• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ANGKET UN

E. Kegiatan Non-akademik Siswa

E. Kegiatan Non-akademik Siswa

Survei UN 2016 mengukur frekuensi lima kegiatan non-akademik siswa: menonton TV, berkumpul teman, bermain gadget/komputer, membaca, dan berolahraga. Untuk masing-masing kegiatan, responden diberi tiga pilihan jawaban, mulai dari 0-1 jam, 1-3 jam, sampai lebih dari 3 jam per hari. Analisis varians dilakukan untuk membandingkan nilai UN bahasa Indonesia, matematika, dan bahasa Inggris pada masing-masing butir/indikator kegiatan non-akademik siswa.

Tabel 52 Frekuensi siswa melakukan aktivitas-aktivitas non akademik

Aktivitas

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Nilai

145 Hasil analisis varians menunjukkan bahwa frekuensi bermain gadget dan membaca memiliki hubungan linear positif dengan prestasi pada ketiga pelajaran yang ditelaah. Semakin sering siswa bermain gadget dan membaca, semakin baik prestasinya pada UN 2016. Siswa yang membaca lebih dari 3 jam per hari memeroleh nilai lebih tinggi pada UN bahasa Indonesia (sekitar 7 poin), bahasa Inggris (sekitar 10 poin), dan matematika (sekitar 10 poin) dibanding siswa yang jarang membaca. Temuan ini menarik karena menunjukkan bahwa membaca tidak hanya berdampak pada pelajaran bahasa, tapi juga pada matematika.

Mirip dengan hal itu, semakin sering siswa bermain gadget, semakin tinggi nilai UN yang diperoleh. Siswa yang mengaku bermain gadget lebih dari 3 jam per hari memeroleh nilai lebih tinggi pada UN bahasa Indonesia (sekitar 7 poin), bahasa Inggris (sekitar 10 poin), dan matematika (sekitar 10 poin) dibanding siswa yang tidak atau jarang menggunakan gadget. Temuan ini perlu ditafsirkan dengan hati-hati. Kemungkinan penjelasan pertama adalah aktivitas bermain gadget memang secara langsung berdampak positif pada prestasi. Hal ini masuk akal jika penggunaan gadget di sini mencakup aktivitas-aktivitas yang terkait dengan literasi (misalnya, mengakses bacaan online, menulis blog, dll.). Penjelasan alternatifnya adalah frekuensi menggunakan gadget lebih mencerminkan kemampuan sosial-ekonomi keluarga. Dalam interpretasi ini, aktivitas bermain gadget itu sendiri belum tentu memiliki dampak langsung pada prestasi.

Di luar membaca dan bermain gadget, frekuensi menonton TV, berkumpul dengan teman, dan berolahraga juga terkait dengan prestasi ketiga pelajaran yang dikaji namun secara negatif. Frekuensi menonton TV terkait secara negatif dengan prestasi pada UN matematika. Secara rata-rata, siswa yang mengaku jarang menonton TV memeroleh nilai UN matematika sedikit lebih tinggi (sekitar 2-3 poin) daripada mereka yang menonton TV lebih dari 1 jam per hari. Untuk aktivitas berkumpul dengan teman di luar sekolah, yang merugikan adalah apabila hal itu dilakukan secara berlebihan. Siswa yang mengaku berkumpul dengan teman lebih dari 3 jam per hari memeroleh nilai yang sedikit lebih rendah pada UN bahasa Indonesia (sekitar 2 poin) dan matematika (sekitar 4 poin). Mirip dengan hal itu, frekuensi olahraga yang terlalu tinggi juga merugikan. Siswa yang mengaku berolahraga lebih dari 3 jam sehari mendapat nilai paling rendah pada pelajaran bahasa Indonesia (sekitar 7 poin), bahasa Inggris (sekitar 6 poin), maupun matematika (sekitar 7 poin).

Secara keseluruhan, aktivitas membaca dan bermain gadget terkait secara positif dengan nilai UN. Sebaliknya, menonton TV, berkumpul dengan teman, dan olahraga jika dilakukan secara berlebihan.

146 Rekomendasi

Terkait status sosial-ekonomi (SES) keluarga, beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:

 Penilaian kinerja guru dan sekolah seyogyanya memerhatikan tingkat SES keluarga yang dilayani oleh tiap sekolah/madrasah. Mengingat kuatnya peran latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua terhadap nilai UN siswa, sekolah/madrasah yang melayani siswa dari keluarga dengan tingkat sosial-ekonomi rendah memiliki tugas yang lebih berat dalam mencapai tingkat kompetensi lulusan yang sama.

 Dalam rangka memberikan target kinerja yang lebih adil, pemerintah perlu melakukan pemetaan tingkat SES orang tua secara lebih komprehensif (tidak hanya mencakup tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua). Untuk itu, diperlukan penelitian untuk merumuskan indeks SES sekolah/madrasah. Metode penelitian yang digunakan dapat diadaptasi dari kegiatan serupa yang sudah pernah dilakukan oleh lembaga-lembaga survei internasional.

 Pemerintah melalui sekolah/madrasah sebaiknya mengambil peran lebih besar dalam peningkatan kemampuan orangtua sebagai pendamping tumbuh kembang anak. Hal ini penting dilakukan untuk orangtua yang memiliki tingkat pendidikan rendah (terutama SD).

 Pemerintah dapat melakukan kampanye publik untuk mengoreksi pemahaman keliru bahwa yang lebih perlu berpendidikan tinggi hanyalah ayah. Temuan analisis ini justru menunjukkan pentingnya peran ibu dibanding ayah dalam prestasi belajar siswa SMA/MA/SMK.

Terkait iklim keluarga dan keterlibatan orangtua dalam aktivitas anak di luar sekolah/madrasah, rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

 Peran orangtua yang terbukti paling bermanfaat untuk prestasi belajar anak adalah menciptakan dan menjaga kehangatan keluarga. Iklim positif keluarga jauh lebih positif dampaknya dibandingkan keterlibatan langsung orangtua dalam tugas-tugas akademik anaknya (seperti mengawasi dan membantu pengerjaan PR). Satu-satunya bentuk keterlibatan yang positif adalah berdiskusi tentang bacaan yang bukan terkait langsung dengan pelajaran sekolah/madrasah. Dengan demikian, program pelatihan yang lebih perlu dikembangkan bagi orangtua adalah merawat dan memerbaiki kualitas hubungan anggota keluarga secara mendasar (bukan pelatihan yang sempit pada pembelajaran akademik).

147

 Temuan bahwa frekuensi membaca dan penggunaan tablet/gadget menunjukkan pentingnya aktivitas literasi yang tidak secara sempit terkait dengan tugas sekolah/madrasah. Dalam hal ini, pemerintah perlu mendukung program-program (seperti perpustakaan komunitas dan perpustakaan kelas) yang membuka akses siswa pada dunia buku dan aktivitas literasi. Mengenai kaitan antara frekuensi penggunaan tablet, laptop, dan gadget digital dengan prestasi akademik, perlu penyikapan bijak yang berpijak pada penelitian lebih lanjut agar dapat memberi rekomendasi yang lebih tepat mengenai cara penggunaannya.

148

PENUTUP

5

149 Pemetaan mutu pendidikan mutlak diperlukan untuk mengetahui capaian, kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh sistem pendidikan. Pemetaan tersebut meliputi peta input, proses, serta output. Ujian nasional adalah salah satu alat pemetaan output dari sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia. UN memiliki kelebihan sebagai alat pemetaan karena bersifat sensus sehingga seluruh populasi siswa dan satuan pendidikan terpetakan. Oleh karena itu sangat penting upaya peningkatan metodologi pengumpulan data melalui UN. Mengingat kualitas output merupakan cerminan dari kualitas input dan proses, pengumpulan informasi mengenai variabel input dan proses dalam bentuk survei pendamping harus terus dilakukan. Informasi tersebut digali dari siswa, kepala sekolah, guru, dinas, maupun orangtua. Hal ini penting untuk menjaring informasi yang komprehensif sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat berdasarkan formulasi input, proses, serta output.

Alat ukur yang baik selalu memiliki 2 karakter: valid dan reliable. Diversifikasi soal-soal UN perlu terus ditingkatkan. Sehingga nantinya soal-soal UN merupakan soal yang menuntut higher order thinking skills. Jumlah soal-soal yang menguji level kognitif applying serta reasoning perlu diperbanyak. Jenis-jenis soal yang mengedepankan logika berfikir serta cara kerja memecahkan masalah ditingkatkan porsinya dibandingkan soal-soal yang mengukur hafalan dan keterampilan berhitung.

UN sebagai pemetaan mutu yang dilakukan secara sensus dengan lokasi penyelenggaraan yang tersebar di berbagai wilayah dengan beragam kondisi geografis, membutuhkan penyelenggaran dengan aspek perencanaan, pengadaan, implementasi yang kokoh dan terkendali. Prosedur operasional untuk ketiga aspek tersebut harus mampu menjabarkan dengan detail mengenai jenis pekerjaan, volume pekerjaan, pihak yang bertanggung jawab, batas waktu, tempat pelaksanaan, hingga kriteria output yang diharapkan. Tentunya setiap aspek juga harus didukung oleh anggaran yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jumlah.

Selanjutnya jika perencaan, pengadaan, dan implementasi telah terselenggara dengan baik dan memperhatikan metodologi yang baik pula, diharapkan diperoleh data yang berkualias. Namun data yang valid dan reliable tidak akan bermanfaat jika tidak dilakukan analisis serta pelaporan dari hasil analisis tersebut. Oleh karena itu direkomendasikan peningkatan kualitas analisis data ujian nasional serta pelaporan hasil.

Mengingat logistik pengadaan,pendistribusian,dan pengamanan bahan UN sangat rumit, beresiko tinggi, dan memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar, saat ini telah diselenggarakan UN berbasis komputer (UNBK). Diharapkan ke depan penyelanggaraan UN berbasis teknologi informasi dapat mengefisiensikan waktu, biaya, dan tenaga yg dibutuhkan untuk penyelenggaraan UN. UN online juga memungkinkan pengembangan soal-soal yg lebih berkualitas tidak sebatas pilihan ganda. Teknologi informasi memungkinkan otomatisasi penskoran soal-soal constructed response serta pelaporan hasil yang cepat dan obyektif. Pada abad 21 ini, digital and information literacy menjadi kebutuhan dasar manusia untuk dapat bersaing dalam kehidupan modern. Melalui UNBK diharapkan penggunaan teknologi informasi lebih dimaksimalkan, mulai dari pembelajaran, manajemen sekolah, sampai sistem penilaian, sehingga membangun kompetensi dan daya saing siswa.

UN adalah cerminan hasil pendidikan; baik sistem pendidikan secara nasional, regional, di satuan pendidikan, hingga dukungan keluarga terhadap pendidikan. Sebagaimana halnya orang yang bercermin untuk merapihkan diri dan memperbaiki penampilan dari bayangan yang terpantul di cermin, maka hasil UN hendaknya dijadikan pula sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan mutu.

Semakin akurat hasil cerminan tersebut, semakin banyak aspek yang dapat diperbaiki. Kredibilitas dan

150 mutu asesmen pendidikan nasional melalui UN harus terus ditingkatkan dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

151

152