• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN DAKWAH

DEWAN PENGURUS PUSAT

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (DPP PKS)

PERIODE 2007-2009

Oleh :

A. Syarif Hidayatullah NIM : 103053028687

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan

Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

A. Syarif Hidayatullah

NIM : 103053028687

Di bawah Bimbingan

Pembimbing,

Dr. M. Idris Abd. Shomad, MA NIP : 19610725 200003 1001

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009”. Telah di ujikan dalam sidang Munaqashah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatuyallah, Jakarta 15 September 2009 Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Manajemen Dakwah(MD).

Jakarta, 15 September 2009

Sidang Munaqasyah

an. Dekan /Ketua Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 19700903 199603 1001

Sekretaris Merangkap Anggota

Faza Amri, S. Th. l NIP. 19780703 200501 1006 Anggota :

Penguji I

Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP. 19670818 199803 1002

Penguji II

Lili Bariadi, MM

NIP. 19740519 199803 1004 Pembimbing

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar di Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 01 September 2009

(5)

ABSTRAK

A. Syarif Hidayatullah

Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009

Falsafah dasar perjuangan PK Sejahtera merupakan pemikiran mendasar, berupa kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia.

Manajemen dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dirancang dalam setiap lima tahun sekali dan dapat dilihat di buku “Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010”. Buku tersebut sebagai penjabaran kebijakan dasar, adalah rencana program yang berskala nasional, menjadi peta jalan yang akan ditempuh partai, merupakan konsensus dan komitmen bersama mengenai pencapaian visi dan misi partai.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Obyek penelitian ini adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS). Fokus penelitian ini pada Bidang Manajemen Dakwah yang di tempatan pada Pembinaan Kader, Pembinaan Pemuda dan Pembinaan Wilayah.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera Periode 2007 – 2009”.

Salam dan shalawat atas junjungan kita, Nabi Besar Muhammad saw sebagai suri tauladan umat, pembawa cahaya kebenaran dan penyempurnaan akhlak manusia dari kebiadaban menjadi kekuatan nikmat.

Skripsi ini penulis ajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menempuh Ujian Sarjana (Starata -1) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi materi maupun tekhnik penulisan. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritikan dan saran dari para pembaca. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala dorongan, bantuan moril maupun materil serta segala bimbingannya kepada :

1. Bapak Dr.Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

2. Bapak Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

(7)

4. Bapak DR. M. Idris Abd Somad, MA. selaku Dosen Pembimbing yang karena ketelitiannya dalam mengkoreksi skripsi ini, penulis lebih berhati-hati dalam menulis.

5. Para dosen/staf pengajar dan seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

6. Pimpinan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera beserta seluruh staf, terutama kepada bapak DR. Mardani dan bapak Ustdz. Qodar Slamet yang telah membantu dalam mendapatkan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu kami tercinta, Bapak Drs. Ahmad Zarkasih dan Ibu Siti Sopiah

orang-orang yang pertama kali mengajarkan kepada kami –anak-anaknya— bagaimana belajar membaca, menulis dan mengaji. Kepada mereka penulis haturkan sembah sujud sedalam-dalamnya. Saudara-saudara penulis, yang penulis tidak sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan motivasi dalam segala hal. Salam hormat dan saying selalu.

Dan terakhir salam hormat penulis haturkan kepada rekan-rekan angkatan yang telah sama-sama menempuh pendidikkan di almamater tercinta umumnya pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah khususnya para mahasiswa/i Jurusan Manajemen Dakwah. Semoga saat-saat manis maupun yang pernah kita lalui senantiasa dapat kita kenang dan menjadi pendorong bagi lahirnya sebuah kreatifitas. Kepada mereka-mereka yang belum disebut di atas, di dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam hormat kepadanya.

(8)

Akhirnya penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan lembaga lainnya pada khususnya dan segenap para pembaca skripsi ini pada umumnya. Penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya dan bimbingan kita untuk tetap berada di jalan yang lurus. Amin yarabbal’alamin.

Ramadhan 1430 H 01 September 2009 M

A. Syarif Hidayatullah

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………. v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… 1 B. Pembatasan dan Perumusan masalah ……..………... 6 C. Tujuan dan Penelitian ………..……….. 6

D. Metodologi Penelitian ………... 7 E. Tinjauan Pustaka ……… 9 F. Sistematika Penulisan ………. 10

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian manajemen ……… 12 2. Unsur-unsur Manajemen ………. 16 3. Fungsi Manajemen ………. 17 B. Dakwah

(10)

C. Manajemen Dakwah

1. Pengertian Manajemen Dakwah ……… 32 2. Fungsi Manajemen Dakwah ……….. 33 D. Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik ………. 37 2. Politik dalam Islam …………..……… 41 3. Hubungan Politik dan Dakwah ……… 44

BAB III : GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

A. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) …… 48 B. Visi dan Misi ………..….. 54 C. Prinsip Kebijakan Dasar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 58 D. Keorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (PKS) …… …. 64

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

A. Kegiatan Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera pada periode 2007-2009 ……… 67 B. Aplikasi Manajemen Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan

(11)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 86

B. Saran-Saran ……… 89

DAFTAR PUSTAKA

………. 91

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan agama kepada seluruh umat manusia.1 Islam sebagai agama sebenarnya dapat menjamin kesejahteraan dan keamanan umat manusia, bila ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan dapat dijadikan pegangan hidup dan diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata.

Islam adalah agama yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif dalam, melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam, sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang akan dilakukan.

Kata “dakwah” berasal dari kata bahasa arab yang artinya ajakan, seruan, panggilan, undangan. Jadi definisi dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi ajaran-ajaran dan tuntunan-tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu idiologi pendapat pekerjaan yang tertentu.

Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.2

Dakwah merupakan suatu kemestian dalam rangka pengembangan agama (Islam). Aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya, aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Selain itu dakwah juga suatu proses upaya merubah suatu

1

A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, h. 1

2

(13)

situasi keadaan. Situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran agama Islam atau manusia mengajak manusia kejalan Allah yaitu Islam.

Di era globalisasi, secara sosiologis akan terjadi berbagai pergeseran dalam berbagai aspek kehidupan umat. Ada gejala perubahan pola pemahaman dan perilaku keagamaan dari yang bersifat ritual ke arah orientasi yang lebih bersifat sosial. Salah satu Dikursus yang menarik dewasa ini adalah Diskursus seputar politik dakwah yang terus bergulir yang berawal sebenarnya dari sebuah kekhawatiran akan terjadinya distorsi pemetaan antara dakwah dan politik di Indonesia. Politik identik dengan kekuasaan yang berarti menghalalkan segala cara, sementara dakwah adalah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat yang jelas tujuan dan misi yang diembannya.

Paradigma ini terus berlangsung sekian lama sampai lahirnya transisi politik menuju demokratisasi di Indonesia telah memberikan kesempatan besar bagi Partai Keadilan Sejahtera untuk turut menentukan masa depan pemerintahan Republik Indonesia.3

Manajemen dakwah ke depan harus mengantarkan terbinanya solidaritas dan kerja sama dalam menyelesaikan persoalan umat. Untuk itu, koordinasi menyeluruh antar-organisasi bidang dakwah harus terwujud. Secara praktis, dai harus bisa bekerja sama dengan media massa. Jika kepercayaan bisa diwujudkan, maka dakwah kolaboratif bisa terwujud.

Hal ini disampaikan Menteri Agama RI Bapak Prof. Dr. Maftuh Basyuni bahwa pola dakwah yang dikembangkan jangan sekadar bicara tetapi juga melalui tulisan. Dalam konteks dakwah, tulisan juga bisa efektif menyebarluaskan informasi.

3

(14)

K.H. Dr. dr. Tarmizi Taher sebagai Dewan Redaksi Center for Moderate Muslem (CMM) mengatakan, berdakwah itu harus bisa menjadi bagian hidup seorang Muslim. Namun, berdakwah jangan sekadar diartikan sebagai memberikan ceramah di masjid, tetapi juga dalam berperilaku sebagai seorang Muslim.4

Oleh karena itu hakikat dakwah dalam Islam telah berlangsung sekian lama yang pada intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang penuh kedamaian dan jauh dari dendam masa lalu serta berusaha menatap ke depan yang lebih baik.

Dalam bahasa fikih dakwah, membawa manusia dari jahiliyah menuju ilmiah, dari keadaan terpuruk menjadi penuh kemaslahatan, dan keadaan yang tidak mengindahkan aturan menuju keadaan yang memahami serta menaati peraturan dan begitu seterusnya.

Allah SWT berfirman :

!

"#$%

&'

(

)*&+

,-.

/&'0

123

45)6#7%

)9%:

;<#1

=? @%

)

-B

C

0

" 9DE 6

F(

H

HI

J

H/&'

3

KL

4

0

M4 %'#

NO

7 %J#

P

QR

Artinya : Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. Al-Maidah : 5 : 67)

4

(15)

Dalam menafsirkan ayat tersebut, al-Bukhari yaitu sebagai ahli perawi hadits mengatakan dari Aisyah r.a : barang siapa yang menceritakan kepadamu bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah kepadanya, sungguh orang itu telah berdusta. Sebab Allah SWT berfirman :

.

*&+

,-)(

"#$%

&'

!

“Hai rasul

,

sampaikan lah apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu”.

Firmannya :

.

=? @%

) -1

4

;<#1

)9%:5)6#7% 23

/&'0

dan

jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-nya. Yakni, jika engkau menyembunyikan satu ayat yang diturunkan kepadamu dari rabbmu, berarti engkau tidak menyampaikan risalahnya.

Firman Allah taala :

B

CF

H

HI

(

" 9DE 6

0

Allah melindungi kamu dari

(gangguan) manusia. Maksudnya, sampaikanlah risalahku, niscaya aku akan menjaga, menolong dan mendukungmu dalam menghadapi musuh-musuhmu, serta memenangkan dirimu atas mereka. Maka janganlah engkau takut bersedih, karena tidak akan ada seorangpun mendapat berlaku jahat terhadap dirimu dan menyakitimu.

Firmannya :

NO

7 %J#

HK

M4 %'#

4

0

L

3

/&'

(16)

Maksudnya, sampaikanlah risalah rabbmu sebab allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya dan menyesatkan siapa yang dikehendakinya,

Ayat tersebut menegaskan bahwa tugas seorang muslim menyampaikan totalitas ajaran Islam. Dengan kata lain dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, kewajiban dakwah tersebut tidak terbatas pada metode tertentu dalam penyampaiannya, tapi kini metode kelembagaan politikpun dapat dilakukan, yang diprediksi mampu merealisasi prinsip-prinsip dakwah secara massif dan struktur.

(17)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam proses pembuatan skripsi ini dimana kajian ini difokuskan pada “Manajemen Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007 - 2009” maka pembahasan dibatasi pada manajemen yang diterapkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah dan aplikasi manajemen dakwah. 2. Perumusan Masalah

Bertolak dari uraian-uraian di atas, dapatlah dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja kegiatan dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera pada periode 2007 – 2009?

2. Bagaimana aplikasi manajemen dakwah yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera pada periode 2007 – 2009?

C. Tujuan dan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Melakukan analisis terhadap kegiatan dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera berdasarkan kegiatan dakwah yang selama ini telah dilakukan.

b. Untuk mengetahui aplikasi manajemen dakwah terhadap Partai Keadilan Sejahtera.

(18)

a. Bagi pihak Partai Keadilan Sejahtera hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan terutama dalam rangka mengambil kebijakan – kebijakan organisasional.

b. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini, disamping sebagai pembanding antara teori yang didapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi dilapangan, yaitu pada Partai Keadilan Sejahtera.

c. Bagi jurusan manajemen dakwah, hasil penelitian ini merupakan informasi berharga mengenai analisis fungsi manajemen dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera.

d. Bagi dunia pustaka hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam memperkaya dunia pustaka sendiri pada ruang lingkup karya-karya penelitian lapangan.

Praktik :

Penelitian skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Srata (S1) dalam disiplin Manajemen Dakwah di Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian

(19)

data-data yang diperoleh disusun dan dikemukakan dengan subjektif mungkin untuk kemudian dianalisis.5

1. Sumber Data

a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai lembaga dakwah, dalam hal ini penulis mengambil orang pengurus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

b. Objek Penelitian

Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian adalah analisis fungsi manajemen dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

2. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Data yang dipakai adalah data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari lapangan yang berupa dokumen, dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan nara sumber

Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut : a) Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena yang diselidiki. Observasi langsung ke objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

5

(20)

b) Wawancara

Dengan wawancara yakni penulis mendapatkan informasi atau keterangan dengan cara bertanya langsung dan bertatap muka kepada pengurus dengan menggunakan daftar pertanyaan.

c) Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data atau informasi yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

d) Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assuarance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

3. Tehnik Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analis ini dilakukan terhadap data berupa informasi dan uraian kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya.

E. Tinjauan Pustaka

(21)

orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dengan masalah yang sedang dibahas yaitu sebagai berikut :

1. Rahmawati, “ Manajemen Dakwah Pada Kelompok Usia Dini, Analisis pada TKA Nurul Imah Bukit Nusa Indah Ciputat ”, skripsi ini disusun oleh mahasiswa/i Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah, NIM: 0053019895, Tahun 2008.

2. Muhammad Amin Muttaqin, “ Konsep Dakwah dan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS)”, skripsi ini disusun oleh Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, NIM: 103051028587, Tahun 2007.

Sedangkan judul skripsi penulis adalah “Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera Periode 2007-2009”. Dalam hal ini dilihat dari segi judul jelas berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti sungguh jauh berbeda, yaitu materi yang penulis bahas adalah tentang bagaimana aplikasi manajemen dakwah, serta analisis manajemen dakwah partai keadilan sejahtera (PKS) direalisasikan sebagaimana mestinya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka diperlukan suatu sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(22)

BAB II LANDASAN TEORI, terdiri dari Pengertian Dakwah, Pengertian Manajemen Dakwah, Fungsi dan Unsur-unsur Manajemen, Pengerertian Partai Politik, Hubungan Partai Politik dan Islam, Hubungan Partai dan Dakwah.

BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS), terdiri dari Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Visi dan Misi, Prinsip Kebijakan Dasar Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Keorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS),

Dalam bab ini dijelaskan tentang Kegiatan Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera serta Aplikasi Manajemen Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera pada periode 2007 - 2009.

[image:22.612.121.511.134.583.2]
(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen ini sulit didefinisikan karena dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara universal dan manajemen dapat didefinisikan dengan berbagai rumusan tergantung kepada cara pandang si pembuat definisi.

Dalam literature manajemen maka akan nampak bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu :

a. Manajemen sebagai suatu proses

b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen

c. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.6

Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses “proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan”.7 Memberi batasan manajemen sebagai suatu proses karena semua manajer apapun keterampilan atau keahliannya, terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan mereka. Aspek-aspek tersebut dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut : “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua lain

6

Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981), cet. Ke -7, h. 15 7

(24)

lain sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Dalam encyclopedia of the social science, dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan proses mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

Zaini Muhtarom mengutip pendapat Robert Kritner dari Arizona State University yang menyatakan bahwa manajemen adalah proses bekerja dengan melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas.8

Dari berbagai macam definisi yang sebenarnya masih banyak, namun yng lebih penting dan memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan manajemen, dirumuskan oleh G.R. Terry yang dikutip oleh Zaini Muhtarom bahwa “Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya.9

Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti singular (tunggal) disebut manajer. Aktivitas

8

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta, Al-Amin Press, 1996), edisi ke- 1, cet. Ke-1, h. 34

9

(25)

manajemen adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh setiap manajer, yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Menurut pengertian yang ketiga, manajemen itu adalah suatu seni atau suatu ilmu. Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai “seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”.10 Mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.

Menurut Gullick, manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu ph, karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasikan menjadi suatu rangkaian teori. Teori manajemen selalu diuji dalam praktek, sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang.11

Manulang mengutip Chester I Bernard dalam bukunya yang berjudul “The Function of the Executive” mengakui bahwa manajemen adalah “seni” dan juga sebagai “ilmu”. Demikian pula Henry Fayol, Alfian Brown, Harold Koontz, Cyril O’donnel dan George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus adalah seni.

Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, gejala-gejala, kejadian-kejadian, keadaan, jadi memberikan penjelasan-penjelasan.

Memperhatikan pengertian manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai, “manajemen adalah seni

10

T. Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1990), edisi ke- 2, cet, ke- 3, h. 8 11

(26)

dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengaruh dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.12 Sedangkan arti dari manajemen menurut

Islamologi adalah ilmu manajemen yang dibentuk oleh sumber data implisit atau ayat kauniah ditambah sumber data eksplisit atau ayat qauliyah.

Berbeda dengan ilmu manajemen Eropa, Amerika dan Jepang yang hanya dibentuk oleh sumber data implisit atau ayat kauniah saja. Definisi manajemen menurut data implisit yaitu; manajemen adalah pemimpin yang menyusun dan menggerakan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, kemudian definisi Islamologi adalah ilmu yang mempelajari Islam terutama mengenai kebenaran mutlak kemahaesaan, kemahasucian, serta kemahaagungan Allah Maha Kasih lagi Maha Sayang yang di dapat dari ayat kauniyah maupun ayat qauliyah dan berguna untuk dikembangkan bagi kesenangan serta kebahagiaan hidup manusia berikut kebaikan lingkungannya.

Jadi manajemen menurut Islamologi adalah pemimpin yang menyusun dan menggerakkan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, dengan niat ikhlas. Arti ikhlas adalah hanya mengharap senyum ridho Allah SWT.13

Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis mengambil kesimpulan, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan dengan menggunakan segala sumber daya dalam mencapai tujuan dengan didasari seni dan ilmu pengetahuan.

12

Ibid, h. 17 13

(27)

2. Unsur-unsur Manajemen

Unsur penting manajemen adalah money atau uang. Untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau gaji orang-orang yang membuat rencana, mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang ingin dicapai tersebut bernilai atau dipengaruhui oleh perhitungan atau ketelitian dalam penggunaan uang.14

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material atau bahan-bahan, karenannya dianggap pula sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan, demikian pula dalam proses pelaksanaan kegiatan, khususnya pada era kemajuan teknologi dewasa ini manusia bukan lagi sebagai pembantu bagi mesin, tetapi sebagai pembantu bagi manusia.

Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna maka manusia dihadapkan kepada berbagai alternative method atau cara melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, method atau cara dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.

Unsur manajemen dalam bentuk pasar juga menghendaki agar manajer mempunyai orientasi pemasaran (pengguna jasa) dengan pendekatan ekonomi mikro maupun makro serta memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan baru yang akan menyangkut permintaan atau kebutuhan masyarakat yang selalu berubah dan penawaran atau penyediaan yang selalu disesuaikan dan dimudahkan.

14

(28)

Semua unsur-unsur manajemen tersebut di atas dikoordinir oleh manajer, diatur secara berkembang dan digunakan secara efisien ke arah tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan melalui proses manajemen.

3. Fungsi Manajemen

Selama kurang lebih tiga seperempat abad pandangan fungsional melandasi pendekatan yang paling terkenal. Pada tahun 1916, Henry Fayol industriawan Perancis sebagai pelopor pendekatan fungsional mengemukakan lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses pelaksanaan manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),

Command (perintah), Coordination (koordinasi), dan Control (pengawasan).15 Dalam uraian tentang proses manajemen telah dikutip oleh Sarwoto pendapat Terry tentang fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi

Planning, Organizing, Actuating dan Controlling, Terry memberikan penjelesan umum atas fungsi-fungsi dasar tersebut sebagai berikut :

Planning (P) : Apa yang harus dilakukan? Kapan? Dimana dan bagaimana?

Organizing (O) : Dengan kewenangan seberapa banyak? Dan dengan sarana serta lingkungan kerja yang bagaimana?

Actuating (A) : Membuat para pekerja ingin melaksanakan tugas yang telah ditetapkan dengan secara sukarela dan dengan kerja sama yang baik.

15

(29)

Controlling (C) : Pengamatan agar tugas-tugas yang telah direncanakan dilaksanakan dengan tepat sesuai rencana dan bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan.16

Adapun fungsi manajemen disini hanya dipaparkan satu pendapat saja yang mana secara umum dipergunakan dalam berbagai instansi atau lembaga. Fungsi manajemen yang dimaksud adalah yang biasa disebut dengan istilah POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.

a. Planning (perencanaan)

Perencanaan atau Planning adalah (1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan (2) penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode, system, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.17

Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini, karena perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan yaitu:

1. Tindakan apa yang harus dikerjakan?

2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? 3. Dimanakah Tindakan itu harus dikerjakan? 4. Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? 5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? 6. bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?

Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan saja menetapkan hal-hal diatas, tetapi juga termasuk di dalamnya budget. Pada dasarnya

16

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), cet. Ke-8, h. 65

17

(30)

perencanaan kreatif merupakan pekerjaan penentu faktor-faktor, kekuatan, pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Semua fungsi lainnya sangat tergantung fungsi ini, dimana fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif fungsi lain.

b. Organizing (pengorganisasian)

Sarwoto memberikan pengertian pengorganisasian secara umum yang diartikan adalah sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.18

Sedangkan T. Hani Handoko mengemukakan pengertian bahwa pengorganisasian adalah :

1. Penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Pegangan dari pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kea rah tujuan.

3. Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.

4. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.19

18

Sarwoto, dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), h. 77 19

(31)

Hasil dari pada proses pengorganisasian adalah suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang bulat.

c. Actuating (Penggerakkan)

Penggerakan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu organisasi menjadi “berjalan” George R. Terry memberikan definisi pengertian penggerakkan (Actuating) ini sebagai “tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suku berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dari usaha-usaha organisasi”.20

Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin karena kegiatan ini langsung menyangkut dan berhubungan dengan orang-orang dalam organisasi.

d. Controlling (pengawasan)

Controlling atau pengawasan sering juga disebut pengendalian. Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan- pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Rencana yang betapa pun baiknya akan gagal sama sekali bilamana manajer tidak melakukan pengawasan.

Pada akhirnya, manajer harus memastikan bahwa tindakan para anggota organisasi benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan.

20

(32)

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Perkataan dakwah secara etimologis (kebahasaan) merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil, mengundang, mengajak, menyeruh, mendorong dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya.21 Allah SWT berfirman :

C

0

.

S

T

BUVW&'

-

)X

Y2 V ZZ

4

0 0

(

[\

]^_

BUVW&'

`ab0cDd

efgY' h1Zi

Pj&R

Artinya : “Allah mengajak ke Dar As-Salam”. (QS. Yunus : 25)

Menurut terminologis (istilah), dakwah adalah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan secara membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara beramal makruf nahi munkar. Allah SWT berfirman :

(\J h#

0

4k\Jl +

m H !

/

T

UVW&'

&c4 % #`

/

:

0

D

6

:n

&

/4 )o I

0

P(

%Jl 9#

B

)*p

%

!0

k6q

r

%& #7 9#

PsYR

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang yang beruntung”. (QS. Al-Imran : 104).22

21

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam (Solo : Era Intermedia 2000), Cet ke -3, h. 24

22

(33)

Ayat ini secara jelas menunjukkan akan wajibnya berdakwah, karena ada lam amar di dalam kalimat “wal takun”. Sedangkan kalimat “minkum” menunjukan fardu kipayah, maka seluruh umat Islam diperintahkan agar sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini.23

Dalam pengertian integralistik, dakwah merupakan suatu proses beresinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke ajaran Allah SWT, dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan incidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka merubah prilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan.

Dakwah Islam bukan hanya serangkai kata yang diulang-ulang atau pidato yang memukau umat, juga bukan serentetan filsafat pemikiran yang menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu realita pun dalam kehidupan. Tapi dakwah Islam adalah dakwah yang bersifat amaliyah yang mewujudkan sosok gerakan keteladanan yang menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada umat manusia tentang apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh akal dan rohani mereka sebagai ketentraman dan ketenangan batin, petunjuk dan nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita kehidupan. Dakwah islam penting membawa prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai luhur yang telah diamalkan oleh para generasi muslim yang hidup dalam naungan-Nya selama kurun waktu yang panjang. Mereka telah

23

(34)

memperlihatkan suatu keteladanan yang umat lain tidak memilikinya. Para generasi musllim itu mampu membuktikan cita-cita yang menjadi dambaan seluruh umat manusia, yaitu jaminan keamanan dan ketentraman jiwa, kemakmuran dan ketenangan sebagai barang paling mahal dalam hidup.24

Dari ungkapan di atas dapat dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islam kepada nilai kehidupan islami. Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan propokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako dan sebagainya.25

Dakwah dari segi istilah Menurut Muhammad Natsir adalah “usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.26

Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah SWT dengan menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah

24

Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, h. 4 25

Hepai Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2003), Cet ke-1, h. 1

26

(35)

usaha mengajak manusia yang belum beriman kepada Allah SWT, agar menaati syariat Islam (memeluk agama Islam).

Dari berbagai pendapat dapat dikaji dan disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana.

b. Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah SWT, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan).

c. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.27

Dakwah tidak terlepas pada tujuan memperbaiki kondisi masyarakat agar sesuai dengan ajaran Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. M. Quraish Shihab MA, sebagai direktur pusat study al-qur’an Jakarta, bahwa, “Dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.28

Pengertian diatas terlihat betapa luasnya lingkup dakwah tersebut, mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak terbatas pada hubungan antara manusia dengan penciptanya saja tetapi menyangkut hubungan antara sesama manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannnya. Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktifitas dakwah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: yang pertama dakwah dalam arti mikro yakni : pelaksanaan

27

Ibid, h. 21 28

(36)

dakwah yang dilakukan oleh kalangan tertentu yang jumlahnya sangat terbatas karena harus memiliki persyaratan khusus, seperti memahami secara mendalam akan kandungan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Yang kedua dalam arti makro, yaitu berupa aktivitas yang merupakan tanggung jawab setiap muslim, untuk melaksanakannya tidak memerlukan kemampuan khusus dan ia mengandung konsekuensilogis setiap muslim sebagai kholifah Allah SWT. Dakwah dalam bentuk kedua ini dapat dilakukan seseorang lewat profesinya, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Pelaksanaan dakwah bertujuan untuk : a. Membangun masyarakat Islam. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para

Rasul, yang memulai dakwahnya kepada masyarakat yang belum mengerti Islam.

b. Dakwah melakukan perbaikan masyarakat Islam. Yaitu dalam membangun kembali suatu masyarakat yang telah runtuh baik moril maupun materil. c. Memelihara kontinuitas dakwah. Yaitu mengarahkan secara terus menerus

keberadaan dakwah.29

Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa dakwah adalah mengajak manusia secara terbuka kepada Islam serta mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.

2. Unsur-unsur Dakwah

Terdapat beberapa unsur dalam dakwah yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur tersebut adalah :

a. Da’i (subjek)

29

(37)

Dalam dakwah tugas umat Islam juga sama dengan Rasul, ayat-ayat yang memerintahkan Nabi agar berdakwah, maksudnya bukan saja ditujukan kepada Nabi, melainkan juga umat islam. Adapun perintah Allah SWT kepada umat Islam untuk berdakwah, firman Allah SWT :

4k@I\t

0c4 )F

u H !

T<)v

F !

H

Hl

/ [w x: %

D

6)9#

&

r4 )o l%0

P(

yzI 9#

/

I

%60

{

&

J

4 %

0

|

0\

5 q !

Y

@Dz#

/}%J%

Ic4 )F

k o3

B

k o I +

r

l

% 9#

k6qc%l~• !0

/ €'DZ y7#

PssYR

Artinya : “Kami adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan berfirman kepada Allah”. (QS. Ali Imran : 110).30

Seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i. artinya sebelum menjadi da’i ia perlu mengetahui apa tugas da’i, modal dan bekal apa yang harus ia punya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki seorang da’i. Tugas seorang da’i identik dengan tugas seorang Rasul, semua Rasul adalah panutan para da’i.31

Jadi da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung, dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku kearah kondisi yang baikl dan menurut syari’at Al-Qur’an dan Sunnah.

b. Mad’u (objek)

30

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Lentera Hati : Tangerang 2005), vol 2 31

(38)

Seorang da’i menyadari bahwa yang diajak kedalam Islam bukan saja sebagian manusia atau manusia tertentu, melainkan semua manusia. Berdakwah bukan untuk waktu sementara, tetapi sepanjang zaman hingga datangnya kiamat. Selain itu berdakwah tidak membedakan jenis kelamin, stratifikasi social, etnis, waktu dan tempat tertentu.

Seorang da’i harus mengetahui keberagamaan audiens. Dari sudut idiologi, mereka ada yang ateis, musyrik, munafik. Ada juga yang muslim tapi membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat. Mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.32

Oleh karena itu mad’u adalah sekelompok orang yang menerima pesan dari seorang da’i kepada jalan Allah sesuai dengan syari’at Islam. c. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya, sirah Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yang menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan tujuan akhir yang harus dicapainya, dan persamaan manusia dihadapan Allah SWT.33

Jadi materi dakwah adalah Al-Islam yang bersumber di Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya

32

Ibid, h. 100 33

(39)

d. Sarana dan Prasarana Dakwah

Sarana adalah hal-hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu, sarana dakwah adalah sesuatu yang membantu da’i menyampaikan dakwahnya. Dari sudut penyampaian, ada dua macam sarana dakwah yaitu: sarana langsung dan tidak langsung.

1. Sarana Langsung

Maksud sarana langsung adalah menyangkut tekhnik penyampaian (Tabligh) melalui perkataan, dan prilaku da’i yang dijadikan teladan oleh orang lain sehingga mereka tertarik kepada Islam.

2. Sarana Tidak Langsung

Yang dimaksud sarana tidak langsung adalah hal-hal yng menyangkut kesiapan diri seorang da’i sebelum menyampaikan dakwahnya. Tiga hal berikut ini termasuk kelompok sarana tidak langsung yakni :

a) Sikap hati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT sebelum berdakwah kepada orang lain, seorang da’i perlu memberi peringatan kepada audiensnya.

b) Meminta bantuan kepada orang lain. Setelah meminta kepada Allah SWT, seorang da’i perlu meminta bantuan kepada sesama manusia demi kelancaran dakwahnya.

c) Disiplin, seorang da’i harus disiplin. Termasuk dalam masalah waktu, jangan sekali-kali ia membuang kesempatan. Ia harus memperhatikan kaidah-kaidah disiplin yang diperintahkan Islam.34 e. Metode

34

(40)

Metode adalah cara yang dipergunakan oleh seorang da’I untuk menyampaikan materi dakwah yaitu Al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah.

f. Tujuan

Tujuan adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah SWT.

g. Efek atau Pengaruh

Efek atau pengaruh merupakan akibat dari pelaksanaan proses dakwah dalam objek dakwah positif atau negatif, efek dakwah ini berkaitan dengan unsur-unsur dakwah.

3. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.35 Bentuk-bentuk dakwah secara umum dijelaskan didalam Al-Qur’an dalam surat An-Nahl : 125

\• X

BUVW&'

R5$&z)

)*&V

0-)9 J

#`

&

%€

4 )9#

0

0I;Z

#`

.

2 o#

)v0

‚Yf3

&

ƒ- q

(;ZT? !

B

H/&'

)*„

0-0 6q

a2V T

!

()9&

H5;s

(

… !&

$&z)

.

0 6q0

a2V T

!

NO

@To 9#

&

Psj&R

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

35

(41)

Dari ayat diatas metode dakwah meliputi 3 cakupan yaitu : hikmah, mau’izhah, dan mujadalah.

1. Hikmah

Kata “hikmah” merupakan asal kata dari “hukman” yang diartikan secara makna artinya mencegah, jika diartikan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dengan tugas dakwah.36

Sedangkan hikmah menurut beberapa pendapat diantara Ahmad Musthofa Al-Maraghi, hikmah adalah perkataan yang tegas yang disertai dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan menghilangkan keraguan.37 Sedangkan Nazarudin Razak, hikmah adalah karunia Allah SWT terhadap seorang hamba Allah SWT berupa kemampuan menangkap sesuatu secara ilmiah dan falsafah.38 Dalam dunia dakwah hikmah adalah penentu sukses tidaknya dakwah dalam menghadapi mad’u yang beragam baik dari pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi. Oleh karena itu para da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Selain itu hikmah juga bekal da’i menuju sukses. Sebagai metode dakwah, hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama / Tuhan.

36

Aziz, Ilmu Dakwah, h. 8 37

Imam Sayuti Farid dan Abd, Jaabar Adlan, Tafsir Dakwah (Surabaya, Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1989), h. 1

38

(42)

2. Mau’izhah Hasanah

Menurut bahasa mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata yaitu

Mau’izhah dan Hasanah. Kata Mau’izhah berasal dari kata wa’azha – ya’izhu – wa’zhan – izhatan yang artinya pengajaran, nasehat.39 Sedangkan Hasanah mufrad dari hasanatan yaitu kebaikan. Adapun menurut istilah ada beberapa pendapat seperti, menurut Abdul Hamid Al Bilah Mau’izhah hasanah adalah salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah SWT dengan memberi nasehat atau membimbing lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.40

Bentuk Mau’izhah Hasanah ini bisa berupa nasehat, kabar baik dan peringatan, wasiat, menceritakan kisah-kisah orang shaleh yang dahulu dan ceramah. Ceramah yang merupakan bentuk dari Mau’izhah Hasanah

merupakan metode yang banyak digunakan di masyarakat, karena metode ini dianggap paling murah dan sederhana, namun dari segi pemberdayagunaan masih cukup potensial dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan daya pikir dan usaha-usaha yang menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku manusia.

3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Menurut bahasa Mujadalah berasal dari kata jaadala – mujaadalatan – jidaalan yang artinya berbantah, berdebat. Merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.41

39

Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 502 40

Yusuf, Metode Dakwah, h. 16 41

(43)

Mujadalah yang lebih dikenal dengan istilah diskusi, karena metode ini merupakan penyampaian pesan dakwah dengan jalan bertukar pendapat atau informasi, tentang masalah agama antara beberapa orang dalam beberapa orang dalam tempat tertentu. Menurut Syekh Muhammad Abduh metode diskusi adalah metode yang dapat digunakan pada golongan yang tingkat kecerdasannya dalam kategori tinggi.42

C. Manajemen Dakwah

1. Pengertian Manajemen Dakwah

Pengertian manajemen dakwah menurut Abd Rosyad Shaleh dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam adalah proses merencanakan tugas, mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian menggerakkannya kea rah pencapaian tujuan dakwah.

Menurut Zaini Muchtarom dalam bukunya dasar-dasar manajemen adalah suatu proses kegiatan organisasi dakwah yang digerakkan dengan suatu kegiatan dinamis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dakwah dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dakwah

42

(44)

dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Manajemen Dakwah

Dari sumber-sumber yang ada dapat dikatakan bahwa fungsi pada manajemen dakwah ini pada dasarnya adalah sama dengan manajemen pada umumnya, meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan, hanya saja dalam fungsi manajemen dakwah ini berlandaskan pada syari’at Islam. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam pengertian sebagai berikut :

1) Perencanaan Dakwah

a. Perkiraan dan Perhitungan Masa Depan

Dalam hal ini adalah dengan mengadakan suatu tindakan memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan dan kejadian yang akan timbul dan dihadapi di masa depan berdasarkan hasil analisa terhadap data dan keterangan yang konkret.

b. Penentuan dan Perumusan Sasaran dalam Rangka Pencapaian Tujuan Dakwah yang Telah ditetapkan Sebelumnya.

Dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah perlu adanya penentuan sasaran dakwah untuk menentukan langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan.

(45)

terhadap masalah-masalah pokok atau penting dalam rangka pencapaian sasaran.

d. Penetapan Metode

Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah tersebut harus dilaksanakan.

e. Penetapan dan Penjadwalan Waktu

Penetapan waktu menyangkut urutan pelaksanaan dari masing-masing tindakan atau kegiatan dakwah yang telah ditentukan serta waktu yang dipergunakan untuk menyelenggarakan masing-masing tindakan atau kegiatan.

f. Penetapan Lokasi

Lokasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah harus ditentukan, lokasi pun harus disesuaikan dengan keadaan yang ada.

g. Penetapan Biaya, Fasilitas dan Faktor Lain yang Diperlukan.

Dalam hal ini setiap kegiatan akan berjalan dengan lancar jika adanya penetapan biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang dapat disesuaikan dengan keperluan kegiatan-kegiatan yang ada.

2) Pengorganisasian Dakwah

Pengorganisasian dakwah yaitu mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tersebut serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan di antara mereka.

(46)

Penggerakkan Dakwah adalah menggerakan para pelaksana dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan. Terdapat langkah-langkah dalam penggerakkan dakwah, yaitu :

a. Pemberian Motivasi

Pemberian motivasi adalah bagaimana para pelaku atau pelaksana dakwah dengan secara tulus ikhlas dan senang hati bersedia melaksanakan segala tugas dakwah.

b. Pembimbingan

Dalam penggerakkan ini perlu adanya pembimbingan dan dijuruskan kea rah pencapaian sasaran dakwah yang telah ditentukan.

c. Perjalinan Hubungan

Adanya Perjalinan Hubungan guna mencegah terjadinya kekacauan, kekembaran, kekosongan dan sebagainya diantara satu bagian dengan bagian lainnya.

d. Penyelenggara Komunikasi

Komunikasi timbal balik antara pelaksana dakwah dengan pimpinan dakwah merupakan hal terpenting bagi kelancaran proses dakwah. e. Pengembangan atau Peningkatan Pelaksana

(47)

4) Pengawasan Dakwah

Pengawasan Dakwah adalah mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi, petunjuk, pedoman dan ketentuan- ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya. Terdapat langkah- langkah dalam pengendalian dakwah ini, yaitu :

a. Menetapkan Standar (Alat Ukur)

Dengan alat ukur ini barulah dapat dikatakan apakah tugas dakwah yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik, atau dapat berjalan tetapi kurang berhasil atau sama sekali mengalami kegagalan total. b. Mengadakan Pemeriksaan dan Penelitian terhadap Pelaksanaan Tugas

Dakwah yang telah Ditetapkan.

Dalam Pemeriksaan dan Penelitian ini untuk menilai bagaimana dan sampai sejauh mana rencana telah ditetapkan itu berhasil dapat dilaksanakan.

c. Membandingkan antara Pelaksanaan Tugas dengan Standard

Dalam membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard ini dapat menilai apakah hasil yang ada dengan hasil yang seharusnya dicapai dalam proses dakwah berjalan dengan baik atau sebaliknya telah terjadi penyimpangan- penyimpangan.

d. Mengadakan Tindakan- tindakan Perbaikan dan Pembetulan.

(48)

D. Partai Politik

1. Pengertian Partai politik

Partai adalah kelompok yang berdiri atas dasar fikrah dan thariqah, yaitu atas dasar deologi yang diimani oleh setiap anggotanya. Partai mengontrol pemikiran dan perasaan masyarakat untuk digerakkan dalam sebuah gerakan yang terus meningkat (kualitas dan kuantitasnya). Partai juga berusaha menghalangi kemerosotan kembali pemikiran dan perasaan masyarakat. Partailah yang mendidik umat, mengeluarkannya (dari), dan mendorongnya untuk mengarungi medan kehidupan internasional.

Atas dasar ini, jelaslah bahwa partai adalah jaminan hakiki untuk dapat mendirikan dan melestarikan Daulah Islam. Partai juga jaminan hakiki untuk dapat menerapkan Islam, memperbaiki penerapannya, melestarikan penerapannya itu, dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebab setelah Daulah Islam berdiri, partai akan mengawasi dan mengontrol negara, serta akan memimpin umat untuk mendialogkan berbagai masalah dengan negara. Pada saat yang sama, partai akan terus mengemban dakwah Islam di negeri-negeri Islam dan di setiap jengkal penjuru dunia.43

Menurut bahasa kata politik berasal dari kata politic (inggris), yang secara leksikal dapat diartikan sebagai acting or jatging wisely, well judged, prudent.44 (Acting atau tindakan bijaksana, tindakan yang bagus, bijaksana). Kata ini sebagaimana istilah lainnya, berasal dari kata latin Politicos yang

43

Hibut Tahrir, Pembentukan Partai Politik Islam, cet, ke-4, hal. 53, 78. 44

(49)

berarti menyangkut warga Negara, polites seorang warga Negara, polis kota, Negara dan politea kewargaan.45

Menurut istilah politik,46 merupakan satu ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tentang “theory of the state”, cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya.47

Politik diserap dalam bahasa Indonesia biasa diartikan dengan segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu Negara atau terhadap lain, tipu muslihat, kelicikan dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan yaitu ilmu politik.48

Istilah politik ini pertama kali dikenal melalui buku Palto yang berjudul Politia yang juga dikenal dengan Republik.49 Plato menulis teorinya pada masyarakat Yunani mengalami perubahan mendalam. Athena, pusat kebudayaan Yunani dan kota tempat tinggal Plato, yang semakin merosot akibat kalah perang. Dalam situasi ini Plato memberikan orientasi tentang Negara, menurutnya, Negara yang baik adalah sesuai cita-cita keadilan yang tidak hanya pada individualistic tetapi juga tatanan seluruh masyarakat yang selaras dan seimbang. Masyarakat adil adalah masyarakat yang dipersatukan

45

Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta, Gramedia Pustaka, 2000), h. 857 46

Politik diambil dari kata “polis” yang artinya dalam bahasa Yunani Kuno “Kota/City”. Dan “kota” dalam bahasa itu adalah Negara yang berkuasa, menurut istilah sekarang. Maka manusia sebagai “hewan politik” memiliki kemungkinan hidup sama / coesinstency didalam satu kota atau di dalam satu masyarakat atau satu Negara dengan mempunyai kewajiban- kewajiban yang harus dilaksanakan.

47

Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988), h. 1

48

W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1983), h. 763

49

(50)

oleh tatanan yang harmonis, dimana masing-masing anggota memperoleh kedudukan sesuai dengan kodrat dan tingkat pendidikkannya.50

Kemudian, menurut SP. Varma muncul karya Aristoteles yang berjudul Politics dan Nichomacian Ethics, bagi Aristoteles politik merupakan ilmu pengetahuan praktis. Politik merupakan etika yang berurusan dengan manusia dalam kegiatan kelompok. Sebab menurutnya, manusia adalah makhluk polis yang kecenderungannya membentuk kelompok, bertindak dalam kelompok, bertindaksebagai kelompok. Sasaran politik adalah untuk mencapai eudaimomania, kesejahteraan yang sangat penting vital bagi setiap orang.51 Aristoteles yang meletakkan landasan ilmu politik, juga menggunakan istilah politik dalam pengertian yang cukup luas yang mencakup struktur keluarga, pengawasan budak-budak morfologi revolusi, tanggapan terhadap demokrasi murni, dan konsep polis atau Negara. Politik menurut Aristoteles meliputi pemerintahan- pemerintahandan negeri, kota praja dan internasional, patriasi, struk dagangan dan serikat kerja.52

Kedua karya ini dipandang sebagai pangkal pemikiran politik yang berkembang kemudian. Secara garis besar politik yang ada dalam kedua karya tersebut adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengatur masyarakat sehingga menjadi masyarakat yang baik dan tentram.

Sedangkan definisi menurut istilah, setiap pakar mempunyai definisi yang berbeda-beda. Daliar Noer mendefinisikan politik dengan “segala

50

Franz MAgnis Suseno, Etika Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 187-188 51

Untuk analisa lebih lanjut mengenai politik Aristoteles lihat pada Leo Strauss dan Yoseph Cropsey (ed), History of Political Philoshofi, (Chichago : The University Of Chichago Press, 1987), h. 154-188

52

(51)

aktivitas yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mengetahui, dengan jelas mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.53

Jadi politik merupakan prilaku manusia, baik berupa aktivitas maupun sikap, yang bertujuan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan sebuah masyarakat yang menggunakan kekuasaan. Berbeda dengan Mariam Bodi Harjo yang mendefinisikan politik dengan berbagai macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu.54

Sedangkan politik Islam adalah politik yang dilandaskan pada kaidah-kaidah syari’at, hukum, dan tuntunan-tuntunannya.55 Atau disebut juga dengan kata siyasah syar’iyyah. Menurut Ahmad Fathi Bahatsi, siyasah syar’iyyah adalah kepengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syari’at.56 Sedangkan menurut Ibnu Al-Qoyyim, siyasah syar’iyyah adalah syiyasah yang mencakup keapad syara.57 Jadi politik Islam merupakan politik yang menjadikan syari’at sebagai pangkal tolak, kendali, dan bersandar kepadanya.

Jadi kesimpulan partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha menghimpun kekuatan dan dukungan rakyat dan berusaha menempatkan anggotanya yang berkualitas untuk menjadi wakil partainya dalam mengendalikan kekuasaan atau pemerintah yang sedang berjalan melalui lembaga legislatif atau lembaga perwakilan rakyat.

53

Daliar Noer, Pengantar Kepemikiran Politik, (Jakarta, Rajawali Press, 1983), h. 6 54

Mariam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1982), h. 8 55

Yusuf Al-Qardhowi, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Buku Islam Utama, 1999), h. 33

56

Ahmad Dzajuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syari’ah, (Jakarta : Prenada Media, 2003), h. 41-42

57

(52)

2. Politik dalam Islam

Politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan kekuasaan dan negara yang melahirkan sikap dan perilaku (political behavior) serta budaya politik (political culture) yang berorientasi pada nilai-nilai Islam. Sikap perilaku serta budaya politik yang memakai kata sifat Islam, menurut Dr. Taufik Abdullah, bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal terhadap keutuhan komunitas spiritual Islam.

Dalam penghadapan dengan kekuasaan dan negara, politik Islam di Indonesia sering berada pada posisi delematis. Dilema yang dihadapi menyangkut tarik-menarik antara tuntutan untuk aktualisasi diri secara deferminan sebagai kelompok mayoritas dan kenyataan kehidupan politik yang tidak selalu kondusif bagi aktualisasi diri tersebut. Sebagai akibatnya, politik Islam dihadapkan pada beberapa pilihan strategis yang masing-masing mengandung konsekuensi dalam dirinya.

Adapun pilihan strategis tersebut adalah : Pertama, strategi akomodatif justifikatif terhadap kekuasaan negara yang sering tidak mencerminkan idealisme Islam dengan konsekuensi menerima penghujatan dari kalangan "garis keras" umat Islam. Kedua, strategi isolatif-oposisional, yaitu menolak dan memisahkan diri dari kekuasaan negara untuk membangun kekuatan sendiri, dengan konsekuensi kehilangan faktor pendukungnya, yaitu kekuatan negara itu sendiri, yang kemudian dikuasai dan dimanfaatkan oleh pihak lain.

Ketiga, strategi integratif-kritis, yaitu mengintegrasikan diri ke dalam kekuasaan negara, tetapi tetap kritis terhadap penyelewengan kekuasaan dalam suatu perjuangan dari dalam. 58

58

(53)

Adapun definisi politik dari sudut pandang Islam adalah pengaturan urusan-urusan (kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan hukum-hukum Islam. Pelakunya bisa negara (khalifah) maupun kelompok atau individu rakyat.

Jadi, esensi politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara politik dan Islam secara tepat digambarkan oleh Imam al-Ghazali: “Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap”.

Berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik. Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat ahli politik di barat, yaitu Loewenstein yang berpendapat “politic is nicht anderes als der kamps um die Macht” (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan).

Berpolitik adalah kewajiban bagi setiap Muslim baik itu laki-laki maupun perempuan. Adapun dalil yang menunjukkan itu antara lain:

(54)

kaum Muslim pemerintah Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan hukum syara. Firman Allah SWT yang artinya:

k€z V

%:

2 o^l †

)9&

!

C

.

KL0

Tg&z‡ˆ%

4k6q0\

Gambar

GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

Referensi

Dokumen terkait

d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki. 2) Sistem penempatan lampu penerangan jalan disarankan pada Tabel 2.5. 3) Pada sistem

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tidak semua sistem memiliki elemen yang sama, tetapi susunan dasar dari setiap sistem memiliki maukan atau input

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari faktor-faktor atau peubah penjelas yang berpengaruh terhadap kecenderungan menderita hipertensi dengan menggunakan analisis

Burung-burung di Jambi (Sumatera) memiliki nilai divergensi yang lebih kecil terhadap yang di Johor, Borneo (Sarawak dan Sabah), dan Ujung Kulon (Jawa) dibandingkan

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007) di Sungai Musi, Sumatera Selatan pola pertumbuhan dari ikan lampam ( B. Schwanenfeldii ) bersifat alometrik positif

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah paket tes matematika berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi yang berisi soal uraian untuk kelas X SMK program keahlian

C/D) 1.00 – 1.99 25 – 49 Mahasiswa akan mendapatkan D apabila ia menunjukkan keaktifan dan kontribusi yang kurang pada diskusi kelas dan hadir kurang dari 7 pertemuan;