• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitiandalam hal ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menyikapi proyeksi kebutuhan kedelai di masa mendatang.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan peningkatan produksi kedelai serta mengurangi impor kedelai.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kedelai

Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Family : Leguminoceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max L. Merril.

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan tanaman pangan turunan kedelai jenis liar Glycine ururiencis berbentuk semak yang tumbuh tegak. Kedelai adalah salah satu contoh tanaman yang berkembang menjadi tanaman kosmopolitan. Tidak ada spesies tanaman yang menyebar begitu luas secera cepat seperti kedelai (Atman, 2014).

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar keberbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai

yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya (Wawan, 2006).

Bagian utama dari tanaman kedelai adalah akar, batang, cabang, daun, bunga, polong, dan biji. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji.

Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun, sebagian besar biji berbentuk bulat telur. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut (Irwan, 2006).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0-600 m dpl (diatas permukaan laut). Derajat pH tanah yang dikehendaki oleh tanaman kedelai adalah berkisar antara 5,8-7,0. Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Intensitas curah hujan yang dibutuhkan adalah 1.200-3.000 mm/tahun, dengan curah hujan ideal sekitar 100-400 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai berkisar antara 21-340C.

Namun, suhu udara optimum untuk pertumbuhan kedelai adalah23-270

Kedelai dipanen setelah umur 75-110 hari dari mulai masa penanaman, tergantung pada varietas yang digunakan dan ketinggian tempat menanam.

Kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipanen pada saat umur C dengan kelembaban 60-70%. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh didaerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Iklim yang kering lebih disukai tanaman kedelai dari pada iklim yang lembab (Umar, 2012).

75-100 hari, sedangkan yang dijadikan untuk benih dipanen pada saat umur 100-110 hari, agar matangnya biji sempurna dan merata (Sudarman,2013).

Di Indonesia terdapat beberapa varietas unggul kedelai yang sedang dikembangkan. Adapun beberapa varietas unggul kedelai yang ada di Indonesia untuk bahan industri pangan disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Ukuran Biji (Per 100 Biji) dan Komposisi Beberapa Varietas/Galur Kedelai

Varietas/Galur Bobot 100 Biji (Gram)

Anjasmoro 14,8-15,3 41,8-42,1 17,2-18,6 2,30

Tampomas 10,9-11 34-41,2 18-19,6 1,90

Sumber: Ginting, dkk (2009)

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa varietas kedelai yang memiliki kadar protein tertinggi sebesar 43,9% dan memiliki potensi tertinggi sebesar 3,40 ton/ha adalah varietas Grobogan. Berdasarkan kelebihan tersebut dapat dijadikan dasar penggunaan kedelai lokal varietas Grobogan sebagai upaya peningkatan kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas yang diupayakan oleh pemerintahguna untuk mengurangi impor kedelai yang kemudian dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tepung kecambah kedelai yang diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi dan produksi.

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Kedelai

Kandungan Gizi Kedelai Basah Kedelai Kering Satuan

Kalori 286,00 331,00 Kalori

Protein 30,20 34,9 Gram

Lemak 15,60 18,10 Gram

Karbohidrat 30,10 34,80 Gram

Kalsium 196,00 227,00 Miligram

Fosfor 506,00 585,00 Miligram

Zat Besi 6,90 8,00 Miligram

Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa seluruh bagian biji kedelai dapat dikonsumsi 100%. Kedelai memiliki kandungan gizi fosfor yang sangat tinggi.Salah satu manfaat fosfor terbesar bagi kesehatan tubuh adalah membantu proses pembentukan tulang dan gigi yang sehat.Kandungan fosfor pada kedelai yaitu 506,00 miligram pada kedelai basah dan 585,00 pada kedelai kering kemudian mengandung kalori sebanyak 286,00 kalori pada kedelai basah dan 331,00 gram pada kedelai keringyang bermanfaat sebagai sumber energi

No

bagi tubuh manusia.

Tabel 2.3. Perbandingan Kadar Protein pada Kedelai dan Beberapa Bahan Makanan Sumber Protein Lainnya

Bahan Makanan Protein (% Berat)

1 Susu Skim Kering 36

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa kedelai mengandung protein tertinggi sebanyak 35% setelah susu skim kering dengan kandungan protein sebanyak 36%. Fungsi protein bagi tubuh

Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara keadaan sehingga akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru. Apabila perbedaan waktu tersebut panjang, maka peran peramalan menjadi penting dan sangat dibutuhkan, yang utama yaitu sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme pada tubuh manusia. Manfaat protein dapat dirasakan ketika kebutuhan protein harian tercukupi melalui makanan sumber protein seperti kedelai.

Hasil penelitian di berbagai bidang kesehatan telah membuktikan bahwa konsumsi produk-produk kedelai berperan penting dalam menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif. Hal tersebut disebabkan adanya zat isoflavon dalam kedelai. Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah (Koswara, 2006).

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Proyeksi (Forecasting)

Menurut Supranto (1989), forecasting dapat digunakan misalnya untuk memperkirakan sesuatu di masa mendatang. Ramalan yang dilakukan umumnya akan berdasarkan pada data yang didapat pada masa lampau yang dianalisis dengan cara-cara tertentu. Ada beberapa cara atau metode, yang banyak dipakai adalah metode kuadrat terkecil (Least Square Method).

terutama dalam penentuan kapan terjadi suatu peristiwa sehingga dapat dipersiapkan tindakantindakan yang diperlukan. Kegunaan dari suatu peramalan dapat dilihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan oleh pertimbangan apa yang akan terjadi saat keputusan tersebut dilakukan. Apabila keputusan yang diambil kurang tepat sebaiknya keputusan tersebut tidak dilaksanakan. Oleh karena masalah pengambilan keputusan merupakan masalah yang dihadapi, maka peramalan juga merupakan masalah yang harus dihadapi, karena peramalan berkaitan erat dengan pengambilan suatu keputusan (Ginting, 2000).

Menurut Sugiarto dan Harijono (2000), banyak keputusan penting yang dilakukan secara pribadi maupun perusahaan mengarah kepada kejadian-kejadian di masa mendatang sehingga memerlukan peramalan tentang keadaan lingkungan masa depan tersebut. Dalam dunia bisnis, gambaran tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen, membuat perencanaan, menciptakan peluang bisnis maupun mengatur pola investasi mereka. Ketepatan hasil peramalan bisnis akan meningkatkan peluang tercapainya investasi yang menguntungkan. Semakin tinggi akurasi yang dicapai peramalan, semakin meningkat pula peran peramalan dalam perusahaan karena hasil dari suatu peramalan dapat memberikan arah bagi perencanaan perusahaan.

Tujuan utama peramalan adalah menjadikan para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan memahami ketidakpastian di masa mendatang. Sehingga ketidakpastian dan resiko yang mungkin muncul dapat dipertimbangkan waktu mereka membuat perencanaan atau keputusan-keputusan yang berorientasi ke masa depan. Dengan melakukan peramlan, para perencana dan pengambil

keputusan akan dapat mempertimbangkan alternatif-alternatif strategi yang lebih luas daripada tanpa peramalan. Dengan demikian berbagai rencana strategi dan aksi dapat dikembangkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa mendatang (Sugiarto dan Harijono, 2000).

Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan peramalan yang akurat dan bermanfaat. Pertama adalah pengumpulan data yang relevan yang berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan yang akurat.

Kedua adalah pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh seoptimal mungkin (Supranto, 1989).

Menurut Djauhari (1986), secara umum metode peramalan dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu:

a. Metode Kualitatif (Subjekstif)

Metode peramalan kualitatif atau subjektif yaitu peramalan yang didasarkan ataspemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman pada masa lalu daripada penggunaan data historis yang dimiliki. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan. Pengambil keputusan beranggapan bahwa intuisinya tentang masalah-masalah tertentu lebih dapat dipercaya dari pada fungsi peramalan matematik.Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam membentuk peramalan intuisi dapat banyak atau sedikittergantung pada orang yang menyusunnya, tetapi semuanya bersifat khusus yaitu individual dan tidak dapat ditiru. Beberapa metode peramalan yang termasuk kelompok metode peramalan kualitatif adalah

metode Delphi, pembuatan skenario, riset (penelitian) pasar dan kelompok-kelompok fokus.

b. Metode Kuantitatif (Objektif)

Metode peramalan kuantitatifatau objektif yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan teknik-teknik dan metode dalam penganalisaan data tersebut. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut.

Dengan peramalan yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda.

Adapun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode-metode tersebut adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, dimana sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin terjadi.Peramalan dengan menggunakan metode kuantitif dapat diterapkan apabila terdapat tiga kondisi berikut:

1. Tersedia informasi tentang masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa mendatang.

Menurut Makridakis, dkk, (1998), metode peramalan kuantitatif atau objektif dapat dibagi menjadi duajenis model peramalan yang utama, yaitu metode Causal (sebab akibat) dan metodetime series.

1. Pada metode Causal, pendugaan masa depan dari suatu faktor yang diramalkan (seringkali dinamakan variabel tak bebas) didasari suatu asumsi bahwa faktor itu menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau

lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan kemudian menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas.

2. Sedangkan dalam metode time series, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan pada nilai masa lalu dari suatu variabel dan/atau kesalahan (faktor gangguan) masa lalu. Metode ini menitikberatkan pada pola data, perubahan pola data, dan faktor gangguan (disturbances) yang disebabkan oleh pengaruh acak (random). Tujuan dari metode peramalantime series seperti ini adalah menemukan pola dalam datatime seriesdan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

Menurut Manurung (1990), dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan suatu negara atau suatu daerah, corporate planning, rencana investasi atau rencana ekspansi dari suatu perusahaan.

2. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dalam jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana kerja operasional, penyusunan rencana produksi, rencana penjualan, rencana persediaan, anggaran produksi, dan anggaran perusahaan.

2.2.2 Data Deret Waktu (Time Series)

Menurut Hatimatunnisani(2012), data deret waktu merupakan data hasil pencatatan secara terus-menerus dari waktu ke waktu (periodik), biasanya dalam interval waktu yang sama. Data deret waktu yang dicatat tidaklah timbul hanya karena pengaruh sebuah faktor saja,melainkan karena berbagai faktor penentu, misalnya bencana alam, manusia, selera konsumen, keadaan musim, kebiasaan dan lainnya. Ada empat faktor komponen variasi atau gerak yang masing-masing sering dianggap sebagai pengaruh yang dianggap dapat menjelaskan keseluruhan, diantaranya:

a. Gerak jangka panjang atau trend

Trend melukiskan gerak data berkala selama jangka waktu yang panjang/cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan yang serba terus dari waktu ke waktu selama jangka waktu tersebut. Karena sifat kontinuitas ini, maka trend dianggap sebagai gerak stabil dan menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik/menurun).

(a)Trend Naik (b)Trend Turun

Gambar 2.1. Gerak Jangka Panjang atau Trend

Hatimatunnisani (2012) juga berpendapat bahwatrend sangat berguna untuk membuat peramalan (forecasting) yang merupakan perkiraan untuk masa depan yang diperlukanbagi perencanaan.Trend dibedakan menjadi dua jenis, yakni:

t t

Y Y

1. Trend Linear → mengikuti pola garis lurus ( Y = a + b t )

2. Trend Non Linear → mengikuti pola lengkung (parabola, eksponensial, logaritma, dan lain lain).

b. Gerak siklis

Gerak siklis adalah gerak/variasi jangka panjang di sekitar garis trend (temponya lebih pendek). Gerak siklis terjadi berulang-ulang namun tidak perlu periode, artinya bisa berulang setelah jangka waktu tertentu atau bisa juga tidak berulang dalam jangka waktu yang sama.Perkembangan perekonomian yang turun naik di sekitar trend dan Business Cycles adalah contoh gerak siklis.Gerak siklis melukiskan terjadinya empat fase kejadian dalam jangka waktu tertentu, yakni kemajuan, kemunduran, depresi dan pemulihan seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Gerak Siklis c. Gerak musiman

Gerak musiman terjadi lebih teratur dibandingkan garak siklis dan bersifat lengkap, biasanya selama satu tahun kalender. Gerak ini berpola tetap atau berulang sendirinya pada interval yang tetap dari waktu ke waktu seperti tahun, bulan, atau minggu. Faktor utama yang menyebabkan gerak ini adalah iklim dan kebiasaan.

d. Gerak reguler atau residu

(1)

Gerak siklis (sekitar trend)

Garis Trend

Gerak ini bersifat sporadis/tidak teratur dan sulit dikuasai.Perang, bencana alam, mogok dan kekacauan adalah beberapa faktor yang terkenal yang bisa menyebabkan gerak ini terjadi.Dengan adanya pengaruh tersebut, maka gerak irreguler sulit untuk dilukiskan dalam suatu model.

Di dunia bisnis, data deret waktu diperlukan sebagai bahan acuan pembuatan keputusan sekarang, untuk proyeksi, maupun untuk perencanaan di masa depan. Untuk dapat menggunakan data deret waktu dalam keperluan pembuatan suatu proyeksi, perlu diketahui beberapa asumsi yang penting.

Pertama, adanya ketergantungan kejadian masa mendatang terhadap masa sebelumnya. Kedua, aktivitas di masa depan mengikuti pola yang terjadi di masa lalu. Ketiga, hubungan atau keterkaitan masa lalu dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian. Akurasi dari proyeksi yang dihasilkan tentu saja akan sangat tergantung pada seberapa jauh asumsi-asumsi ini dapat dipenuhi (Sugiarto, 2000).

Analisis deret waktu menyediakan alat untuk memilih model yang menggambarkan deret waktu tersebut dan menggunakan model tersebut untuk meramalkan suatu kejadian/nilai di masa mendatang. Pemodelan deret waktu adalah masalah statistik, karena data hasil pengamatan digunakan dalam prosedur komputasi untuk mengestimasi koefisien dari model yang diasumsikan (Manurung, 1990).

2.2.3 Jenis-Jenis Metode Peramalan

Menurut Ginting (2000), untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode mana yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai. Dalam prakteknya terdapat berbagai metode peramalan antara lain:

1. Time Series atau Deret Waktu

Analisis time series merupakan hubungan antara variabel yang dicari (dependent) dengan variabel yang mempengaruhinya (independent variable), yang dikaitkan dengan waktu seperti mingguan, bulan, triwulan, catur wulan, semester atau tahun.Dalam analisis time series yang menjadi variabel yang dicari adalah waktu.Metode peramalan ini terdiri dari:

a. Metode Smoothing, merupakan jenis peramalan jangka pendek seperti perencanaan persediaan dan perencanaan keuangan. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mengurangi ketidakteraturan data masa lampau seperti musiman.

b. Metode Box Jenkins, merupakan deret waktu dengan menggunakan model matematis dan digunakan untuk peramalan jangka pendek.

c. Metode Proyeksi Trend dengan Regresi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Metode ini merupakan garis trend untuk persamaan matematis.

2. Causal Methods atau Sebab Akibat

Merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya tetapi bukan waktu. Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari:

a. Metode Regresi dan Kolerasi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik Least Squares yang dianalisis secara statis.

b. MetodeInput Output, merupakan metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang yang biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi jangka panjang.

c. MetodeEkonometri, merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka panjang dan jangka pendek.

2.2.4 Produksi

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumberdaya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Sedangkan menurut Salvatore (2001), produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa.

Faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien (Setiawati, 2006).

Kenaikan hasil yang semakin berkurang (Law of Diminishing Return) merupakan suatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi.

Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkiraan antara tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of

Diminishing Return (LDR) menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus-menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif sehingga menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2005).

Menurut Ahman (2004), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara: (1) Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja; (2) Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi; (3) Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil; (4) Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efesiensi kerja dan modal.

2.2.5 Konsumsi

Konsumsi adalah salah satu subsistem utama dari ketahanan pangan.

Subsistem konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal.

Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif (Badan Ketahanan Pangan, 2016).

Seorang ahli ekonomi yang bernama Christian Lorent Ersnt Engel mengemukakan sebuah “Hukum Konsumsi”. Hukum ini berdasarkan pada hasil penelitiannya yang dilakukan pada abad ke-19 di Eropa. Menurut Engel, semakin miskin suatu keluarga atau bangsa, akan semakin besar pula persentase pengeluaran yang digunakan untuk barang pangan (Sudarman, 2004). Secara umum konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Untuk dapat mengkonsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan. Besar kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya (Todaro, 2002).

Menurut Putong (2002), teori konsumsi Keynes didasarkan pada 3 postulat:

1. Menurut hukum psikologis fundamental, bahwa konsumsi akan meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya ada batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC=

C/Y (Marginal Prospensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula

besarnya perubahan konsumsi selalu diatas 50% akan tetapi tetap tidak sampai 100% (0,5>MPC<1).

2. Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC= C/Y (Average Propensity to Consume) akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar dari peningkatan konsumsi, sehingga pada setiap naiknya pendapatan akan memperbesar tabungan.

3. Bahwa pendapatan adalah merupakan faktor determinant (faktor penentu utama) dari konsumsi. Faktor-faktor lain dianggap tidak penting.

Perilaku masyarakat membelanjakan sebagian dari pendapatan untuk membeli sesuatu disebut pengeluaran konsumsi. Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan siap pakai (disposable income). Dengan kata lain, fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan (Prasetyo, 2011).

2.2.6 Rasio

Rasio digunakan dibidang pendidikan dan kehidupan sehari-hari untuk membandingkan beberapa angka atau kuantitas. Rasio paling sederhana hanya membandingkan dua angka, tetapi bisa juga membandingkan tiga angka atau lebih. Dengan memahami relasi antara angka yang satu dengan angka yang lain, rasio akan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya rumus kimia dapat diduplikasikan atau resep masakan bisa disesuaikan dengan kebutuhan (Wagiman, 1994).

Rasio bisa diartikan sama dengan “dibanding dengan” yang merupakan perbandingan antara dua kuantitas yaitu kuantitas pembilang dan kuantitas penyebut. Kedua kuantitas tersebut dibandingkan tidak harus memiliki sifat atau

ciri yang sama. Rasio juga bisa diartikan sebagai frekuensi relatif dari suatu sifat tertentu dibandingkan dengan frekuensi dari sifat lain.

Perbandingan adalah istilah matimatika untuk membandingkan dua objek atau lebih. Menurut Asrofi (2014), rasio adalah perbandingan antara dua besaran atau lebih. Dalam menghitung rasio harus menggunakan satuan yang sama,

Perbandingan adalah istilah matimatika untuk membandingkan dua objek atau lebih. Menurut Asrofi (2014), rasio adalah perbandingan antara dua besaran atau lebih. Dalam menghitung rasio harus menggunakan satuan yang sama,

Dokumen terkait