• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Capaian Rerata Nilai UN SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013

HASIL UJIAN NASIONAL SMK 2016

BAHASA INGGRIS

G. Perbandingan Capaian Rerata Nilai UN SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013

Peserta UN SMK tahun 2016 juga terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sekolah yang melaksanakan Kurikukum 2006 dan kelompok sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013. Pada suatu provinsi, secara bersamaan terdapat sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

Sehubungan dengan itu, dilakukan analisis untuk melihat perbedaan capaian nilai UN antara kedua karakteristik peserta tersebut.

Gambar 63 menunjukkan tidak terdapat perbedaan dalam capaian rerata nilai UN SMK bagi sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2006 dan sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013. Walaupun demikian, sebanyak 17 provinsi yang sekolahnya menggunakan Kurikulum 2013 memiliki rerata nilai UN lebih tinggi daripada sekolah yang menggunakan Kurikulum 2006. Ini terjadi di Provinsi DKI Jakarta skor 68,47), D.I. Yogyakarta (skor 65,48), Bali (skor 62,70), dan Jawa Tengah (skor 61,52). Sebaliknya, ada 17 provinsi yang sekolahnya menggunakan Kurikulum 2006 memiliki rerata nilai UN lebih tinggi daripada

107 sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013. Ini terjadi pada Provinsi Sumatera Utara (skor 66,28), Papua Barat (skor 60,48), dan Riau (skor 59,71).

Gambar 62 Perbandingan Capaian Rerata UN SMK Menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013

Perbandingan Capaian Rerata nilai UN SMK Tahun 2015 dan 2016

Capaian rerata nilai UN SMK tahun 2016 lebih rendah daripada tahun 2015, baik berdasarkan status satuan pendidikan maupun menurut mata pelajaran yang diujikan. Rerata nilai UN tahun 2015 yaitu 71,41 dan tahun 2016 menurun menjadi 57,38. Pada tahun 2016, rerata nilai UN SMK negeri dan SMK swasta tidak berhasil mencapai skor 55,01 untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.

Hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mampu dikerjakan peserta UN dengan nilai cukup baik.

Pada tahun 2015, capaian rerata nilai UN SMK negeri dan SMK swasta melampaui batas skor minimal (55,01) untuk semua mata pelajaran yang diujikan (Gambar 64). Untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris, rerata nilai yang dicapai termasuk dalam kategori “cukup baik”, dan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia termasuk dalam kategori “baik”. Adapun untuk mata pelajaran Teori Kejuruan, capaian rerata nilai UN tahun 2015 dan 2016 masuk kategori “baik”.

108

Gambar 63 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN Tahun 2015 dan 2016

Selanjutnya, perbandingan capaian rerata nilai UN SMK pada tahun 2016 dan tahun 2015 dianalisis dengan fokus pada data SMK dengan IIUN tinggi. Grafik pada gambar 65 mengalami pergeseran yang menarik, yaitu distribusi data hasil UN mendekati sama antara rerata nilai UN pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini terjadi karena rerata nilai UN SMK tahun 2015 terkoreksi yaitu menurun tajam skornya untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan rerata nilai UN SMK tahun 2016 hanya relatif kecil pengurangan skornya.

Pada tahun 2015, capaian rerata nilai UN SMK berkurang tajam setelah difokuskan pada data kategori IIUN tinggi, dari skor 71,41 menjadi 56,94 atau menurun sebesar 14,53. Sementara itu, pada tahun 2016 capaian rerata nilai UN SMK berkurang tidak begitu besar skornya setelah difokuskan pada data kategori IIUN tinggi, dari skor 57,38 menjadi 56,94 atau menurun sebesar 2,7. Dengan kata lain, analisis perbandingan dengan menggunakan Indeks Integritas UN nampaknya mampu mengungkapkan kondisi sesungguhnya prestasi akademik peserta UN SMK dengan mengkaji data yang lebih kredibel yaitu data IIUN tinggi.

Gambar 64 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN SMK Tahun 2015 dan 2016 dengan IIUN Tinggi

72.89 76.62 73.8 63.9 62.9 64.2667.85 69.55 67.62 51.48 51.76 51.38

64.05 67.36 63.42 39.6 40.53 39.27

80.85 81.82 81.34 74.55 73.93 74.7771.41 73.84 71.54 57.38 57.28 57.42

0

BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS MATEMATIKA

61.24 69.23 63.51 62.65 60.17 63.29

48.89 56.29 50.19 47.52 46.87 47.69

39.62 50.16 41.52 34.22 34.32 34.19

77.99 80.88 78.88 74.33 73.7 74.5

56.94 64.14 58.53 54.68 53.76 54.92

0

BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS MATEMATIKA

KEJURUAN TOTAL Nilai Batas 55,00

109 H. Perbandingan Capaian Rerata Nilai UN SMK yang Mengikuti (UNKP) Kategori IIUN Tinggi dengan

UNBK

Pada tahun 2016 terdapat sebanyak 1.266.364 siswa SMK yang mengikuti UN. Dari jumlah peserta tersebut sebanyak 232.369 peserta (18,35%) mengikuti UNBK dan sisanya mengikuti UNKP.

Adapun jumlah SMK yang mengikuti UNBK mencapai 2.081 sekolah (17,46%) dari total 11.918 SMK.

Sekolah yang mengikuti UNBK harus memenuhi persyaratan kelayakan, seperti kecukupan personal computer dan sarana/prasarana pendukung lainnya maupun aspek kesiapan pengelolaannya. Berikut ini disajikan perbedaan capaian hasil UN antara SMK yang mengikuti UNBK dengan SMK yang mengikuti UNKP (khususnya pada SMK dengan kategori IIUN tinggi).

Gambar 65 Perbandingan Capaian Rerata nilai UNKP Kategori IIUN Tinggi dengan UNBK

Gambar 66 memperlihatkan grafik antara capaian rerata nilai UN SMK yang mengikuti UNKP kategori IIUN tinggi dengan SMK yang mengikuti UNBK. Secara nasional, capaian rerata UN SMK yang melaksanakan UNBK lebih tinggi daripada capaian hasil UN SMK UNPK kategori IIUN tinggi. Masing-masing mencapai rerata nilai UN 57,00 berbanding 54,68. Namun terdapat 8 provinsi yang memiliki capaian rerata nilai UN lebih tinggi pada SMK yang mengikuti UNPK kategori IIUN tinggi dibandingkan dengan SMK yang mengikuti UNBK. Salah satu provinsi yang memiliki selisih perbedaan rerata nilai UN tertinggi terdapat di Papua Barat dengan capaian rerata nilai UN 55,19 untuk SMK yang mengikuti UNPK IIUN tinggi dan rerata nilai UN 50,92 untuk SMK yang mengikuti UNBK. Sebaliknya, pada sebagian besar provinsi, SMK yang menyelenggarakan ujian melalui UNBK ternyata memperoleh hasil UN yang lebih tinggi daripada SMK yang mengikuti UN secara tertulis dengan kategori IIUN tinggi.

110 Bila diamati capaian hasil UN antar provinsi, perbedaan skor yang cukup besar terdapat di Jakarta. Capaian rerata nilai UN SMK di Jakarta yang mengikuti ujian melalui UNBK (skor 63,70) lebih tinggi skornya sebesar 6,05 daripada nilai yang dicapai SMK yang ujian melalui UNKP IIUN tinggi (skor 57,65). Selisih capaian rerata nilai UN yang tinggi di antara SMK yang menjalankan ujian dengan metode berbeda ini juga ditemui di provinsi Kalimantan Utara (selisih skor 5,85), Maluku (selisih skor 5,74), Jawa tengah (selisih skor 4,30), dan Bali (selisih skor 4,16). Dengan kata lain, pada umumnya peserta UN SMK di berbagai provinsi yang mengikuti UNBK lebih tinggi capaian rerata nilai ujiannya dibandingkan dengan SMK yang mengikuti UNKP kategori IIUN tinggi. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya SMK yang berpartisipasi dalam UNBK yaitu SMK yang telah memenuhi persyaratan tertentu oleh penyelenggara UN pusat dan kebanyakan mereka adalah SMK terbaik di wilayahnya.

15 Kejuruan Terbesar di SMK

Tabel 36 Jumlah Peserta UN SMK Menurut Kejuruan

No. Kejuruan Peserta (%) Kumulatif (%)

1 Teknik Otomotif Kendaraan Ringan 190.584 15,2 15,2

2 Teknik Komputer dan Jaringan 167.731 13,4 28,6

3 Akuntansi 140.995 11,3 39,9

4 Administrasi Perkantoran 131.100 10,5 50,3

5 Multimedia 64.080 5,1 55,4

6 Teknik Otomotif Sepeda Motor 62.811 5,0 60,5

7 Pemasaran 60.934 4,9 65,3

8 Teknik Permesinan 47.523 3,8 69,1

9 Rekayasa Perangkat Lunak 33.540 2,7 71,8

10 Akomodasi Perhotelan 31.479 2,5 74,3

11 Keperawatan 28.086 2,2 76,5

12 Farmasi 25.005 2,0 78,5

13 Jasa Boga 18.884 1,5 80,1

14 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 17.088 1,4 81,4

15 Teknik Audio Video 16.647 1,3 82,7

16 Lainnya 216.168 17,3 100,0

Total 1.252.655 100,0

111 Ujian Nasional SMK tahun 2016 diikuti oleh 1.252.655 peserta yang berasal dari 11.918 SMK baik negeri maupun swasta. Berbeda dengan dengan SMA yang hanya memiliki 3 program studi (IPA, IPS dan Bahasa), SMK memiliki 164 program yang terbagi dalam 3 kelompok kejuruan. Ketiga kelompok kejuruan tersebut yaitu: 1) Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian; 2) Pariwisata, Seni dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtanggaan, Pekerjaan Sosial, dan Administrasi Perkantoran; dan 3) Akuntansi dan Penjualan.

Berdasarkan data peserta UN, empat kejuruan yang paling diminati siswa adalah Teknik Otomotif Kendaraan Ringan (15,21%), Teknik Komputer dan Jaringan (13,39%), Administrasi Perkantoran (11,26%), dan Akuntansi (10,67%). Jika digabungkan, jumlah peserta keempat kejuruan mencapai 630.410 atau lebih dari separuh dari seluruh peserta UN SMK. Sedangkan separuh peserta ujian lainnya tersebar dalam 160 kejuruan di mana setiap kejuruan mempunyai proporsi peserta yang tidak lebih dari 1,00%. Minat siswa terhadap 4 kejuruan tersebut tidak lepas dari tren lapangan kerja yang tersedia saat ini.

Selanjutnya, apabila hanya 15 kejuruan terbesar yang diambil, jumlah peserta UN menjadi 1.036.487 atau 82,7% dari seluruh peserta UN SMK. Sehingga dapat dikatakan 15 kejuruan tersebut cukup representatif terhadap keseluruhan data yang meliputi 129 lebih prodi lain yang peminatnya lebih sedikit. Gambaran ini akan memudahkan fokus pembinaan pada SMK dengan kejuruan yang banyak diminati siswa. Di sisi lain banyaknya kejuruan di SMK meyebabkan variasi soal ujian yang harus disiapkan juga lebih banyak, termasuk sumber daya yang harus disediakan pemerintah.

Dengan pertimbangan tersebut, analisis hasil UN akan difokuskan pada 15 kejuruan terbesar berkriteria IIUN Tinggi. Analisis hasil UN dengan IIUN tinggi akan lebih mencerminkan prestasi siswa yang sesungguhnya. Pembahasan berikutnya adalah siswa yang tidak memenuhi standar kompetensi (siswa yang mendapat nilai “Kurang”), khususnya untuk ketiga mata pelajaran yang diujikan dalam UN SMK 2016.

112

Gambar 66 Proporsi Peserta UN SMK Seluruh Kejuruan

Hasil ujian nasional SMK seluruh kejuruan menunjukkan bahwa: 1) Bahasa Indonesia perolehan prestasinya relatif baik karena hanya 19,78% atau seperlima pesertanya yang bernilai kurang, dengan kata lain 80% siswa memenuhi standar; 2) Bahasa Inggris kondisinya lebih buruk karena ada 58,97%

siswa (lebih dari separuh) yang bernilai kurang; 3) Matematika kondisinya sangat memprihatinkan karena 78,67% bernilai kurang, yang artinya siswa yang memenuhi kompetensi berdasarkan UN hanya sebesar 21,33%. Tingginya jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang atau tidak mencapai standar kompetensi untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika mengindikasikan bahwa kualitas lulusan SMK masih rendah. Jadi tidak salah jika ada sinyalemen mengenai banyaknya lulusan SMK yang menganggur dibandingkan lulusan SMA.

Gambar 67 Proporsi Peserta UN SMK Seluruh Kejuruan Menurut Mata Pelajaran yang Diujikan, IIUN Tinggi 78.67

Proporsi Peserta UN - Semua Kejuruan

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Proporsi Peserta UN - Semua Kejuruan- IIUN Tinggi

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

113 Jika yang dipilih hanya peserta UN dari SMK dengan integritasnya tinggi (IIUN diatas 70%), pola urutan nilainya tetap sama: nilai UN yang paling memprihatinkan adalah Matematika dan Bahasa Inggris, dengan proporsi nilai Kurang melebihi 50%. Nilai Kurang pada Bahasa Indonesia pun tidak jauh berbeda (masih dalam kisaran 20%).

Gambar 68 Proporsi Peserta UN SMK 15 Besar Kejuruan Menurut Mata Pelajaran yang Diujikan

Ketika data hanya memuat 15 kejuruan terbesar pun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Untuk Bahasa Indonesia masih dalam kisaran 20%, Bahasa Inggris 59% dan Matematika 79%.

Gambar 69 Proporsi Peserta UN SMK 15 Besar Kejuruan menurut Mata Pelajaran yang Diujikan– IIUN Tinggi 78.58

Proporsi Peserta UN - Kejuruan 15 Besar

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Proporsi Peserta UN - Kejuruan 15 Besar- IIUN Tinggi

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

114 Ketika data hanya memuat 15 kejuruan terbesar dengan IIUN tinggi pun polanya masih sama.

Secara keseluruhan ada peningkatan proporsi nilai kurang, terutama pada Bahasa Inggris (dari 58% ke 63%) dan Matematika (dari 78% ke 83%).

Tingginya proporsi nilai kurang pada UN SMK mungkin disebabkan minat siswa SMK yang berorientasi pelajaran praktik dibandingkan teori (sementara UN adalah tes teori). Kemungkinan lainnya, paket ujian yang disusun tidak sesuai dengan kurikulum yang diberikan, mengingat banyaknya kejuruan di SMK. Akibatnya soal ujian yang disusun tidak mencerminkan kurikulum pada masing-masing kejuruan.

Gambar 70 Proporsi Peserta UN Bahasa Indonesia menurut 15 Besar Kejuruan – IIUN Tinggi

Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, secara keseluruhan, ada 20,01% siswa yang mendapatkan nilai Kurang, 40,86% kategori Cukup, 35,13% kategori Baik, dan 35,13% kategori Sangat Baik. Perolehan nilai masing-masing kejuruan relatif bervariasi, dengan proporsi nilai Kurang paling sedikit ada pada Farmasi (hanya 6,46%). Sementara itu, kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan memiliki proporsi nilai Kurang terbanyak (mencapai 32,16%).

6.46

Bahasa Indonesia - Kejuruan15 Besar IIUN Tinggi

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

115

Gambar 71 Proporsi Peserta UN Bahasa Inggris menurut 15 Besar Kejuruan – IIUN Tinggi

Jika dibandingkan dengan Bahasa Indonesia, proporsi siswa yang mendapatkan niai kurang untuk mata pelajaran Bahasa Inggris jauh lebih banyak. Jika dirata-rata, ada 63,79% atau lebih dari 3 kali lipat siswa yang memperoleh nilai Bahasa Inggris yang Kurang. Kalau dicermati, sebagian besar nilainya di atas separuh bahkan ada yang mendekati 80%. Hanya kejuruan Farmasi yang nilainya di bawah separuh, itu pun jumlahnya masih cukup besar (48,58%).

Kemampuan berbahasa Inggris sangat berguna dalam dunia kerja, apalagi mengingat bahwa Indonesia harus siap bersaing dengan negara lain di tanah airnya sendiri. Dengan hasil seperti ini, wajar saja apabila ada anggapan bahwa lulusan SMK sulit bersaing.

48.58

Bahasa Inggris - Kejuruan 15 Besar IIUN Tinggi

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

116

Gambar 72 Proporsi Peserta UN Matematika menurut 15 Besar Kejuruan

Capaian yang sangat mengkhawatirkan adalah capaian mata pelajaran Matematika, karena secara keseluruhan 83,16% siswa masuk dalam kategori Kurang atau di bawah standar kompetensi yang ditentukan. Dengan kata lain hanya 17% yang memenuhi standar kompetensi kelulusan. Bahkan untuk proporsi terkecil pun (kejuruan Farmasi), jumlah yang masuk dalam kategori kurang proporsinya masih sangat besar yaitu mencapai 69,45%.

Mata pelajaran Matematika merepresentasikan pemikiran yang logis dan pemecahan masalah dengan otak kiri. Walaupun Matematika mungkin tidak berkaitan erat dengan kompetensi yang dituntut oleh kejuruan mereka (misalnya Jasa Boga), namun hasil Matematika ini menimbulkan pertanyaan apakah siswa SMK memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik.

69.45

Matematika - Kejuruan 15 Besar IIUN Tinggi

Kurang Cukup Baik Sangat Baik

117 Siswa dengan Prestasi Rendah

Siswa dengan prestasi rendah adalah siswa dengan capaian UN kategori kurang minimal satu dari tiga mata pelajaran yang diujikan. Siswa dengan prestasi rendah diklasifikasikan dalam 7 kategori, yaitu

1. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika 2. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

3. Bahasa Inggris dan Matematika 4. Bahasa Indonesia dan Matematika 5. Hanya Bahasa Indonesia

6. Hanya Bahasa Inggris 7. Hanya Matematika

Gambar 73 Proporsi Peserta UN dengan Nilai UN Rendah

Dari seluruh peserta UN SMK dengan IIUN tinggi, hanya 12,87% siswa yang memperoleh nilai di atas standar untuk ketiga mata pelajaran. 87,13% siswa setidaknya memperoleh minimal satu pelajaran dengan nilai Kurang. Siswa yang lemah dalam 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika) besarnya mencapai 19,82% atau mendekati seperlima dari seluruh siswa dengan prestasi rendah. Persentase paling besar ada pada jumlah siswa yang lemah dalam Bahasa Inggris dan Matematika sekaligus (mencapai 49,27%). Dapat disimpulkan bahwa hampir setengah siswa SMK lemah

118 dalam Bahasa Inggris dan Matematika. Jika hasil UN Bahasa Inggris dan Matematika dipakai sebagai salah satu tolok ukur standar mutu lulusan SMK, maka hampir separuh lulusan SMK dapat berpotensi berkualitas rendah.

119

ANALISIS INDEKS