• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO @To 9# &Psj&R

GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

A. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Gerakan tarbiyah merupakan prototype gerakan dakwah kampus yang mengedepankan aspek pendidikan atau pembinaan jamaah dengan mengacuh pada marhalah dakwah yang ditempuh Rasulullah; berupaya mengaplikasikan Islam secara menyeluruh (Kaffah), komprehensif (Syamil), dan manusiawi (Insani).

Kalau sebelumnya di Indonesia gerakan Tarbiyah dianggap gerakan

underground bahkan dicap gerakan eksklusif, belakang telah terjadi gerakan “elit” dan sesuai dengan karakternya yang inklusif. Kalau sebelumya dicurigai oleh aparat, kini dakwah tarbiyah malah masuk kerumah-rumah jenderal, pengusaha, wartawan, eksekutif muda sampai kepada para pedagang dan kuli bangunan.63 Berkembangnya gerakan ini membuat para aktifitasnya membentuk Partai Keadilan.

Partai Keadilan (PK) adalah salah satu partai politik yang didirikan oleh sejumlah aktifis muslim ditengah iklim demokrasi yang peluangnya dibuka oleh reformasi Indonesia. Partai ini dideklarasikan pada tanggal 9 Agustus 1998 dilapangan Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan jumlah masa yang hadir pada saat itu lebih dari 50 ribu orang.64

Seperti yang dikatakan oleh DR. Mardani yang merupakan salah satu wakil sekretaris jenderal dari DPP Partai Keadilan Sejahtera bahwa :

“Berdirinya PKS berasal dari Partai Keadilan (PK) yang didirikan pada tahun 1998 setelah 1999 terkena electoral tresholde (ketentuan batas minimum

63

Djony Edward, Efek Bola Salju, PArtai Keadilan Sehatera, (Bandung : Syaamil Cipta Media), h. 3

64

perolehan suara), kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dan pada 2009 kita tidak akan tersangkut masalah electoral tresholde jadi kita tidak akan ganti nama lagi”.65

Kehadiran Partai Keadilan (PK) dalam pentas berpolitikan Indonesia paska jatuhnya soeharto menjadi sebuah fenomena yang sungguh menakjubkan banyak pihak. Diawal kemunculannya mengikuti pemilu pertama pada tahun 1999, Partai Keadilan telah menempatkan tujuh kadernya sebagai anggota DPR/MPR. Padahal Partai Keadilan (PK) tidak memiliki tokoh popular dan nota benenya jauh dari hangar-bingar politik sebelumnya.66

Dari segi kelahirannya latar belakang sejarah Partai Keadilan (PK) tidak lepas dari kondisi riil sejarah umat Islam pada umumnya, dan lahirnya gerakan Tarbiyah di kampus-kampus pada khususnya. Refresitas Orde Baru tidak bisa mematikan perkembangan Islam dikalangan muda Islam.

Berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa dikatakan berbeda dengan partai lainnya baik partai yang berbasis Idiologis maupun yang non Idiologis. Kelahiran Partai Keadilan (PK) berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi yang membuka kran kebebasan untuk berekspresi diantaranya mendirikan partai politik. Persoalan mendirikan partai adalah agenda yang hangat dibicarakan sebagian mengatakan perlu mendirikan partai politik dan sebagian menyatakan tidak perlu.67

Tumbangnya Soeharto, membuka babak baru kehidupan politik di Indonesia. Makin banyak yang meyakini, lengsernya Soeharto dari kekuasaan orde baru, bukan berarti hilangnya pengaruh Rezim Diktator tersebut, melainkan

65

DR Mardani, Wawancara Pribadi (Jakarta : 24 Juni 2009) 66

DPP PKS, Sekilas Partai Keadilan, (Jakarta, 1998), cet. Ke- 1, h. 16 67

Nanang Burhanudin, Menegakkan Syari’at Islam Menurut PK, (Jakarta : Pustaka Al-Jannah, 2004), cet. Ke- 1, h. 24

para pendukung setia masih duduk di pusat-pusat strategis kekuasaan. Disisi lain kehidupan masyarakat diliputi euphoria. Lebih dari seratus partai politik baru berdiri untuk menyongsong pemilu yang akan diadakan oleh Presiden Habibie, yang mengganti Soeharto. Berbagai kekuatan politik dengan berbagai Idiologi bermunculan secara terang-terangan termasuk sejumlah organisasi yang dimasa Soeharto merupakan kategori terlarang dan menjadi musuh Negara.68

Melalui survey yang disebarkan pada aktifis gerakan dakwah sebanyak 6000 orang / responden, sebanyak 5800 pertanyaan kembali. Dan 5800 responden 36% menginginkan untuk mendirikan partai politik. Dan 27% menginginkan sisanya mendirikan organisasi masyarakat, dan sisanya menginginkan mempertahankan habitat semula yaitu dalam bentuk Yayasan, LSM, Kampus, Pesantren dan lembaga lainnya. Berangkat dari temuan ini maka berkumpullah sejumlah 52 aktifis untuk membicarakan hasil poling tersebut. Dalam musyawarah ini muncul berbagai macam interprestasi terhadap temuan di atas. Terjadi dinamika yang cukup hangat, namun pada akhirnya musyawarah memutuskan untuk membuat partai politik.69 Sehingga, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1998, gerakan dakwah ini melakukan langkah yang lebih berani untuk memunculkan dirinya kehadapan publik, dengan mengumumkan secara legal formal sebagai kekuatan politik yang bernama Partai Keadilan (PK).70

Dalam deklarasi Partai Keadilan (PK) 9 Agustus 1998, Hidayat Nurwahid sebagai ketua pendiri membacakan pernyataan, yang dikenal piagam deklarasi, bahwa : “Partai Keadilan (PK) didirikan bukan atas inisiatif seseorang

68

Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Idiologi dan Praksis Politik Kuam Muda Muslim Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Teraju, 2004), h. 151

69

Suhud Alyudin, Lokomotif Reformasi Bernama Partai Keadilan, Saksi, V, 14 (April, 2003), h. 14

70

Ali Said Danamik, Fenomena Partai Keadilan, Transpormasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, (Jakarta : Teraju, 2002), cet. Ke- 1, h. 19

atau beberapa orang aktifis-aktifisnya, namun merupakan perwujudan dari kesepakatan yang diambil dari musyawarah yang aspiratif dan demokratis. Sebuah suvey yang melingkupi cakupan luas dari para aktifis dakwah, terutama yang tersebar di masjid-masjid kampus di Indonesia dilakukan beberapa bulan sebelumya untuk melihat respon umum dari kondisi politik yang berkembang di Indonesia. Survey ini menunjukan bahwa sebagian besar mereka menyatakan bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk meneguhkan aktifitas dakwah dalam bentuk kepartaian dalam konteks formalitas politik yang ada sekarang. Survey ini mencerminkan tumbuhnya kesamaan sikap dikalangan sebagian aktifis dakwah yang dapat menjadi pola dinamis bagi pengendalian partai dikemudian hari. Terbukti setelah Partai Keadilan (PK) mendirikan sebuah partai diputuskan, maka kesatuan sikap secara menyeluruh menjadi kenyataan.”71

Semenjak itu, mulailah publik mengenal secara jelas siapa sebenarnya gerakan, yang dalam kurun lebih dari satu darsa warsa itu membuat fenomena tersendiri. Apalagi setelah partai ini tampil mengesankan sebagai partai yang termasuk partai the big seven partai pemenang pemilu 1999, dan berhasil menempatkan tujuh kadernya diperlemen serta membuat dercak kagum masyarakat dengan aksi-aksi simpatik.namun, karena terganjal aturan electoral threshold (ketentuan batas minimum perolehan suara) 2 %, sesuai ketentuan undang-undang pemilu no. 12 tahun 2003, Partai Keadilan (PK) merubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera). Seharusnya nama PK masih bisa dipertahankan, asal PK bisa mengajak beberapa partai Islam kecil di DPR bergabung di bawah benderannya. Namun cara ini tidak ditempuh pengurus PK, mungkin karena khawatir kursi partai potensial bagi timbulnya konplik internal di

71

masa datang. PK lebih memilih jalan panjang dengan mengganti partai untuk menembus persyaratan pemilu. Untuk itu PK Sejahtera harus mendaftarkan diri kembali dan siap di perifikasi oleh departemen kehakiman maupun komisi pemilihan umum sesuai undang-undang partai politik no. 31 tahun 2002 dan undang-undang pemilu no. 12 tahun 2003, misalnya PK Sejahtera harus memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di dua pertiga dari jumlah propinsi, kabupaten dan kota. PK Sejahtera juga harus memiliki sekurang-kurangnya 1000 atau 1 / 1000 dari jumlah penduduk dari setiap kepengurusan, serta mempunyai konsep tetap di kabupaten dan kota tersebut.

Adapun dengan berubah PK menjadi PK Sejahtera bukan berarti PK sebagai partai telah tiada, karena platform partai, jiwa, raga, keanggotaan, kepemimpinan, manajemen, dan bahkan prilaku warga partai tetap hidup dalam PK Sejahtera. Hal ini terbukti bahwa partai yang dideklarasikan pada tanggal 20 April 2003 di kawasan silang Monas Jakarta Pusat tetap dapat mempertahankan rengkingnya sebagai the big seven pada pemilu 2004 yang menempatkan 45 kadernya di departemen.

Bagi kalangan aktifis PK Sejahtera mendirikan partai politik sama dan sebangun maknanya dengan upaya memasuki dimensi politik sebagai bagian dari dakwah Islamiah. Tujuan lahir dari semua ini adalah aktualitas universalitas Islam dalam rangka menunjukan keseimbangan hidup manusia dan masyarakat dalam berbagi dimensinya. Partai politik dapat berperan sebagai kekuatan alternative terhadap perjuangan politik kaum muslim dalam mengemban tugas dakwah. Inilah

yang dapat menjelaskan mengapa PK Sejahtera mendeklarasikan diri sebagai partai dakwah.72

Partai (hizb) dakwah dalam pandangan PK Sejahtera adalah manifestasi kejamaahan, dengan seluruh ciri-ciri khasnya, dan dalam solidaritasnya yang bergerak pada orientasi tertentu. Solidaritas disini ditentukan oleh faktor-faktor Ideologi. Oleh sebab itu, wajar jika sebuah partai terdiri dari berbagai orang-orang dari lintas suku , ras, warna kulit, maupun bahasa, namun Ideologinya satu.73

Dalam konteks PK Sejahtera inilah, terdapat penegasan bahwa Islam merupakan kacamata pandang untuk memahami realitas politik maupun untuk membangun strategi-strategi perjuangan politik. PK Sejahtera hendak membuktikan kebenaran sebuah aksioma dalam dunia politik bahwa Islam merupakan agama universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan dengan berbagai dimensinya yang kompleks.

Di prediksi kesadaran politik masyarakat akan terus menguat seiring penguatan ideologis dalam tubuh partai-partai politik, maka PK Sejahtera menetapkan sebuah dasar dalam mengantisipasi kemungkinan menguatnya konflik-konflik Ideologis dikalangan aktifis partai ini, antara lain :

1. Memproyeksikan Islam sebagai sebuah Ideologi umat yang menjadi landasan perjuangan politik menuju masyarakat sejahtera lahir dan batin.

2. Menjadikan Ideologi Islam sebagai ruh perjuangan kebebasan manusia dari penghambaan antar sesama manusia menuju penghambatan hanya keapada Allah SWT. Pembebasan manusia dari pemikiran Ideologi rekaan manusia menuju keadilan Islam, dan mengantarkan manusia kepada kebahagian dan kesenangan hidup.

72

Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Idiologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, h. 186

73

3. Operasionalisasi Ideologi Islam cita-cita politiknya di atas tiga prinsip a. Pertama : Kemenyeluruhan dan pinalitas sistem Islam

b. Kedua : Otoritas syari’ah yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad

c. Ketiga : Kesesuaian aplikasi sistem dan solusi Islam zaman dan tempat.74 Dalam pandangan PK Sejahtera, agama Islam menentukan perlakuan terhadap manusia dan pengakuan terhadap keberadaan serta hal-hal politik dan sosialnya berlandaskan keadilan dan persamaan, sebagai nilai moral yang tercantum dalam syari’at dan mempunyai pengaruh yang nyata pada kedudukan individu dan masyarakat. Islam juga dipandang sebagai sebuah agama penyatu yang lengkap (a religion of complete intecration) dan sebagai jalan hidup (the way of life) yang sempurna, memenuhi seluruh aspek dan institusi keberadaan manusia.75

Dengan demikian Islam dalam konsepsi para aktifis PK Sejahtera adalah “Islam sebagai sistem hidup yang universal, mencakup seluruh kehidupan. Islam adalah Negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, rahmat dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan peradilan, materi dan sumberdaya alam, usaha dan kekayaan, jihad dan dakwah, tentara dan fitrah, aqidah yang lurus dan ibadah yang benar.76

Dokumen terkait