• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Penyajian Data

4.2.4 Kecemasan Ibu Rumah Tangga

4.2.4.1 Kecemasan Riel

Kecemasan ini menunjukkan kecemasan ibu rumah tangga di Surabaya terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar seperti pemberitaan siswi SMP yang menjadi mucikari. Data pada tabel dibawah menjelaskan bentuk kecemasan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga :

1. Merasa Cemas Apabila Anak Bepergian Sendiri tanpa Didampingi Anda.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden, diperoleh sebaran jawaban pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7

Kecemasan Ibu Rumah Tangga Apabila Anak Bepergian Sendiri tanpa Didampingi Anda (n=100)

No. Keterangan Frekuensi %

1. Sangat Setuju 33 33

2. Setuju 59 59

3. Tidak Setuju 8 8

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

J umlah 100 100

Sumber : Kuesioner no 3.9

Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui responden paling banyak menjawab setuju dengan jumlah sebesar 59 responden atau 59%. Dikarenakan menurut responden timbul perasaan khawatir itu perlu. Perasaan khawatir yang muncul merupakan wujud sayang dan kepedulian seorang ibu kepada anaknya. Apabila kita kehilangan perasaan khawatir maka kita akan kehilangan sense of belonging terhadap anak / orang yang kita sayangi. Tapi kecemasan yang timbul harus dapat dikendalikan karena bila tidak dikendalikan maka kekhawatiran itu akan membuat anak merasa tidak nyaman.

Sebanyak 33% atau 33 responden menjawab sangat setuju. Alasan yang diberikan responden karena anak yang masih berusia remaja dan masih duduk dibangku SMP itu mempunyai rasa keingintahuan yang

yang lebih untuk anak dimanapun dan kemanapun anak mau bepergian. Jangan sampai hal yang ada di dalam pemberitaan terjadi juga pada anak mereka.

Selanjutnya 8% atau 8 responden menjawab tidak setuju. Alasan yang diberikan responden karena mereka memberikan kepercayaan pada anak, dikarenakan anak perlu diberikan sedikit kebebasan untuk berinteraksi dengan orang sekitar tanpa harus selalu didampingi.

2. Khawatir Saat Anak Pulang Ter lambat atau Keluar Rumah Ter lalu Lama.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden, diperoleh sebaran jawaban pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8

Kecemasan Ibu Rumah Tangga Saat Anak Pulang Ter lambat atau Keluar Rumah Ter lalu Lama (n=100)

No. Keterangan Frekuensi %

1. Sangat Setuju 40 40

2. Setuju 55 55

3. Tidak Setuju 5 5

4. Sangat Tidak Setuju 0 0

J umlah 100 100

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui responden paling banyak menjawab setuju dengan jumlah sebesar 55 responden atau 55%. Alasan yang diberikan responden kekhawatiran mereka muncul apabila keterlambatan pulang sekolah melewati batas wajar waktu yang sudah disepakati sebelumnya serta tidak adanya komunikasi atau informasi (seperti telepon) keterlambatan anak pulang. Alasan lain yang diberikan responden dikarenakan pulang terlambat atau keluar rumah terlalu lama bukan kebiasaan anak sehingga responden menjadi khawatir apabila anak terlambat atau keluar rumah terlalu lama.

40% atau 40 responden memberikan jawaban sangat setuju dengan alasan sebagai orang tua harus selalu control terhadap anaknya, termasuk memperhatikan setiap detail apa yang dikenakan anak ketika hendak keluar rumah, seperti pakaian dan cara dandan anaknya . Karena pada usia tersebut anak mengalami masa pertumbuhan bentuk tubuh sehingga orang tua harus benar-benar waspada terhadap perilaku anaknya yang menjadikan orang tua khawatir apabila si anak keluar rumah terlalu lama atau saat anak pulang terlambat.

Sedangkan 5% atau 5 responden memilih jawaban tidak setuju dikarenakan menurut responden sebagai orang tua harus selalu berfikiran yang positif (positive thinking) karena sebenarnya hal buruk itu terjadi karena pikiran kita sendiri.

3. Merasa Cemas Apabila Memberikan Smart phone Kepada Anak Yang Masih Pelajar.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden, diperoleh sebaran jawaban pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.9

Kecemasan Ibu Rumah Tangga Apabila Memberikan Smart Phone Kepada Anak yang Masih Pelajar (n=100)

No. Keterangan Frekuensi %

1. Sangat Setuju 44 44

2. Setuju 48 48

3. Tidak Setuju 7 7

4. Sangat Tidak Setuju 1 1

J umlah 100 100

Sumber : Kuesioner no 3.11

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui responden paling banyak menjawab setuju dengan jumlah sebanyak 48 responden atau 48% dikarenakan responden merasa cemas apabila anak yang masih pelajar dan masih berusia belasan tahun mengenal smart phone karena dapat menimbulkan pemikiran yang tidak benar apabila anak tidak dapat memanfaatkan smart phone tersebut secara positif.

Sebanyak 44% atau 44 responden memberikan jawaban sangat setuju dengan alasan pemberian smart phone pada usia remaja dapat merusak pemikiran anak, selain itu dapat mengurangi minat belajar anak.

Pemberian smart phone bukan cara yang tepat untuk mengontrol anak, karena banyak cara lain yang lebih bijak dibanding dengan memberikan smart phone misalnya saja lebih mendekatkan diri dengan anak. Memposisikan orang tua sebagai teman atau sahabat salah satu cara untuk lebih dekat dengan anak.

7% atau 7 responden ada yang memberikan jawaban tidak setuju karena menurut responden smart phone / hp merupakan alat komunikasi yang baik, cara pakainya mudah dan lebih efektif untuk melakukan komunikasi jarak jauh.

Sedangkan sebanyak 1 responden atau 1 % memilih sangat tidak setuju karena smart phone menjadi alat komunikasi dengan anak apabila anak tidak berada dirumah, sehingga ibu rumah tangga lebih memberikan kepercayaan kepada anak untuk menggunakan smart phone.

4. Merasa Cemas Apabila Anak Mempunyai Teman Yang Baru Dikenalnya.

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden, diperoleh sebaran jawaban pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.10

Kecemasan Ibu Rumah Tangga Apabila Anak Mempunyai Teman yang Baru Dikenalnya (n=100)

No. Keterangan Frekuensi %

1. Sangat Setuju 40 40

2. Setuju 56 56

3. Tidak Setuju 3 3

4. Sangat Tidak Setuju 1 1

J umlah 100 100

Sumber : Kuesioner no 3.12

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui responden paling banyak menjawab setuju sebesar 56 responden atau 56% dikarenakan ibu rumah tangga merasa cemas dengan orang yang baru dikenal oleh anaknya karena masih belum mengenal dan untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sebanyak 40% atau 40 responden memberikan jawaban sangat setuju dengan alasan peran orang tua sangat penting dalam mendidik anaknya, ketika anak sudah mempunyai teman baru orang tua harus tau sikap dan karakter teman baru anaknya itu. Apalagi kalau teman anaknya adalah lawan jenis, kemungkinan terburuk pun bisa terjadi apabila orang tua lepas kontrol karena usia remaja seperti itu rasa keingintahuannya besar dan sedang mencari jati diri.

3% atau 3 responden memilih tidak setuju karena dengan responden selalu cemas ketika anak mempunyai teman baru, artinya responden belum memberikan keparcayaan kepada anak untuk memilih teman sesuai dengan keinginannya. Karena menurut responden dengan mempunyai banyak teman anak dapat belajar bersosialisasi dengan orang baru, tetapi perlu ditekankan bahwa responden tetap memperbolehkan anaknya dengan catatan responden tetap selalu mengawasi anak.

Sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 1% atau 1 responden dikarenakan ibu rumah tangga perlu memberikan kepercayaan kepada anaknya agar bisa menjaga dirinya sendiri dan bergaul dengan siapa saja.

Dokumen terkait