan di Kota Medan NO. KECAMATAN LUAS WILAYAH (Km2) Jumlah Penduduk
1. MEDAN TUNTUNGAN 20,68 85 613
2. MEDAN JOHOR 14,58 132 012
3. MEDAN AMPLAS 11,19 123 850
4. MEDAN DENAI 9,05 146 061
5. MEDAN AREA 5,52 98 992
6. MEDAN KOTA 5,27 74 439
7. MEDAN MAIMUN 2,98 40 663
8. MEDAN POLONIA 9,01 55 949
9. MEDAN BARU 5,84 40 540
10. MEDAN SELAYANG 12,81 106 150
11. MEDAN SUNGGAL 15,44 115 785
12. MEDAN HELVETIA 13,16 150 721
13. MEDAN PETISAH 6,82 63 374
14. MEDAN BARAT 5,33 72 683
15. MEDAN TIMUR 7,76 111 420
54
16. MEDAN PERJUANGAN 4,09 95 882
17. MEDAN TEMBUNG 7,99 137 178
18. MEDAN DELI 20,84 181 460
19. MEDAN LABUHAN 36,67 117 472
20. MEDAN MARELAN 23,82 162 267
21. MEDAN BELAWAN 26,25 98 113
KOTA MEDAN 265,10 2 210 624
Sumber: BPBD Kota Medan Tahun 2016-2020
4.1.2 Gambaran Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan
Gambar 4.4 Kantor BPBD Kota Medan
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019
Kota Medan dikenal dengan wilayah yang rawan bencana seperti kebakaran dan banjir, tetapi bencana yang paling sering terjadi ialah banjir terutama pada saat-saat musim hujan. Setidaknya sebagian besar wilayah tiap kecamatan di Medan berpotensi terendam banjir, hal ini tentu menjadi keluhan karna merugikan masyarakat. Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
55
Daerah merupakan wadah bagi pemerintah untuk menjalankan perannya dalam melindungi masyarakatnya dan menanggulangi segala bentuk bencana yang ada di Kota Medan. BPBD Kota Medan sendiri dibentuk pada tanggal 28 Maret 2011 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011. Sebelum terbentuknya BPBD kewenangan dalam pengelolaan bencana ada pada Dinas Sosial Kota Medan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kota Medan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada salah satu bidang di instansi tersebut. KESBANGLINMAS Kota Medan saat itu bertugas mengatasi masalah kesiapsiagaan (tanggap darurat, bertugas di lapangan menyediakan posko, dll). Kemudian melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan dibentuk dan mengambil alih tupoksi dari KESBANGLINMAS tersebut.
BPBD merupakan lembaga yang tersebar dan menaungi tiap daerah atau setara tingkat kabupaten, adapun lembaga pusat yang menaungi secara keseluruhan dinamakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dasar dari pembentukan lembaga ini dilandaskan oleh Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Lembaga ini menjalankan tugas mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu; serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan.
56
4.1.2.1 Visi dan Misi BPBD Kota Medan
Visi untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas umum pemerintah Kota Medan dalam pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara, maka telah dirumuskan Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan, yaitu :
“ Terwujudnya Masyarakat Kota Medan yang Waspada dan Tangguh Terhadap Bencana ”
Misi yang diemban BPBD Kota Medan dalam mencapai Visi, yaitu : 1. Melindungi masyarakat Penanggulangan Bencana yang handal.
2. Membangun Sistem Penanggulangan Bencana secara terencana.
3. Menyelenggarakan Penanggulangan Bencana secara terencana, terpadu dan meyeluruh.
Dalam mencapai visi dan misi BPBD Kota Medan menyelenggarakan tugas dan fungsi, sebagai berikut:
a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan merata.
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
57
e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
f. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
g. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
h. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien.
i. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan.
4.1.2.2 Struktur Organisasi BPBD Kota Medan
Unsur pembentuk struktur organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Para pelaksana BPBD Kota Medan berada di bawah pimpinan dan bertanggungjawab kepada Kepala Pelaksana BPBD Kota Medan.
58
Tabel 4.2 Jumlah Pejabat Struktural BPBD Kota Medan Pejabat Struktural
Golongan Jumlah
IV c 1 orang
IV a 8 orang
IV b 3 orang
III a 3 orang
III c 2 orang
III d 6 orang
II b 2 orang
II c 3 orang
II d 1 orang
Jumlah 29 orang
Sumber: BPBD Kota Medan, 2019
Tabel 4.3 Jumlah Pejabat Fungsional BPBD Kota Medan Pejabat Fungsional
Jabatan Jumlah
Komandan Regu 4 orang
Kaji Cepat 8 orang
Pelayanan Darurat 32 orang
Petugas Pusdalops 4 orang
Mekanik Mesin dan Peralatan PB 4 orang
Pengemudi 4 orang
Petugas Gudang Logistik dan Peralatan 4 orang
Caraka 2 orang
Petugas Kebersihan 2 orang
Jumlah 64 orang
Sumber: BPBD Kota Medan, 2019
59
Struktur organisasi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan dapat digambarkan ke dalam bagan agar mempermudah penafsiran mengenai tata hubungan pembagian posisi dan tanggungjawab pejabat struktural dan pejabat fungsional, sebagai berikut.
Gambar 4.5 Struktur Organisasi BPBD Kota Medan
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2019
Kelompok jabatan fungsional merupakan jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi namun keberadaannya dibutuhkan dalam mendukung tugas-tugas organisasi. Kelompok fungsional BPBD merupakan
Kelompok Jabatan
60
petugas yang bergerak di lapangan memantau bencana dan bertindak langsung saat kejadian bencana. Sedangkan Program PRB sendiri dalam struktur organisasi tersebut lebih dilaksanakan oleh Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, karena memiliki tugas dan peran pada tahap pra bencana.
4.1.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan BPBD Kota Medan
Penetapan tugas pokok dan fungsi yang dijalankan oleh unsur pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan telah tertuang secara jelas dalam Peraturan Wali Kota Medan Nomor 2 Tahun 2018 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan, sebagai berikut:
1. Kepala Pelaksana
Unsur Pelaksana dipimpin oleh Kepala Pelaksana yang mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi Kepala Badan (yang dijabat oleh Sekretaris Daerah) sehari-hari serta melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi meliputi prabencana, saat tanggap darurat bencana, dan pasca bencana. Dalam melaksanakan tugas Kepala Pelaksana mempunyai fungsi meliputi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang penanggulangan bencana daerah;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang penanggulangan bencana daerah;
c. Pengkoordinasian, pengkomandoan, pembinaan dan fasilitasi dalam pelaksanaan tugas di bidang pencegahan dan kesiapsiagaan,
61
penanganan darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Sekretaris
Sekretariat pada Badan dipimpin oleh Sekretaris yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan lingkup kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program, serta fasilitas pengoordinasian penyusunan kebijakan dan pelaksanaan tugas Kepala Badan. Dalam melaksanakan tugas Sekretaris mempunyai fungsi meliputi:
a. Perencanaan program dan kegiatan kesekretariatan dengan mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja Badan untuk terlaksananya sinergitas perencanaan;
b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur, standar pelayanan, standar kompetensi jabatan, analisis jabatan, analisis beban jabatan, evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar lainnya lingkup kesekretariatan untuk terselennggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;
c. Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan penegakan/pemrosesan kedisiplinan Pegawai ASN (reward and punishment) dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup keskretariatan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
62
d. Pengoordinasian penyusunan rumusan kebijakan, bahan rencana program dan kegiatan, standar operasional prosedur, standar pelayanan, standar kompetensi jabatan, analisis jabatan, analisis beban jabatan, evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar lainnya untuk terselenggaranya tugas dan kegiatan lingkup Badan;
e. Fasilitasi, supervisi dan pengintegrasian pelaksanaan tugas Bidang yang meliputi perumusan kebijakan, bahan rencana program dan kegiatan, standar operasional prosedur, standar pelayanan, standar kompetensi jabatan, analisis jabatan, analisis beban jabatan, evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar lainnya untuk terselenggaranya tugas dan kegiatan lingkup Badan sesuai dengan usulan Bidang berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
f. Pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan meliputi keuangan, perlengkapan, penyusunan program dan kegiatan, kepegawaian, analisis jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, analisa peraturan, tata naskah dinas, penataan kearsipan, kerumahtanggaan, kehumasan, dan umum lainnya lingkup Badan agar terciptanya pelayanan administrasi yang cepat, tepat, dan lancar;
g. Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat atas pelayanan publik;
h. Pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup kesretariatan meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur lainnya;
63
i. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan lainnya berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
j. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban kepada Kepala Badan; dan
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan tugas dan fungsinya.
3. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan lingkup pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan prabencana serta memberdayakan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai fungsi meliputi:
a. Perencanaan program dan kegiatan Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dengan mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja Badan untuk terlaksananya sinergitas perencanaan;
b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur, dan standar lainnya lingkup Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;
c. Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan penegakan/pemrosesan kedisiplinan Pegawai ASN (reward and punishment) dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup Bidang
64
Pencegahan dan Kesiapsiagaan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
d. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis lingkup pencegahan dan kesiapsiagaan;
e. Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
f. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;
g. Penghimpunan, pengelolaan, dan penyajian data potensi ancaman dan risiko bencana;
h. Pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-unsur lainnya yang dikoordinasikan oleh Sekretaris berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
i. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan lainnya berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
j. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban kepada Kepala Badan; dan
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan tugas dan fungsinya.
65 4. Bidang Kedaruratan dan Logistik
Bidang Kedaruratan dan Logistik dipimpin oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan lingkup kedaruratan dan logistik. Dalam melaksanakan tugas Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai fungsi meliputi:
a. Perencanaan program dan kegiatan Bidang Kedaruratan dan Logistik dengan mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja Badan untuk terlaksananya sinergitas perencanaan;
b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur, dan standar lainnya lingkup Bidang Kedaruratan dan Logistik untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;
c. Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan penegakan/pemrosesan kedisiplinan Pegawai ASN (reward and punishment) dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup Bidang
Kedaruratan dan Logistik berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
d. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis lingkup kedaruratan dan logistik;
e. Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana, penanganan pengungsi, dan dukungan logistik;
66
f. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana, penanganan pengungsi, dan dukungan logistik;
g. Penghimpunan, pengolahan, dan penyajian data bidang kedaruratan dan logistik;
h. Pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup Bidang Kedaruratan dan Logistik meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-unsur lainnya yang dikoordinasikan oleh Sekretaris berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
i. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan lainnya berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
j. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban kepada Kepala Badan; dan
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan tugas dan fungsinya.
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan lingkup rehabilitasi dan rekonstruksi. Dalam melaksanakan tugas Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai fungsi meliputi:
a. Perencanaan program dan kegiatan Bidang Rehabilitasi dan Rekonstrusi dengan mempedomani rencana umum kota, rencana
67
strategis, dan rencana kerja Badan untuk terlaksananya sinergitas perencanaan;
b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur, dan standar lainnya lingkup Bidang Rehabilitasi dan Rekonstrusi untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;
c. Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan penegakan/pemrosesan kedisiplinan Pegawai ASN (reward and punishment) dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup Bidang
Kedaruratan dan Logistik berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
d. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis lingkup rehabilitasi dan rekonstruksi;
e. Pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan bencana lingkup rehabilitasi dan rekonstruksi;
f. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait di bidang penanggulangan bencana lingkup rehabilitasi dan rekonstruksi;
g. Penghimpunan, pengolahan, dan penyajian data bidang rehabilitasi dan rekonstruksi;
h. Pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan
68
unsur-unsur lainnya yang dikoordinasikan oleh Sekretaris berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
i. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan lainnya berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
j. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban kepada Kepala Badan; dan
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan tugas dan fungsinya.
4.2 Program Pengurangan Risiko Bencana
Dewasa ini pentingnya mengkaji bencana telah mengalami perubahan paradigma. Pada awalnya, kerangka berfikir dalam mengelola dan menanggapi bencana lebih sering dilakukan pasca bencana dimana bencana sudah terlanjur menimbulkan kerugian masyarakat. Pemerintah merespon melalui pemberian bantuan kepada korban, sedangkan masyarakat sebagai penerima bantuan menjadi pasif dan tidak turut aktif melakukan pembangunan kembali. Pentingnya mengkaji bencana sebelum bencana itu terjadi lebih utama, yang mana kerugian akibat bencana sendiri bisa ditekan jumlahnya melalui pencegahan dan mitigasi. Upaya pengkajian dan pengelolaan bencana saat ini telah berfokus pada tahap pra bencana dengan dikeluarannya suatu kebijakan yaitu Program Pengurangan Risiko Bencana. Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan kebijakan taraf internasional yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia ke taraf nasional hingga lokal kemudian dikembangkan dan diimplementasikan sesuai dengan keadaan wilayah masing-masing. Hyogo Framework for Action 2005-2015 (Kerangka Aksi Hyogo) merupakan pangkal dari dikeluarkannya regulasi
69
UU No.24 Tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana kemudian diikuti dengan lahirnya Program Pengurangan Risiko Bencana.
Program PRB hadir sebagai langkah penting dalam menopang penyelenggaraan penanggulangan bencana yang kompleks pada tahap sebelum terjadinya bencana (pra bencana). Dalam implementasinya partisipasi masyarakat pada tahap ini menjadi sasaran yang diharapkan dapat terlaksana, karena Program PRB lebih mengacu kepada pemberdayaan masyarakat setempat yang mana lebih merasakan langsung dampaknya. Pelaksanaan Program PRB tidak hanya melibatkan masyarakat sebagai impelementor, UU Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan 3 implementor yang terlibat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yaitu masyarakat, lembaga pemerintah dan lembaga usaha. Partisipasi dan peran serta implementor yang dapat mendukung terselenggaranya penanggulangan bencana dapat digambarkan secara sederhana dalam bagan berikut.
70
Gambar 4.6 Bagan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019 berdasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Dalam praktiknya penyelenggaraan Program PRB mengadakan beberapa macam kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Adapun beberapa kegiatan PRB di antaranya memberikan pengenalan risiko bencana kepada masyarakat, mengembangkan budaya sadar bencana kepada masyarakat, dan penerapan upaya
Masyarakat Lembaga Pemerintah Lembaga Usaha
Penanggulangan Bencana
Tahap Pra Bencana Tahap Darurat Tahap Pasca Bencana
Dalam situasi tidak
Dalam situasi terdapat potensi bencana segera prasarana dan sarana vital.
Rehabilitasi dan rekonstruksi secara fisik yaitu terhadap
sarana dan
71
fisik dan non fisik dalam penanggulangan bencana. Penerapan yang dimaksud secara fisik yaitu pembangunan kanal, tanggul, dam, bronjong khusus banjir;
pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan bahaya; tersedianya sistem pemantauan dan peringatan dini; alat pendeteksi aktivitas alam. Sedangkan upaya non fisik dilakukan dengan tersusunnya kerangka hukum mengenai bencana, pembuatan peta rawan bencana di tiap wilayah, pembentukan satgas bencana, sosialisasi dan penyuluhan kebencanaan, serta melakukan pelatihan dalam peningkatan kapasitas SDM.
Kota Medan sebagai daerah rawan bencana hampir semua jenis bencana terjadi di wilayah ini, yang paling dominan adalah banjir dan kebakaran. Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi akibat akumulasi beberapa faktor seperti hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu dan sebagainya.
Kota Medan sebagai daerah rawan bencana hampir semua jenis bencana terjadi di wilayah ini, yang paling dominan adalah banjir dan kebakaran. Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi akibat akumulasi beberapa faktor seperti hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu dan sebagainya.