• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

NO @To 9# &Psj&R

ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) PERIODE 2007-2009

A. Kegiatan Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Sebagai partai dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus menjadikan dakwah sebagai panglimanya. Motivasi dan nilai dakwah mengarahkan seluruh kegiatan partai. Motivasi dan nilai dakwah selalu menyertai kegiatan lainnya. Seluruh kegiatan memilki muatan dan untuk keberhasilan dakwah.

Muatan dakwah tersebut berupa :

1. Fikrah-fikrah umum untuk membentuk opini-opini umum

2. dasar-dasar keislaman untuk mendukung dakwah dan menyiapkan masyarakat masuk ke dakwah khashah. Ruhiyah maknawiyah

3. muatan disampaikan dengan memperhatikan kondisi setempat.

Dakwah sebagai kegitan menyeru seluruh manusia kepada Allah memiliki implikasi bahwa dakwah harus memungkinkan sampai kepada sebanyak-banyaknya orang. Sehingga dakwah harus ada dan dilakukan diberbagai kesempatan.

Kegiatan dakwah yang meluas tersebut, berinteraksi serta mengumpulkan banyak orang dapat menjadi bahan untuk direkrut ke dalam tajnid nukhbawi. Sehingga dakwah menjadi pintu bagi terekrutnya orang untuk menjadi kader dakwah.81

Jadi kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu

81

program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil, teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumberdaya tersebut masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang, jasa atau bentuk keluaran lainnya.82

Menurut ustadz Qodar Slamet sebagai sekertaris departemen dakwah DPP PKS bahwa kegiatan dakwah itu mempunyai tiga tahap yakni beruipa :

1. Tabligh, seperti momen-momennya maulid nabi, isra’ mi’raj, dan muharram 2. Ta’lim, seperti menupas kajian-kajian Tafsir Ibnu Katsir, shahih bukhari, dan

Riyadu Shalihin

3. Dialog Peduli Masyarakat (DPM), tapi Dialog Peduli Masyarakat (DPM) ini agak menjurus kepada kepartaian83

Dan dapat dijelakan lagi pada data-data yang diberikan ustadz Qodar Slamet bahwa kegiatan dakwah perlu diprogram agar berhasil guna dan dapat dievaluasi keberhasilannya pada waktu dan periode tertentu. Kegiatan dakwah tersebut berupa :

1. Dakwah Fardiyah, hubungan baik secara pribadi yang berdampak kepada ketertarikan kepada Islam

2. Tabligh, usaha mengajak sekelompok orang untuk mengenal nilai-nilai dasar Islam, seperti khutbah, tabligh akbar, makkah, dan sejenisnya

3. Ta’lim, usha untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam secara rutin : ta’lim fil masajid, ta’lim rutin partai, ta’lim kaum buruh tani, ta’lim kaum perkantoran, ta’lim remaja masjid, ta’lim untuk kaum muallaf, yasinan, dan jenis ta’lim lainnya.

82

Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010, (Jakarta, September 2005), h. 300

83

4. Dakwah media, usaha untuk membentuk opini umum masyarakat tentang dan kepada Islam melalu berbagai media, seperti koran, radio, web, televisi, internet, dan sejenisnya

5. Pertemuan dan aktivitas umum, usaha memasukan nilai-nilai Islam kepada sekelompok orang yang berada pada bidang-bidang yang tidak langsung berhubungan dengan dakwah Islam seperti seminar, training, karangtaruna, klub olahraga, klub pencita alam, klub peminat fotografi, pertemuan keluarga dan amal khairi lainnya.84

Kegunaan dari kegiatan dakwah tersebut dapat dilihat dari sifat kegiatan dakwah dan fungsi kegiatan dakwah antara lain :

1. Sifat kegiatan dakwah merupakan :

a. Kegiatan terbuka diperuntukan bagi seluruh kalangan b. Berorientasi pada pengenalan nilai-nilai dasar Islam c. Dilakukan di berbagai kesempatan

2. Fungsi kegiatan dakwah merupakan : a. Pembentukan opini umum Islami

b. Penyebaran fikrah Islam yang benar, menyeluruh dan jelas c. Pintu rekrutmen ke dakwah khashah

d. Pembentukan lingkungan Islami

e. Pemunculan kader dakwah sebagai rijal al-ummah f. Wahana mobilitas horizontal kader ke masyarakat.85

84

Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 10 Agustus 2009) 85

Adapun pola pelaksanaan kegiatan dakwah dapat dilakukan seperti :

1. Pengelola dan pelaksana melakukan hubungan dengan peserta dakwah secara fardi maupun jama’i, sehingga mengenal satu sama lain. Peserta dalam dakwah adalah setiap orang dari berbagai segmen untuk diseru kepada Islam, peserta tidak dibatasi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, agama, dan keadaan lainnya.

2. Pengelola dan pelaksana melakukan pembentukan opini umum Islami dan tashawur Islam di forum individual dan atau massal

3. pengelola dan pelaksana memantau perubahan peserta dakwah secara fardi dan atau jama’i, dengan mengacu kepada karakteristik sebagai berikut :

a. Pribadi yang hanif

b. Siap mendengarkan dakwah

c. Memiliki kecenderungan untuk merubah diri dari orang lain d. Memiliki potensi tertentu yang bermanfaat bagi dakwah e. Melaksanakan ibadah wajib

f. Simpati terhadap Islam dan keislaman

4. pengelola dan pelaksana memutuskan untuk menindaklanjuti hasil pemantauan dengan mengkondisikan peserta dakwah .

Oleh sebab itu pengelola dakwah merupakan struktur dakwah di setiap level struktur (elemen pembinaan kader) penyelenggaraan dakwah dengan membentuk atau menunjuk lembaga dakwah tersebut. Lembaga dakwah tersebut yang bisa dilakukan adalah :

1. Lembaga Dakwah 2. Lembaga Kemasjidan 3. Organisasi Kemasyarakatan

4. Organisasi Kepemudaan 5. Organisasi Profesi

6. Paguyuban Kedaerahan/Kesukuan 7. Perkumpulan Minat dan Bakat

Adapun pelaksanaannya yakni berupa :

1. Pe laksana dakwah adalah : kader, muballigh dan mu’allim

2. Untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas pelaksanaan dakwah diperlukan i’dad dan taf’il bagi pelaksana

3. Kemampuan dasar muballigh/mu’allim : membaca ayat dan hadits dengan benar, mampu berkomunikasi86

Berpijak dari kesadaran terhadap kenyataan-kenyataan tersebut, maka proses pelaksanaan manajemen dakwah ke depan perlu diterapkan secara proposional yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Perencanaan, pengorganisasian, dan pembiayaan kegiatan dakwah 2. pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian kegiatan dakwah

3. umpan balik terhadap hasil penilaian perencanaan dakwah 87

Untuk menentukan keberhasilan kegiatan dakwah hingga dapat disebut efektif, fungsional, dan profesional diperlukan adanya standar dan kriteria sebagai alat ukur dari keberhasilan tersebut baik kuantitatif maupun kualitatif. Berangkat dari prinsip bahwa kegiatan dakwah adalah melaksanakan perintah Allah dalam rangka menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, maka stndar dan kriteria yang harus dipakai adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan As-sunnah.

86

Ibid 87

Manajemen Dakwah, Drs. RB. Khatib Pahlawan Kayo, (Jakarta, Amzah, 2007), Edisi -1, Cet -1 h. 71

1. Standar dan kriteria kuantitatif

Secara kuantitatif keberhasilan suatu kegiatan daklwah dapat diukur dengan Standar dan kriteria sebagai berikut :

a. Kegiatan dakwah yang bertujuan untuk menggerakkan amar ma’ruf nahi mungkar harus dilaksanakan bersama-sama secara terkoordinasi dalam kesatuan organisasi yang kokoh, kuat, dan rapi.

b. Shalat sebagai pemegang fungsi terkuat yang membentengi diri agar terhindar dari tindakan keji dan mungkar, akan lebih afdhal bila dilaksanakan secara berjama’ah.

c. Jihad sebagai salah satu model dari kegiatan dakwah tidak hanya terfokus pada pertempuran saja, melainkan banyak sekali kegiatan lain yang digolongkan sama nilainya dengan jihad, seperti membela kebenaran dan keadilan di hadapan raja yang dzalim, memelihara dan memuliakan kedua ibu bapak lebih-lebih di masa tuanya, membela kepentingan fakir miskin dan anak yatim.

Jadi dapat disimpulkan poin di atas bahwa ; pertama, kegiatan dakwah telah didukung oleh banyak komponen organisasi dakwah, kedua, lapangan lokasi gerak dakwah tidak hanya di masjid, melainkan meluas ke wilayah-wilayah pemukiman penduduk, perkantoran dan komunitas masyarakat lainnya, ketiga, sektor kegiatan dakwah tidak hanya terpaku pada dakwah lisan atau tulisan saja, tapi telah berkembang secara luas ke sektor-sektor lain dalam bentuk dakwah bil-hal dan dakwah bil-hikmah, seperti bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial ekonomi, budaya dan politik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan dalam arti luas.

2. Standar dan kriteria kualitatif

Secara kualitatif keberhasilan suatu kegiatan daklwah dapat diukur dengan Standar dan kriteria sebagai berikut :

a. Pelaksanaan kegiatan dakwah bertolak dari prinsip rasionalitas yang realistik, untuk ini sangat diperlukan adanya musyawarah secara timbal balik antara pelaku dakwah dengan objek dakwah

b. Penyampaian informasi haruslah didasarkan atas kemampuan dan tingkat kecerdasan akal objek dakwah

c. Pelaksanaan kegiatan dakwah harus merujuk kepada contoh sifat dan keteladanan Rasulullah SAW, baik sebagai seorang pemimpin, pembina kader maupun sebagai pengarah khittah perjuangan masa depan

d. Dalam melaksanakan gerak dakwah harus terlihat kepastian hukum, yang halal adalah halal yang haram adalah haram meskipun pahit dan sulit e. Kejujuran dan keadilan harus ditegakkan dan tidak boleh berubah karena

kebebcian terhadap suatu kaum atau golongan

f. Tingkat tertinggi dan kualitas dakwah membasmi kemungkaran harus diutamakan, yakni dengan kekuasaan atau power, berikutnya baru dengan lisan dan hati

g. Kepribadian Rasulullah sebagai insan pemaaf dan lemah lembut dalam berdakwah perlu mendapat perhatian untuk dicontoh

h. Amanah sebagai landasan moral dalam berdakwah harus ditempatkan pada posisi tanggung jawab yang inheren

i. Kebiasaan meninggalkan perbuatan dosa dan ikhlas dalam berdakwah telah menjadi kepribadian umat

Jadi dapat disimpulkan poin di atas bahwa ; pertama, pelaku dakwah dalam bentuk lembaga atau organisasi sebagai subjek dakwah jumlahnya semakin banyak yang profesional dan memiliki tenaga-tenaga potensial yang berpendidikan, terampil dan punya wawasan pengalaman yang luas, kedua, semakin banyak lapisan masyarakat yang tersentuh dan merasakan nikmat keislaman dan keimanan melalui gerakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun dakwah bil-hal dan bil- hikmah, terutama dari kalangan dhu’afa’ dan keluarga miskin, ketiga, penyampaian pesan dakwah telah dikemas secara sistematis, ilmiah dan bermutu tinggi, sehingga menarik dan menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Keempat, perilaku kehidupan umat semakin banyak yang berubah ke arah positif, seperti akidah yang bersih dari syirik, khurafat dan takhayul, ibadah semakin terhindar dari bid’ah, akhlak semakin memilih yang terpuji dalam pergaulan yang semakin harmonis dan jauh dari tindakan kekerasan, sadis dan diluar perikemanusiaan. Kelima, pelaksanaan kegiatan dakwah telah dipersiapkan sedemikian rupa mulai dari proposalnya hingga realisasinya dilapangan mencerminkan nuansa etika, estetika, dan ukhuwah yang dikemas berdasarkan ilmu dan keterampilan yang telah teruji keberhasilannya. Keenam, umat semakin peduli dengan kegiatan dakwah dan semakin alergi melihat perbuatan-perbuatan dosa maksiat dan mungkar.88

Oleh karena itu jika dikaitkan dengan profesionalisme sebagai suatu keahlian dan disiplin moral dalam berdakwah maka faktor-faktor pendukungnya yang strategis adalah karena :

1. Memiliki jiwa tauhid yang kokoh dan kuat dengan senantiasa membesarkan asma Allah dalam setiap ruang dan waktu

88

2. Kemampuan mensucikan pakaian lahir dan batin, artinya mempunyai akhlak dan moral yang kuat dan terpuji.

3. Kesanggupan menjauhi praktik perbuatan maksiat, artinya sikap mental yang tak mudah terpengaruh rayuan iblis dan hawa napsu.

4. Kemampuan menghindarkan diri dari prilaku tamak dan rakus, artinya berkepribadian yang mulia dan terhormat dengan sifat qana’ahnya.

5. Selalu mempunyai kesabaran dalam menghadapi perjuangan jihad fi sabililillah,meskipun dalam suasana yang pahit dan getir.89

B. Aplikasi Manajemen Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan sejahtera

Dokumen terkait