• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI SUMBER DAYA ALAM MILIK BERSAMA DAN KEARIFAN LOKAL SUNGAI ALAS

IV.1. Kegiatan Pemanfaatan dan Pemeliharaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pemanfaatan” merujuk pada arti proses usaha atau cara memanfaatkan (dipakai) sehingga menjadikannya berdaya guna, ada manfaat, berfaedah dan berfungsi. Sedangkan “pemeliharaan” adalah proses atau cara (perbuatan menjaga) melestarikan, agar dapat berlangsung lama dan terus menerus. Pada saat ini maupun untuk masa mendatang yang ikut berperan serta memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya, seperti Sungai Alas adalah Sumber Daya Manusia (SDM) Aceh Tenggara itu sendiri dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik saat ini maupun untuk masa mendatang. Tapi pada faktanya beberapa tahun belakangan ini, banyak dari sumber daya milik bersama tersebut (contoh Sungai Alas), tidak dijaga secara bersama juga. Sumber daya tersebut mengalami eksploitasi, untuk mengatasi hal tersebut salah satu diantarnya adalah dengan mengadakan pembatasan dalam pemanfaatan sumber daya melalui peran serta (partisipasi) pemerintah daerah dan masyarakat pendukungnya.

Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 mengenai ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan

pencemarannya, serta mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan tersebut. Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) lingkungan hidup menempati kedudukan yang penting dan strategis. Pembangunan lingkungan hidup mencakup berbagai aspek pembangunan, baik ekonomi, teknologi, sosial maupun budaya, dan sangat erat kaitannya dengan pembangunan berbagai sektor seperti industri, pertanian, kehutanan, pertambangan dan energi, perhubungan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perdagangan, maupun hubungan luar negeri, teknologi, dunia usaha, dan pembangunan daerah. Dengan demikian, pembangunan lingkungan hidup berarti peningkatan mutu dan fungsi lingkungan hidup agar setiap orang dan setiap generasi bangsa Indonesia, khususnya masyrakat Aceh Tenggara dalam hal mengelola dan memanfaatkan sungai Alas memperoleh dukungan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

GBHN 1993 juga memberikan arahan bahwa dalam PJP II pelaksanaan pembangunan tetap bertumpu kepada Trilogi Pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang-bidang lain sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dengan lebih memberi peran kepada rakyat untuk berperan serta aktif dalam pembangunan, dijiwai semangat kekeluargaan, didukung oleh stabilitas nasional yang mantap dan dinamis, melalui pembangunan yang berkelanjutan dengan

memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. GBHN 1993 antara lain memberi petunjuk bahwa pendayagunaan sumber daya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besar kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Tata ruang nasional yang berwawasan nusantara dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien, dan efektif. Selanjutnya GBHN 1993 menegaskan bahwa pembangunan ekonomi yang mengelola kekayaan bumi Indonesia (dalam hal ini Sungai Alas) harus senantiasa memperhatikan bahwa pengelolaan sumber daya alam, di samping untuk memberi kemanfaatan masa kini, juga harus menjamin kehidupan masa depan. Sumber daya alam yang terbarukan harus dikelola sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Oleh karena itu, sumber daya alam harus dijaga agar kemampuannya untuk memperbaharui diri selalu terpelihara. Sumber daya alam yang tidak terbarukan harus digunakan sehemat mungkin dan diusahakan habisnya selama mungkin. Kegiatan di sektor yang mengelola sumber daya alam dari bumi memiliki potensi untuk merusak lingkungan, baik air, tanah maupun udara. Oleh karena itu, harus selalu dijaga agar kegiatan pembangunan di sektor-sektor ini memperhatikan kelestarian.

GBHN 1993 lebih lanjut mengamanatkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ini berarti bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebagai modal dasar pembangunan, kekayaan alam tersebut tidak boleh berkurang bahkan terus bertambah baik mutu maupun jumlahnya. Sebagai modal dasar, kekayaan alam harus mampu membangun modal buatan manusia yang lebih besar lagi untuk pembangunan yang berkelanjutan yang akan memberikan kemakmuran bagi setiap orang dan semua generasi bangsa Indonesia. Dengan demikian, pembangunan lingkungan hidup berkaitan erat dengan pencapaian berbagai sasaran besar pembangunan seperti pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat (pengurangan kesenjangan antarsektor, antardaerah, dan antargolongan masyarakat) serta pemberantasan kemiskinan.

Pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar atau dimensi yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, dimana ketiga pilar tersebut diterapkan secara simultan pada pengelolaan aset berupa sumber daya alam, infrastruktur dan sumber daya manusia. Berdasarkan tiga dimensi yang harus diterapkan secra simultan tersebut menjadikan pembangunan berkelanjutan mencakup isu lintas sektoral, diantaranya mementingkan aspek lingkungan hidup dalam pengambilan keputusan dan perencanaan, perubahan pola konsumsi dan produksi ke arah pola yang berkelanjutan. (Doli D. Siregar, 2004:27)

Kebijaksanaan pembangunan nasional yang juga melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem disebut sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memberi

kemungkinan kepada kelangsungan hidup dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung; memanfaatkan sumber alam sebanyak alam atau teknologi pengelolaan mampu menghasilkannya secara lestari; memberi kesempatan kepada berbagai sektor dan kegiatan untuk berkembang bersama-sama baik di daerah dan kurun waktu yang bersama-sama maupun di daerah dan kurun waktu yang berbeda secara sambung menyambung; memperoleh dukungan masyarakat luas yang berperan serta secara aktif; dan menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan yang beranekaragam, baik masa kini maupun masa yang akan datang.

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup harus selalu berpegang teguh kepada asas-asas pembangunan nasional, terutama asas manfaat; asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; serta asas ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pembangunan lingkungan hidup pada dasarnya bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan sumber alam dan menurunnya kualitas lingkungan serta meningkatkan daya dukung lingkungan sehingga pembangunan nasional yang berkelanjutan dapat dilaksanakan.

Pada umumnya pemanfaatan sungai yang ada di Indonesia secara meluas, pengelolaan sungai dapat dimanfaatkan adalah dengan mengambil fungsi sungai tersebut menjadi fungsi pemanfaatan untuk aliran pertanian, rekreasi (wisata sungai), pembangkit listrik, industri, rumah tangga dan transportasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema di bawah ini:

SUNGAI

Dokumen terkait