• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREN CAPAIAN PRESTASI SISWA BERDASARKAN HASIL UN

Salah satu manfaat hasil ujian nasional adalah digunakan untuk memotret kemampuan siswa individu, kemampuan siswa antar sekolah/madrasah, kemampuan siswa antar daerah, dan kemampuan siswa antar waktu. Istilah untuk melihat perkembangan kemampuan siswa antar tahun sering disebut dengan tren. Dengan tren ini, masyarakat dapat mengetahui perkembangan kemampuan siswa dari tahun ke tahun, sebagai bahan refleksi kebijakan. Berdasarkan pola respons siswa, dapat diketahui dapat diketahui perkembangan kemampuan siswa, untuk mengestimasi kemampuan siswa.

Pada realitasnya, ujian nasional tiap tahun menggunakan soal-soal dalam paket yang berbeda.

Dari soal-soal paket yang berbeda ini, meskipun soal dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang sama, namun tingkat kesulitan butir soal secara empiris dapat memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.

Demikian pula antar wilayah provinsi dan antar tahun. Pelaksanaan UN menggunakan paket-paket soal yang berbeda, dan secara empiris butir-butir soal memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda antar wilayah dan antar tahun, diperlukan analisis statistik pengukuran untuk menjadikan kemampuan siswa yang diukur dengan paket-paket soal yang berbeda, antar daerah, dan antar provinsi berada dalam skala yang sama. Analisis statistik ini disebut dengan analisis penyetaraan.

Ada dua jenis analisis penyetaraan, yakni penyetaraan dengan butir bersama (equating) dan penyetaraan tanpa butir bersama (concordance). Penyetaraan dengan butir bersama ini digunakan jika antar perangkat soal mengukur konten yang sama dan ada butir bersama antar paket (anchor item).

RESUME

Hasil analisis deskriptif perbandingan nilai rerata UN SMP antara tahun 2015 dan 2016 menunjukkan fakta bahwa rerata UN 2016 mengalami penurunan untuk semua mata pelajaran dan pada seluruh satuan pendidikan. Fakta tersebut merupakan hasil analisis deskriptif tanpa melihat realitas bahwa ujian nasional tiap tahun menggunakan soal-soal dari paket yang berbeda. Setelah dilakukan analisis penyetaraan, diperoleh fakta baru bahwa capaian hasil UN 2016 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia justru paling tinggi dibanding hasil UN 3 tahun sebelumnya, capaian hasil UN Matematika cenderung stabil selama tiga tahun terakhir, dan capaian hasil UN IPA mengalami fluktuasi, yakni peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014 kemudian mengalami penurunan pada 2015 dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2016. Mata pelajaran yang menunjukan trend yang sama antara hasil analisis deskriptif dengan hasil analisis penyetaraan adalah Bahasa Inggris yang mengalami penurunan nilai rerata UN 2016 jika dibandingkan dengan nilai rerata UN 2016.

52 Penyetaraan tanpa butir bersama dilakukan jika antar perangkat mengukur konten yang sama, dan tidak diperlukan adanya butir bersama. Pada kasus perangkat ujian nasional antar tahun, mulai 2013 sampai 2016 mengukur konten yang sama, yang merupakan irisan antara kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kurikulum 2013. Butir bersama ada di perangkat tahun 2013 dengan 2015, dan juga pada perangkat tahun 2014 dengan 2016. Untuk tahun 2013 dengan 2014 tidak ada butir bersama, dan tahun 2015 dan 2016 juga tidak ada butir bersama. Desain penyetaraan yang paling cocok untuk kasus ujian nasional ini, terlebih menggunakan data yang sangat besar adalah penyetaraan tanpa butir bersama (concordance).

Analisis penyetaraan tanpa butir bersama dilakukan menggunakan pola respons siswa. Langkah yang dilakukan untuk melakukan analisis ini adalah: (a) membuat klasifikasi data berdasarkan paket soal, untuk mengestimasi parameter kemampuan dan parameter butir soal untuk semua siswa yang mengerjakan paket itu, (b) menyusun persamaan penyetaraan dan menggunakan persamaan penyetaraan untuk mengestimasi kemampuan menjadi skala yang sama, (c) mengestimasi rerata antar paket, antar wilayah, dan antar tahun, serta menggambar grafik untuk melihat tren perkembangan kemampuan siswa.

Pada studi ini dideskripsikan tren atau pola capaian prestasi siswa SMP pada ujian nasional, pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, dan IPA, untuk tahun 2013, 2014, 2015, dan 2016. Pelaksanaan ujian nasional tahun 2013 dan tahun 2014 menggunakan 20 paket soal untuk tiap mata pelajaran di setiap provinsi. Pada tahun 2014 dan tahun 2015, ujian nasional menggunakan 4 paket di tiap provinsi. Kemampuan siswa diestimasi dahulu dengan pendekatan teori respons butir.

Pada pendekatan teori respons butir, hubungan antara probabilitas menjawab benar dan kemampuan siswa dimodelkan dengan melibatkan daya pembeda, tingkat kesulitan, dan parameter tebakan semu, dalam model logistik 3 parameter (3PL). Disebut model 3 parameter karena ada parameter tingkat kesulitan (b), daya pembeda (a), dan parameter tebakan semu (pseudo guessing) (c).

Karena butir-butir UN dikembangkan dengan kisi-kisi yang ditulis berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) tahun 2013, persamaan concordance antar paket, antar daerah, dan antar tahun menggunakan target parameter butir ujian nasional 2013 untuk setiap mata pelajaran, baik antar paket dari satu provinsi, antar provinsi, dan antar tahun. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan yang dihasilkan, diestimasi kemampuan antar paket, antar provinsi, dan antar tahun sehingga berada di skala yang sama. Hasil analisis kemudian dihitung reratanya, kemudian dibuat tabulasi dan grafik untuk melihat tren capaian prestasi siswa. Hasil untuk tiap mata pelajaran disajikan sebagai berikut.

53 Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Bahasa Indonesia

Rerata capaian prestasi siswa untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia selama empat tahun memiliki nilai yang tidak jauh berbeda yakni sekitar 50. Tahun 2013 rerata prestasi siswa sebesar 49,99999524, tahun 2014 sebesar 49,99999974, tahun 2015 sebesar 49,99999954 dan tahun 2016 sebesar 50,00000114. Apabila hasil rerata tersebut tidak dibulatkan, menunjukan bahwa tahun 2016 menghasilkan capaian prestasi lebih tinggi dibandingkan tahun 2013, 2014 dan 2015. Rerata capaian paling rendah yakni pada tahun 2013. Perkembangan capaian prestasi Bahasa Indonesia antar tahun lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 18, di bawah ini:

Gambar 17 Tren Perkembangan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Hasil UN 2013-2016

Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Bahasa Inggris

Mata pelajaran Bahasa Inggris, rerata capaian prestasi siswa tahun 2013 sebesar 50,00000049, tahun 2014 sebesar 50,0000001, tahun 2015 sebesar 50,00000581 dan tahun 2016 sebesar 50,0000022.

Hasil ini menunjukan bahwa dari tahun 2013 ke tahun 2014 memiliki peningkatan capaian prestasi.

Rerata capaian prestasi tertinggi pada tahun 2015, sedangkan terendah tahun 2014. Untuk lebih jelasnya, perkembangan capaian prestasi Bahasa Inggris dapat dilihat pada gambar 19.

54

Gambar 18 Tren Perkembangan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Berdasarkan Hasil UN 2013-2016

Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Pelajaran Matematika

Untuk mata pelajaran matematika, rerata capaian prestasi siswa 2013 sebesar 50,79, tahun 2014 sebesar 49,99, tahun 2015 sebesar 50,00, dan tahun 2016 sebesar 50,06. Hasil ini menunjukkan bahwa capaian prestasi siswa mata pelajaran matematika tahun 2013 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014, 2015, dan 2016, sedangkan tiga tahun terakhir tetap. Dengan kata lain, capaian hasil belajar matematika berdasarkan ujian nasional selama 3 tahun terakhir, diperoleh hasil yang stabil.

Hasil selengkapnya disajikan pada Gambar 20.

Gambar 19 Tren Perkembangan Kemampuan Matematika Siswa Berdasarkan Hasil UN 2013-2016 45

46 47 48 49 50 51 52

2013 2014 2015 2016